17. Rasa

49 19 3
                                    

Kalo ada typo tandain
.
.
.
Happy Reading☺
~

Terbangun dari tidurnya, waktu juga sudah menunjukan pukul 11.08 a.m. Bumi mendudukan tubuhnya di sofa depan tvnya sana, semalam selepas Mentari ikut memasuki kamarnya dengan sangat tidak tau diri Mentari malah mengusir Bumi untuk pergi keluar. Bumi hanya bisa pasrah, apa lagi jika bukan pasra menerima? Definisi bucin yang sesungguhnya.

Berjalan dengan sempoyongan, nyawanya belum benar-benar terkumpul juga efek minuman semalam, Bumi masih susah untuk memfokuskan diri.

Klek klek

Pintu kamarnya terkunci dari dalam, Bumi lupa jika ada Mentari disana.

Menghembuskan nafasnya pelan, Bumi kembali berjalan sempoyongan kearah kamar mandi, memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum ia keluar untuk mencari makanan, karna sumpah demi apapun Bumi sangat kelaparan.

Dengan cepat ia bergegas, merasa sudah cukup membuatnya kembali segar, Bumi memandang pintu kamarnya yang masih tertutup dengaan rapat.

Tok tok

"Tar?" panggilnya sambil mengetuk pintu kamarnya dari depan sana. Tidak ada balasan yang Bumi terima, tidak ingin mengganggu kembali Bumi melangkahkan kakinya keluar apartermennya, berniat untuk mencari sarapan di jam segini.

.

Menuju bestment bawah apartermennya, Bumi berniat sekedar berjalan kaki menelusuri sekitaran gedung apartermen, mencari tukang uduk yang biasa berjaualan disana.

Seakan ia rasa pedagan sarapan di jam sebelas lewat masih ada.

"Asu, tukang uduk giliran dicari malah gak ada. Giliran gak dicari pada bejejer di depan jalan." gerutunya kesal.

Menyerah karna tidak juga menemukan pedagang sarapan di sekitaran sana, dengan langkah yang sangat putus asa, Bumi menghampiri salah satu warung serbaguna yang sudah sangat terkenal di mana-mana; minimarket.

Lengakahnya membawa Bumi kearah jejeran snack ringan. Sangat tidak masuk akal jika Bumi memilih beberapa sncak untuk menganjal perutnya yang kelaparan.

Berjalan menelusuri setiap jajaran rak, Bumi berhenti tepan di sepan rak pendingin, membukanya lalu ia mengambil susu steril yang ada. Mengingat Mentari yang semalam lumayan mabuk membuat Bumi berinisiatif membelikannya itu.

Mengambil beberpa lalu berlalu ke rak selanjutnya, Bumi berhenti didepan rak roti, masih sama ia mengambil cukup banyak lalu ia dekap dengan susah payah, Bumi sedikit menyesal karna tidak mengambil keranjang belanjaan sewaktu masuk tadi.

Di rasa sudah cukup, dengan segera ia menuju meja kasir.

"Ini aja kak? Pulsanya sekalian? Atau ini kita ada paket hemat, limabelas ribu bisa dapet sepaket." tawar si penjaga kasir.

Bumi menggelangkan kepalanya tanda menolak.

"Semuanya jadi delapan puluh sembilan ribu tujuh ratus."

Bumi menyodorkan selembar uang seratusribu kearah kasir, namun ia kembali mengeluarkannya lagi.

"Malboronya satu mba,"

"Sama coklatnya yang ukuran medium tiga." ujarnya lagi.

...

Mentari terbangun dari tidurnya, rasanya seluruh tubuhnya sangat amat tidak enak. Kepalanya cukup pusing, juga perutnya yang sangat mual.

Gejala seperti menandakan kehamilan, padahal itu akibat efek minuman semalam. Jika mengingat kejadian semalam, rasanya Mentari ingin sekali tenggelam dalam lautan yang sangat dalam. Rasa takut juga rasa cemas saat nanti bertemu dengan Kenzo.

Let Me Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang