File 07

4 2 6
                                    

Kamis, 6 Agustus 2020

"Polisi! Apa yang kalian cari di sini!" Wajah Rudi terlihat sebal. Di usianya yang ke-55, pria tersebut termasuk bisa menjaga bentuk tubuhnya. Walaupun perutnya sedikit buncit, akan tetapi itu tersamarkan dengan pakaiannya yang longgar.

"Kami ingin mencari sesuatu tentang Saudara Ari Thamrin dari Anda. Siapa tau Anda punya informasi untuk kami." Rian duduk di sofa beludru warna hitam yang sangat serasi dengan dinding putih ruangan tersebut. Aparatur Negara itu merasa tidak nyaman karena baginya sofa itu terlalu empuk.

"Ari. Saya tahunya dia di Divisi Produksi. Dan dia sangat diandalkan di divisi produksi."

"Dia sangat diandalkan di Divisi Produksi," ulang Rian, "kematiannya pasti akan merepotkan."

"Saya tidak mau urus itu. Itu biar jadi PR Edwin."

"Edwin?" tanya Rian begitu mendengar nama itu.

"Manajer Divisi Produksi."

Iqbal mencatat informasi tersebut di buku catatannya dengan tangan kirinya.

"Apa Anda tahu sesuatu di Divisi Produksi?" tanya Rian.

"Hmm ... urusan internal perusahaan, apa saya harus menyebutkan juga!"

"Iya. Kami akan mempertimbangkan kasus itu berkaitan dengan kasus ini atau tidak."

Rudi tampak berpikir sejenak. Pria berperawakan besar itu memiliki wajah melankolis, tapi sifatnya sebaliknya. Dia begitu cepat naik darah.

"Baiklah. Saya curiga sama Edwin. Saya takut dia main kotor di belakang saya."

Iqbal teringat proposal di meja Ari. "Proyek Wonder Sport?" tanya Iqbal yang sedari tadi diam.

"Iya, saya curiga sama Manajer itu! Dia ambil proyek dari Wonder Sport sebagai batu loncatan. Jika Proyek itu sukses, namanya akan melambung. Dan bisa saja dia keluar lalu membuat perusahaan baru. Atau bisa saja dia korupsi di belakang saya!"

Rian mendengarkan penjelasan itu dengan saksama lalu bertanya, "Jadi Anda mengira Ari mengetahui rencana Pak Edwin lalu Pak Edwin membunuhnya?"

"Itu bisa saja terjadi, bukan!" geram Rudi.

"Iya, kemungkinan itu ada."

"Oh iya, biasanya HD Fine Tech menerima proyek seperti apa?" Kali ini Iqbal yang bertanya.

"Biasanya dari perusahaan baru atau perusahaan yang sedang berkembang."

"Dan baru kali ini menerima proyek besar?" tanya Iqbal lagi. Dia merasa ada yang tidak beres dengan kasus itu. Lelaki berkulit sawo matang itu mulai curiga dengan Edwin.

"Iya. Saya selalu berpikir kalau ekspektasi perusahaan yang sudah punya nama pasti tinggi. Jika tidak sesuai ekspektasi mereka, saya takut nama perusahaan hancur. Dan dua hari yang lalu, Edwin merayu saya untuk menyetujui usulnya! Mengerjakan proyek Wonder Sport."

"Dan Anda menyetujuinya?" tanya Rian tajam.

"Terkpaksa saya menyetujuinya. Dia tak henti-hentinya mengganggu saya! Saya hanya berpesan padanya agar semuanya beres!"

***

Tasya melihat rekan-rekan kerjanya yang lain datang. Sheila dan Sabrina memimpin diikuti Reno dan Mathias. Terakhir ada Chandra. Mereka berkumpul di depan pintu ruang rapat.

Setelah menanyai Sang Direktur, kedua perwira itu berencana mengintrogasi karyawan-karyawan Divisi Produksi beserta manajernya. Begitu Rian melihat orang-orang berkumpul di depan pintu ruang rapat Divisi tersebut, mereka Rian dan Iqbal memilih berdiri di dekat jalan masuk ke divisi. Bisa dibilang mereka akan menguping. Rian memiliki firasat mereka akan membicarakan kasus itu. Mereka bisa mendapatkan informasi—informasi yang mungkin tidak akan mereka dapatkan saat introgasi.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Dec 08, 2021 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

(UN) RESET (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant