🍥Bab 1🍥

7 1 0
                                    


K… H… A… L… L… E… D

Tidak cukup sekali, malah berulang kali huruf yang sama membentuk nama yang serupa bermain di hujung lidah Leta. Aneh, semakin di sebut, semakin lebar juga garis senyum di bibir gadis itu.

Yulan yang duduk  semeja dengan Leta, perlahan-lahan membuka mulut.

“Emmang itu mantra apa?” Bisiknya. Walaupun kedua mata Yulan masih tetap tertancap ke arah Pak Surto, guru matematik yang berada di hadapan sana.

Sekilas, Leta pandang Pak Surto. Melihat guru lelaki itu sedang sibuk menulis di papan putih. Perlahan-lahan tubuh Leta mendekat ke arah Yulan.

“Mantra untuk hati ku,”

Yulan geleng kepala.“Udah deh Leta. Tahu nggak? Lu itu kayak orang sakit  jiwa. Omong sendiri, senyum sendiri jugak”

“Biyarin!  Emmang gue sakit. Sakit kena santet cinta Kak Khall,”

“Eiiii… ngacok aja deh.” Tangan Yulan naik mencubit manja lengan Leta.

“ Sudah gi, bukunya di baca. Nanti ketahuan sama Pak Surto “

“Nggak bisa, gue sama sekali nggak bisa konsentrasi. Kepala gue sekarang ini cuma mikirin Kak Khall melulu. Lagipula… hari ini gue happy banget.”

“Happy?” Wajah Yulan berpaling sikit ke arah Leta.

“ Emanggnya Kak Khall bagi lu hadiah apa?” Teka Yulan.

“Nggak,”

“Lho nembak dia?”

“Nembak gimana, gue aja tiap hari lho nembak dia. Dianya aja tu  cuek banget jadi orang.”

“Gimana nggak di cuekin, lho aja kejar dia melulu. Ni! Aku kasitahu ya, jadi perempuan itu harus tahu jual mahal”

“Mau jual mahal gimana coba? Gue jual murah aja dia masih nggak mau terima,”

“Lho ya, ada-ada aja deh. Tapi.. kalau itu bukan. Ini juga bukan! Jadinya apa sih yang bikin teman aku ini senang banget. Panasaran gue,”

“Yeee… Panasaran kan? Okey sini gue kasi tahu” Panggil Leta. Yulan apa lagi, badannya pun makin mendekat ke arah Leta.

“Gue, sama Kak Khall udah tunangan”
Bulat mata Yulan pandang Leta. Kali ini lehernya memang pusing habis hadap Leta

“Serius  lho?”

“Ya Seriuslah, masa bercanda!”

“Kapan?”

“Kemarin,” Jawab Leta. Fikirkan hal itu, melebar senyuman Leta.

“ Kok nggak bilang-bilang sama aku sih,” Ada nada rajuk di situ.

“Ya… sekarang kan gue udah bilang”
Pakk! Satu lagi pukulan lembut mengena bahu Leta.

“Tega banget sih loh. “

Keduanya mula rancak berbual  dan pada masa yang sama di hadapan sana. Pak Surto selesai menulis rangkaian soalan matematik di papan putih.

“Untuk data berkelompok, siapa yang bisa tunjukkin kuartil di hitung dengan rumus bagaimana?” Serentak, pandangan Pak Surto tertala ke arah para pelajar di hadapannya itu.

Sampailah… sebaris nama terpacul dari mulut Pak Surto.

“Leta Azka,”

Semua mata melirih ke belakang. Gadis empunya nama tersebut masih tidak menunjukkan sebarang riaksi. Sebaliknya masih rancak berbisik dengan rakan semejanya.

Pak Surto pula, mula melangkah ke arah meja Leta. Kumisnya yang tebal dan melentik ke atas itu terhayun mengikut langkah kakinya  yang menapak setapak demi setapak. Sampai di hadapan meja Leta, tangan dia hayun memukul tepi meja.

“Leta Azka”

Dek terkejut, automatik Leta berdiri dan…

“Khalled”

Perkataan itu pun laju meluncur keluar dari mulutnya.

Serentak semua tertawa. Yulan yang baru ingin menegah memang tak sempatlah.

“Sudah!” suara lantang Pak Surto bergema.

“Brissik banget!”Bila matanya yang besar itu tersuluh ke arah semua pelajar, serta merta suasana kembali senyap semula.
Kemudian dia pandang Leta yang hanya mampu tersenyum.

“Nggak usah pakai senyum.” Bentak Pak Surto.

Automatik, Leta telan liur pekat. Mulut dia kemam. Mata tunduk pandang permukaan meja.

“Barusan, rumus apa yang kamu bicarakan?”

“Rumus cinta pak! ”

Tanpa sempat Leta buka mulut, suara sumbang mereka yang mengusik terlebih dulu potong line.

“Rumus cinta, maksudnya kamu…”

Belum habis ayat yang Pak Surto tuturkan terlebih dulu Leta geleng.

“Khalled?”

Mendengar nama itu meniti di mulut Pak Surto, jari Leta di bawah meja menarik bucu baju Yulan. Risau sungguh dia jikalau gara-gara dia, Khalled dapat masalah.  Disebabkan itu,  Leta tekad!

Usai menarik nafas panjang, tanpa merangka apa yang perlu di tuturkan. Leta menuturkan penjelasananya.

“Maaf deh Pak, salah aku tapi jangan dengarin mereka dong. Aku sama Kak Khall nggak ada apa -apa hubungan kok. Kalau bapak mau hukum, hukum aku saja ya? Please pak… aku…”
Paakk!!!pakk!!

Terpejam mata Leta dek terkejut dengan tindakan Pak Surto. Dalam hati bergumam.
‘Kebal banget sih tangannya. Nggak sakit apa ya?’

“Apa-apaan sih kamu. Bicara nggak pakai fullstop. Ganggu orang bicara lagi.” Tekan Pak Surto.

Leta tercengang. “Emmang, Bapak bicara sama siapa?”

“Yang pasti bukan sama kamu”

Tambah terkebil-kebil Leta di buatnya sampailah…

“Khalled, kertasnya simpan aja di meja depan”
Khalled?

Laju leher Leta berpaling  dan sebaik  melihat sosok lelaki yang berdiri di pintu belakang sana, lutut nya serta merta terasa longlai dan….

Tap!

“Arghhhhh….” Jeritan pendek tapi lantang itu pantas mencuri tumpuan semua yang ada di situ. Malah perbincangan para doktor di katil bertentangan pun turut terhenti.

Salah seorang doktor yang ada di situ geleng kepala. “ Hurm, ni mesti kes phone habis cas”

“Dia tu psychiatry patien kan kak?”

“Erm, nama dia Cici. Phone habis cas, tak leh nonton. Dia mengamuk lah” Jelas doktor Anis yang merupakan antara senior housment di wad  pembedahan.

“Owh, di suka main game eh kak?” Tanya doktor Soon  lagi. Maklum, ini hari pertama dia posting kat  wad pembedahan.

“Taklah, nonton sinetron. Ala… sinetron yang  pupular sekarang ni.”

“ Yang tajuk… I heart you”

“Eh, you tahu jugak.”

“Of course lah kak. Mummy I pun suka …” baru sampai kat situ, Doktor Soon terus diam sebaik melihat kelibat Medical Officer dan Specialits yang menapak masuk ke dalam wad.

I Heart YouWhere stories live. Discover now