32. Information

1.4K 146 19
                                    

Haiii .... Gaes!
Cerita ini adalah janji aku ke kalian yang baper sama sosok Adit. Aku buatkan cerita baru untuk mengobati rasa rindu kalian pada sosok polisi cakep yang satu ini.

Siapa yang nunggu kisahnya Adit?
.
.
.
☆☆☆

Rautnya menatap lurus. Derap langkahnya tegap. Tangannya bergerak membuka pintu ketika tiba di tempat tujuan. Kedatangannya ke ruangan itu untuk menemui jenderal polisi sekaligus ayahnya. Dia memberi hormat kepada laki-laki paruh baya di hadapannya yang sedang terduduk sambil menatap berkas di atas meja. Meski laki-laki itu adalah ayahnya, dia tetap bersikap formal karena mereka berada dalam lingkungan polisi.

Sebenarnya, dia malas menemui sang ayah karena setiap pertemuan mereka membahas masalah perjodohan bersama putri petinggi kepolisian. Kedatangannya menemui sang ayah untuk menghormati laki-laki paruh baya itu karena beliau adalah salah orang penting di kantor kepolisian.

"Papa tak mau basa-basi. Keputusanmu masih sama, atau menuruti perintah Papa?" tanya laki-laki paruh baya itu tanpa menatap putranya.

"Keputusan Adit tetap sama sejak awal, menolak permintaan Anda untuk menikah dengan Fanya," balasnya tenang.

"Kamu sudah tahu konsekuensinya jika menolak perintah Papa."

Adit melepas topi kebangsaannya. "Adit siap mengundurkan diri dan meninggalkan rumah," ucapnya mantap sambil meletakkan topi itu di atas meja kerja ayahnya.

Topi sudah dilepas, lalu disusul dengan pistol, dan lencana yang ada di pundaknya. Dia rela melepas jabatannya demi menolak perjodohan dengan wanita yang tak pernah dia cintai.

Keputusan Adit telah bulat. Sejak awal dia menolak untuk dijodohkan dengan Fanya, putri petinggi di kantor ity. Dia tak ingin dijadikan kambing hitam untuk kemulusan rencana ayahnya naik pangkat. Alasan lain karena Adit tak mencintai Fanya. Dia ingin menikah, tapi tidak dengan Fanya atau wanita dalam lingkungan kepolisian.

"Kamu akan menyesal, Dit. Masih ada waktu untukmu berubah pikiran." Ayahnya mengingatkan.

Tangan Adit kembali terangkat untuk hormat pada sang ayah. "Saya tetap pada keputusan awal." Tangannya kembali pada posisi tegap, lalu berbalik meninggalkan ruangan itu.

"Adit!"

Adit tak menghiraukan seruan sang ayah. Sudah cukup selama ini hidupnya diatur oleh sang ayah, bahkan perkara jodoh harus ditentukan olehnya. Dia bukan boneka yang harus diatur-atur demi kepentingan uang dan jabatan.

"Mas Adit."

Langkah Adit terhenti ketika namanya dipanggil oleh seorang wanita. Suaranya yang tak asing dalan indra pendengarannya. Adit kembali melanjutkan langkah, mengabaikan panggil wanita itu. Dia adalah Fanya, wanita yang akan dijodohkan dengan Adit.

"Mas Adit tunggu!"

Adit tak menghentikan langkahnya. Dia terus berjalan cepat meninggalkan Fanya yang masih mengejarnya. Mengabaikan Fanya adalah cara lain untuk menghindari perjodohan itu. Sama sekali Adit tak menaruh rasa untuk Fanya meski banyak polisi lajang lain yang menyukainya. Adit berbeda dengan mereka.

Hal lain yang membuat Adit benci dengan Fanya adalah sikapnya. Fanya salah satu penghalang Adit untuk mendekati wanita lain. Beberapa pekan yang lalu Adit dekat dengan seorang wanita bernama Naina, bahkan dia sudah mengenalkan Naina pada orang tuanya, tapi semua itu gagal karena ulah Fanya dan mamanya. Fanya dan mamanya mendatangi gadis itu dan memintanya agar menjauhi Adit. Alasan Adit semakin jelas untuk menolak Fanya.

***

"Mama nggak izinin kamu pergi. Kamu masih bisa merubah semuanya, Adit. Kamu pikir-pikir lagi dengan tawaran Papa. Papa melakukan itu buat kebaikan kamu. Buat masa depan kamu nantinya," bujuk sang mama pada Adit saat tahu Adit akan meninggalkan rumah.

"Adit nggak butuh jabatan tinggi atau apa pun. Adit hanya mau menikah dengan wanita lain, bukan dari kalangan kepolisian. Mama izinkan atau nggak, keputusan Adit tetap sama. Adit nggak mau menikah dengan Fanya." Adit masih memasukkan pakaiannya ke dalam tas.

"Kita bisa bicarakan baik-baik dengan Papa, Dit. Kamu jangan seperti ini. Mama nggak mau kamu pergi dari rumah." Sang mama masih membujuk.

"Adit sudah cape menuruti perintah Papa. Kalau Mama bisa bujuk Papa buat batalin perjodohan ini, maka Adit akan pulang ke rumah. Adit pergi." Adit menggendong tas ransel berisi pakaian miliknya, lalu beranjak pergi dari kamar meninggalkan mamanya.

"Adit! Adit!"

Adit mengabaikan seruan sang mama. Tak hanya papanya, mamanya pun ikut mendukung perjodohan itu. Adit masih kecewa pada sang mama karena sudah ikut campur menghancurkan hubungan Adit dengan Naina, padahal dia sudah mulai mencintai wanita itu bahkan ingin menikahinya. Semua itu hancur karena ulah sang mama dan Fanya.

Jalan terakhir yang harus Adit tempuh adalah melepaskan diri dari jerat orang tuanya. Dia ingin hidup dengan pilihannya sendiri tanpa harus diatur oleh orang lain termasuk orang tuanya mengenai calon pendamping hidupnya. Adit sudah memikirkan dan siap menerima konsekuensi saat menolak perjodohan itu. Sekarang, dia akan pergi ke suatu tempat. Tempat yang akan membuatnya tenang untuk menghindari orang-orang yang memaksanya.

Mobilnya melaju cepat menuju arah Jawa Timur. Setelah itu, dia akan menyebrangi lautan untuk tiba di tempat tujuan. Adit membawa mobilnya ke pulau tujuan untuk memudahkannya di tempat baru. Semua fasilitas yang dia gunakan adalah milik pribadi tanpa campur tangan orang tuanya. Apa yang dia miliki saat ini adalah jerih payahnya selama mengabdi di dunia kepolisian.

***

Langsung cek saja di beranda Wp-ku.
Jangan lupa tinggalin jejak.
Sudah aku up 2 part di sana.
Sayonara ...

Sayonara

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
NervousUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum