21

357 29 10
                                    

Suara percikan air mulai melambat seiring dengan hujan yang mulai mereda. Meskipun begitu, orang-orang berkaus hitam itu tetap saja berlalu lalang sembari membawa barang-barang yang akan digunakan sebagai properti acara. Dua hari lagi, ruangan aula di sebuah hotel itu akan menjadi tempat acara yang cukup besar untuk sepasang kekasih yang akan mengucap janji sehidup semati.

Hammy dan Raptor menunjukkan eksistensi mereka melalui pintu kamar yang mereka buka. Pasang mata mereka kini menatap seorang wanita yang terus menatap pemandangan luar melalui jendela kamar. Wanita itu menoleh dan tersenyum menyambut kedua sahabatnya di kamarnya.

Keduanya - Hammy dan Raptor - masuk ke ruangan itu dan langsung memeluk sang wanita dengan sangat lembut. Ah! Akhirnya hari itu akan tiba sebentar lagi. Ketiganya kini menatap pemandangan itu bersama.

"Nee, Hammy."

"Ya, Mika?"

"Apakah saat menjelang hari pernikahanmu, ku merasa tegang?" tanya Mika.

"Tentu saja. Setiap orang pasti merasakan itu. Tegang dan ketakutan. Raptor juga pasti akan merasakan itu nanti jika dia menikah dengan Spada!" jawab Hammy seraya meledek sahabat mereka.

"Hei! Berhentilah meledekku!" protes Raptor.

Keduanya kini tertawa dengan lepas melihat sikap Raptor yang lagi-lagi salah tingkah. Mereka kini saling bercengkrama, bercerita semua hal yang ingin mereka bicarakan. Tanpa mereka sadari, acara mereka telah berubah menjadi acara di antara para wanita. Bahkan Hammy dan Raptor telah menyiapkan kado khusus untuk Mika.

Semuanya terasa menyenangkan bagi Hammy. Semua terasa seperti kembali ke awal. Tanpa ada masalah, yang ada hanyalah kegembiraan. Dan ia selalu mengharapkan bahwa kehidupannya akan terus seperti ini. Walaupun pada nyatanya, ia sadar bahwa itu tidak akan mungkin.

Alunan melodi memenuhi ruangan itu secara tiba-tiba. Sebuah panggilan masuk pada ponsel Hammy. Tangannya kini meraih ponsel yang ia letakkan di kabinet samping tempat tidur. Sebuah nama terpampang di layarnya menarik perhatian sedua sahabat wanitanya. Dan kini, keduanya tertawa lucu seakan meledeknya, dalam artian yang positif.

"Angkat saja! Jangan malu," ledek Raptor.

"Hei! Jangan meledekku, Raptor!" keluh Hammy.

Ia pun mengangkat panggilan itu. Wajah Hammy berubah menjadi lucu saat berhadapan dengan kedua sahabatnya itu. Ah! Raptor benar-benar senang meledeknya. Dan Mika juga ikut meledek hammy dengan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya seakan mengatakan bahwa ia tidak akan berbicara. Namun pada nyatanya, kedua orang itu tertawa dalam diam. Wajah Hammy berubh begitu saja karena terkejut dengan apa yang dikatakan sang lawan bicaranya. Dan itu tentunya membuat kedua sahabatnya menjadi penasaran.

"Hei, ada apa?" tanya Raptor.

"Tidak ada yang salah, kan?" timpa Mika. Ah, padahal belum ada lima detik sejak Hammy menekan tombol merah pada layar ponselnya. Namun ia sudah diserbu oleh rentetan pertanyaan yang sama.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang. Lucky memintaku untuk menemuinya di depan hotel."

"Baiklah."

Hammy meraih tasnya dan mulai berjalan keluar dari ruangan itu. Tentunya ia tidak lupa untuk memberikan lambaian perpisahan pada kedua sahabatnya. Sedangkan dua wanita yang masih berada di dalam ruangan itu hanya bisa saling menatap setelah Hammy benar-benar menghilang dari ruangan itu. Dan setelahnya, mereka tertawa.

Langkah Hammy semakin cepat begitu retina matanya mulai menangkap sosok Lucky yang kini berdiri seraya bersandari di sebuah mobil di depan hotel. Langit sudah mulai menampakkan sinar matahari yang mencerahkan, tapi Hammy masih bisa mencium aroma tanah yang bercampur dengan air hujan.

Itsumo, Kimi deTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang