File 04

7 4 6
                                    

Rabu, 5 Agustus 2020

David mengehentikan mobilnya di depan rumah sederhana. Perempuan yang duduk di sebelahnya turun. Ini sudah kesekian kalinya dia berselingkuh. Pria berahang tegas itu terus mencari pelampiasan untuk kesepiannya. Namun, hubungannya dengan perempuan lain hanya sampai sebatas menonton film dan karaoke bersama.

Dia tahu, dia berpacaran dengan Tasya. Akan tetapi, menurutnya hubungan itu hanyalah sebatas status. Hatinya selalu kering dan hampa. Dia butuh tempat untuk menyandarkan beban-bebannya dan saling berbagi keceriaan dengan seorang perempuan. Setiap kali dia selingkuh, pikirannya selalu kembali pada Tasya. Dia sangat menyayangi perempuan itu. Dalam pikirkan perempuan yang dicintainya itu hanya perkerjaan dan pekerjaan. Seperti tidak ada waktu untuk dirinya. Dia sempat curiga bahwa perempuan itu berbaikan kembali dengan rekan kerjanya yang bernama Ari.

###

Tangan Reno bergerak-gerak di atas kertas. Di kertas itu ada foto Ari dan pacar Tasya kini. Dia mencabik-cabik kedua kertas itu dengan jangka. Satu setengah tahun lalu, dia masuk perusahaan itu. Dia memang kutu loncat dan merasa sangat beruntung ketika bisa masuk HD Fine Tech. Saat menjadi pegawai magang, Tasya-lah yang membimbingnya. Pria itu langsung terpesona pada Tasya.

Dia mendengar desas-desus bahwa Ari dan Tasya adalah teman kuliah. Mereka sempat berpacaran dan berencana menikah. Namun, rencana itu kandas. Reno tidak tahu apa penyebab pasti mereka putus. Tak lama kemudian, Tasya dikabarkan berpacaran dengan pria bernama David. Walaupun pacar Tasya kini adalah David, Reno masih menganggap Ari adalah saingannya.

"Kalian berdua harus mati!" pekik Reno pada kedua gambar itu.

###

Dila menatap layar laptopnya kesal. Tugas-tugas membuatnya sewot. Dosennya yang killer tega memberinya banyak tugas. Jam sudah menunjukan pukul 23.45, tapi matanya masih harus terbuka lebar. Kotak kopi instan dan cemilan bertebaran di meja belajarnya yang kecil. Dia pun sampai mengikat poni panjangnya. Tangannya sibuk mengetik di komputer. Dia terus mengetik dan dan mengetik hingga suara pintu dibating terdengar dari kamarnya.

Kak Sabrina baru pulang? ucapnya pada dirinya sendiri.

Dia tidak menyadari jika tetangga kosnya belum pulang sampai pintu kamar sebelah dibanting. Biasanya memang Sabrina sudah ada di kos dan sedang menonton televisi di ruang bersama saat dia pulang. Tapi sepertinya dia tidak menyadari jika tetangga kosnya beberapa hari ini selalu pulang malam. Aneh, pikirnya. Sabrina selalu mengatakan padanya pentingnya pulang tepat waktu.

###

"Cerai!" teriak Edwin.

"Ssstt! Jangan keras-keras, nanti anak kita dengar," bisik Sukma kesal pada suaminya.

"Kenapa!" Edwin belum bisa memelankan suaranya. Suranya justru naik satu oktaf.

Edwin tidak mengerti bagaimana dulu dia bisa menikah dengan Sukma. Dia teringat ketika orang tuanya mengejarnya untuk menikah. Kala menikah dengan istrinya, usianya sudah 35 tahun. Dia memilih begitu saja gadis itu karena cantik dan kemudian menikahinya. Awalnya pernikahan mereka biasa saja. Dua tahun kemudian, anak mereka lahir. Wanita keturunan Sunda itu mulai banyak menuntut mulai dari membantu memandikan anaknya, menyuapinya, dan mengajak anaknya bermain. Dia menolaknya karena gengsi. Masa laki-laki harus melakukan hal itu.

Sukma duduk menatap suaminya dengan sungguh-sungguh. "Kamu cinta aku, Mas? Kalau kamu cinta aku, kenapa kamu kaya gini, Mas. Selama ini aku masih tahan. Kalau kamu ngelakuinnya cuma ke aku, gak masalah, Mas. Tapi ... kelakuan Mas ke anak kita."

"Memangnya aku salah apa? Di kantor aku dianggap salah, di rumah juga. Serba salah aku," sahut Edwin sambil melepaskan dasi merah marunnya.

Mood Edwin benar-benar buruk. Orang-orang di kantor seolah-olah tidak setuju dengan gagasannya. Chandra! Ingin benar dia membunuh orang itu. Supervisor perfeksionis itu benar-benar membuatnya terganggu. Dia harus disingkirkan.

"Mas tahu hari ini hari apa?"

"Hari Rabu, emangnya hari apa?"

"Ini hari ulang tahun anak kita, Mas. Kemarin kamu janji buat pulang lebih cepet dan rayain ulang tahun Shani. Yang ada kamu hari ini malam pulang malam banget."

"Maaf, tadi aku ada urusan mendadak kemarin."

"Urusan apa, Mas. Selalu deh begini, urusan lain didahuluin, tapi urusan anak, kamu lalai, Mas. Bukan sama cewek, kan, Mas?"

"Bukan urusanmu." Edwin melangkah keluar kamar lalu mengambil handuk di dekat kamar mandi.

(UN) RESET (END)Where stories live. Discover now