Syukurlah aku belum mati. Kupikir setelah bocah angin itu tersenyum horor, disitulah saat terakhirku. Setelah kuingat-ingat, sejak menginjakkan kaki di Letopeia entah sudah berapa kali aku bersyukur masih hidup. Kau tau maksudku, nyawaku selalu ditarik ulur.
Dua orang penjaga segera datang. Datangnya penjaga bersamaan dengan ular merah menghilang dan munculnya Celine beserta gadis tawanan.
Salah seorang penjaga mengatasi keempat anggota Griffin dan mengikat mereka dengan rantai merah.
Celine bilang itu bukan sembarang rantai. Rantai itu akan melukai tangan si pemakai bila si pemakai berusaha melawan. Rantai akan berubah merah dan memberi luka bakar bagi si pemakai.
Satu lagi penjaga memakaikan rantai di tangan pemuda angin yang kulawan tadi. Dia berdecak dan aku yakin dia berkata, "Kau akan menyesali perbuatanmu."
"Kami akan mendiskualifikasi kelompok ini," ucap seorang penjaga. "Kalian hebat dapat bertahan dan melawan mereka tanpa menggunakan bakat."
Pada saat itulah nafasku tercekat. Aku takut kalau timku terkena diskualifikasi karena ku. Aku menggunakan bakat saat pertarungan melawan pemuda angin.
Aku menarik nafas dalam-dalam, bersiap mangakui perbuatanku. "Sebenarnya tadi-" ucapanku terputus. Celine menarik tanganku. Raut wajahnya seperti berkata 'apapun itu jangan katakan!'.
"Kau ingin mengatakan sesuatu?"
Aku terkejut. Buru-buru kupaksakan senyum. "Sebenarnya tadi kelompok Griffin ini menangkap seorang penyembuh yang pastinya seorang Hippo," jelasku. Celine menarik nafas lega setelahnya.
"Dia terluka di bagian pergelangan kaki. Intinya, sebuah kelompok saat ini kekurangan anggotanya," lanjutku.
"Hmmm ... Begitu? Kami bisa saja membantu menemukan kelompoknya. Apa kau mau?"
Gadis tawanan sedikit bimbang. Lalu menggeleng pelan. "Kalau boleh, aku ingin bersama Elis dan teman-temannya. Mereka yang akan membantuku bertemu kelompokku."
Kedua penjaga tersenyum. Ada sedikit keanehan pada cara mereka tersenyum. Senyum mereka sedikit mengerikan. Aku tidak suka.
"Baiklah. Ohh namamu Elis? Apa kau igétis?"
Aku mengerjap. Lalu mencari keberadaan Harry, tapi tidak berhasil. "Bukan. Aku hanya pugnator. Sang igétis bersama kami. Dia ada di suatu tempat," sahutku.
Penjaga itu terlihat tidak puas. "Hmm ... Kami serahkan gadis itu bersama kelompok kalian."
Ketika kedua penjaga akan membawa lima orang anggota Griffin, mataku bertemu pandang dengan si pemuda Griffin. Dia berbisik pada penjaga disebelahnya. Selanjutnya aku melihat dia berjalan ke arahku.
"Kau masih belum menyerah?" sinisku seraya melirik rantai membelit pergelangan tangannya.
Dia hanya tersenyum miring. Kepalanya mendekat untuk berbisik padaku. "Berterima kasihlah karena aku tidak memberitahu perbuatanmu pada mereka," bisiknya.
Aku mencerna ucapannya. Perlahan kupahami maksudnya. "Aku heran. Kenapa kau tidak memberitahu mereka?" tanyaku dengan suara pelan.
Aku memang heran. Dia punya kesempatan balas dendam dengan melaporkan perbuatanku yang menggunakan bakat. Bila dia melakukannya, aku dan kelompokku akan didiskualifikasi. Itu keuntungan jumbo karena dalam kelompokku terdapat igétis kubu Hippo.
Bibirnya mengukir senyum aneh. "Aku ingin kau berutang budi padaku."
Dasar aneh. Dia melakukannya karena ingin aku berutang budi? "Terimakasih," jawabku terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIS MAXWELL : Turnamen Letopeia
Fantasy[COMPLETED] #Seri pertama Elis Maxwell --------------------- Elis menemukan benda aneh yang ternyata adalah magic key. Setelahnya ia malah membunuh guru sejarahnya yang bukan manusia biasa. Sahabatnya yang asal kalian tau bukan manusia biasa membawa...