🗡️6. Aku Berbelanja di Danau

499 60 14
                                    


Sebuah ruangan tua, cat tembok yang melapisi dinding hampir keseluruhan pudar. Secara keseluruhan, aku berpendapat ruangan ini bekas masa lampau. Beberapa dinding bahkan tidak mulus lagi.

Celine mengetuk pintu terlebih dahulu. Kemudian ia menarik tanganku untuk masuk. Bisa kurasakan tangan Celine gemetar. Aku tidak tau apa alasannya. Memangnya ruang yang akan kami masukin ini berbahaya? Atau mungkin menyeramkan.

Setelah aku masuk. Aku tau jawabannya adalah yang terakhir. Ruangan ini menyeramkan.

Lilin-lilin yang menyala menyambut kami. Lilin itu mengeluarkan aroma menyengat dan tersusun lurus. Celine terus menarikku hingga dihadapan kami sebuah meja dan kursi yang membelakangi kami.

"Pro-profesor Castile," ucap Celine.

Kursi hitam itu berbalik. Dan kali ini aku terkejut. Aku pikir ada seorang pria tua yang duduk. Ternyata tidak. Namun yang ada hanya kepala tengkorak manusia. Matanya memancarkan cahaya biru.

"Ohh kau ternyata, Celine. Kau sudah kembali dari misimu?" Suaranya bergema.

"Ya," sahut Celine. "Laporan. Sepanjang misi kami dikejar oleh dua monster yang menyamar menjadi guru kami. Salah satunya juga berusaha menjadi ibu Elis. Satu monster berhasil kami bunuh. Satu lagi lenyap menembus portal."

"Aku mengerti. Kerja yang bagus kau bisa mengerjakan hukumanmu Nona Hall," ucap tengkorak itu yang aku tau Profesor Castile.

Aku mengerti hukuman apa yang dimaksud. Celine ternyata dihukum akibat perbuatannya-yang tidak kutau apa-dan hukumannya adalah mencari anggota Vinicius. Ahh apa tadi? Memang Vinicius kan? Aku tidak mengerti apa sebenarnya Vinicius.

"Ya, terimakasih Profesor,"

"Sebaiknya kau tidak ceroboh lagi dan membuat kesalahan besar. Sekarang kau bisa keluar dan kembali ke asramamu. Kau pasti lelah, bukan?" ucap Profesor Castile.

"Baik," Celine berbalik. Berancang-ancang hendak pergi. Aku hendak mengikutinya, namun suara menghentikan langkahku.

"Kau anggota Vinicius baru? Sebelumnya aku ucapkan selamat atas kedatanganmu,"

Aku tersenyum tipis. Memandang kepergian Celine dengan pasrah.

"Vinicius adalah ras yang memiliki keistimewaan. Keistimewaan yang dimiliki ada dua, yaitu bakat dan elemen. Keistimewaan bakat akan masuk kedalam kelas Hippo. Sedangkan keistimewaan elemen akan masuk kedalam kelas Griffin. Jadi, apa yang kau miliki nona?"

Dahiku berkerut tak paham. "Maksudnya memilih? Aku akan memilih Griffin bila saja aku diberi kesempatan memilih."

"Keistimewaan bukanlah pilihan. Namun takdir. Takdir yang menentukan kau kelas Hippo ataupun Griffin. Dari yang kulihat kau tidak memiliki magic key. Magic key adalah ciri khas kelas Griffin," jelasnya lagi. Aku berusaha menyimak. "Jadi aku pikir kau adalah kelas Hippo. Kelas dengan keistimewaan bakat."

"Namun jangan berkecil hati. Mungkin kau adalah Griffin namun belum menemukan magic key saja. Sekarang sentuhlah kedua biov ini secara bergantian,"

Aku ingin memprotes, saat tiba-tiba dua bola bercahaya muncul mendadak di hadapanku. Kapan bola ini berada di depanku?!

"Biov berwarna kuning dan abu-abu ini akan menentukan nasibmu kedepannya," ucap Profesor Castile. "Rasakan saja getaran listriknya."

ELIS MAXWELL : Turnamen LetopeiaWhere stories live. Discover now