19. Baby Girl.

2.2K 275 115
                                    

"Kadang kita bisa sulit aja sulit untuk mengenali yang mana yang datang untuk menetap dan yang mana yang datang hanya untuk sekedar lewat."

***

"Jadi, Kaisar lagi melakukan misi?" Queen berkali-kali menanyakan hal yang sama dan sudah diiyakan berkali-kali juga oleh Kaisar.

"Ara ikut boleh? Ara mau ikut main."

"Ra, Kai itu gak main. Ini sangat penting, Kai cuman mau dapetin info dari Ara. Itu aja, Kai gak mau melibatkan Ara." Kaisar berusaha memberi pengertian selembut mungkin pada Queen agar dia tidak sedih dan salah paham kembali.

"Ara gak mau ngasih info apapun ke Kai, kalau Kai gak mau ajak Ara."

"Gue khawatir, Ra. Ara masih kecil, lawannya Kai itu gede-gede. Terus juga bisa makan beling. Tuh, Ra masa beling aja dimakan, apalagi orang. Kecil lagi kayak Ara."

"Mereka sejenis kuda lumping ya, Kai? Serem." Kaisar menggaruk alisnya yang tidak gatal. Queen mempercayai itu? Semudah itu?

"Ara tau kuda lumping?"

"Ara tau, gak pernah liat tapi. Makanya Ara mau ikut liat mereka. Pasti seru," ucap Queen antusias.

Kaisar kembali dibuat kebingungan. "Enggak boleh, karena disitu nanti bakal diatur pakai tinggi badan dan Ara gak akan bisa masuk."

Queen memanyunkan bibirnya. "Yah, kayak naik wahana-wahana gitu ya Kai?" tanya Queen sedih.

"Iya, gitu. Ribet deh pokoknya," ujar Kaisar sok serius. Maafkan Kaisar yang membuat alibi berlebihan.

"Yah, Ara kan gak akan repotin Kai juga. Ara mau ikut."

Kaisar menarik napasnya panjang, Queen ini bukan tipikal cewek yang cuman merengek mau ikut tapi dipertengahan jalan menyerah. Queen ini tipikal cewek yang walaupun manja, dia tidak kenal lelah. Itulah, yang dikhawatirkan.

"Oh gini, aja." Senyum Queen mengembang menatap Kaisar. "Gimana kalau Ara itu nanti bantuin Kaisar godain dan bikin kesel Abang-abang yang jadi lawannya, Kai."

"Godain? Enggak, Ara bukan tipe cewek penggoda."

Kaisar menggaruk rambutnya frustasi. "Gini, Kai mau tanya. Tapi jawab jujur, ya."

"Iya ... Iya ... Iya ..." Kaisar gemas, sangat gemas. Jika saja Queen ini adalah boneka-boneka kecil yang dimainkan keponakannya. Kaisar pasti sudah akan mengunyel-unyelnya.

"Jadi, tadi itu King sama Indah berangkat bareng. Terus ..."

"Gak usah diterusin, Ara budek." Queen menutup telinganya dengan kedua tangannya.

"Ayolah, jangan gini dulu. Dengerin Kai dulu." Kaisar menurunkan kedua tangan Queen yang ada ditelinganya.

"Kai terusin gak nih?" Queen mengangguk pasrah, mau tidak mau. Yang harus mau.

"Nah, terus katanya si Indah, King ninggalin dia. Karena King liat Ara sama cowok. Pertanyaan Kai, cowok itu Devan?" Queen mendengarkan penjelasan dan pertanyaan Kaisar dengan seksama.

"Benar gak? Ara sama Devan?" tanya Kaisar kembali.

"Iya ... Ara sama Bang Devan. Tau darimana?"

"Oh my God!" Kaisar mengusap wajahnya kasar. Queen menatapnya bingung, kenapa Kaisar sefrustasi ini?

"Devan itu siapa?"

"Kuman, eh human."

"Maksud Kai, Devan itu siapanya Ara? Pacar, kah? Atau siapa gitu?"

Imperfect Queen 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang