10. Cita-Cita

68 49 39
                                    

Sore ini, saat langit sudah merubah warnanya menjadi jingga, menunjukan malam yang sebentar lagi akan datang.

Memulai kembali kehidupannya, seperti saat ini Kino berada di dalam mini market, berdiri tepat di hadapan rak mie instan guna memilih rasa kesukannya. Walaupun hampir setiap rasa mie instan Kino menyukainya. Sebegitu tidak sehatnya hidup Kino? Tidak, walaupun begitu menyukai masakan instan itu, Kino memiliki keahlian lainnya terlepas dari keahliannya dalam bidang sekolah juga memikat wanita dewasa. Kino memiliki keahlian memasak, sewaktu kecil hingga kini ia sudah beranjak dewasa cita-citanya tetap sama; menjadi chef terkenal, bukan tanpa sebab Kino memilih menjadi seorang chef, ia hanya ingin memasakan masakan enak untuk setiap orang tersayangnya di kelak kemudian hari.

"Kino?" panggil seseorang yang berada tidak jauh darinya.

Menolehkan kepala, manik matanya bertemu dengan si pemanggil tadi. Dengan malas Kino mencoba untuk pergi, namun sayang pergerakan terhenti.

"Hai kamu ngapain?" sapanya dengan riang.

"Belanja ya?" sambungnya lagi.

Kino tanpa minat untuk menjawab, kembali melangkahkan kaki namun lagi-lagi pergerakannya kembali terhenti.

"Kamu lupa sama aku? Aku Amanda kakaknya Bumi, eh sekarang jadi kakak kamu juga deng hehe~" ujarnya lagi mencoba meyakinkan.

Kino sudah tau, bahkan Kino masih ingat dengan jelas siapa wanita di hadapannya ini, Kino hanya malas untuk meladeni.

"Iya." jawab Kino malas.

Senyum Amanda kembali merekah, senang karna bertemu dengan adiknya lagi.

"Aku lagi belanja, kamu juga ya? Yuk bareng aja."

"Gak usah." jawab Kino cepat.

"Huh?"

"Gak usah, gue udah selesai." dengan terburu Kino mendatangi meja kasir, berniat membayar semua belanjaannya lalu segera pergi.

"Nih mbak punya aku juga sekalian, jadiin satu pembayarannya sama punya dia." Amanda menyodorkan kartu debitnya kearah kasir, membuat Kino menatapnya dengan tidak suka.

"Apa-apaan sih! Gak perlu makasih." ujarnya ketus, Kino menyodorkan beberapa lembar uang kehadapan kasir disana.

"Ih gakpapa Kino, aku yang bayarin. Akukan kakak jadi harus bayarin belanjaan adik. Simpen pake punya kakak aja." Amanda dengan memaksa menghalangi Kino untuk membayar belanjaannya.

Kino menatap Amanda dengan malas, menghembuskan nafasnya kesal Kino mencoba merendamkan amarahnya membiarkan gadis yang mengaku sebagai kakaknya ini untuk membayar semua belanjaannya. Toh Kino bersyukur, ia tidak rugi uangnya bisa ia simpan untuk masuk perguruan tinggi nanti.

"Makasih." ucapnya, saat hendak melangkah pergi.

Langkahnya menuju pintu keluar, hendak mendorong pintu namun kegiatannya kalah cepat dengan seseorang yang hendak masuk.

"Kino."

Kembali menghembuskan nafasnya, terlepas dari yang satu namun datang lagi yang lain.

Mengabaikan, Kino kembali melangkah pergi menuju kendaraannya yang terparkir tepat di depan pintu masuk.

"Kino!"

"Kino."

Panggilan dari kedua gadis yang mentap kepergiannya, tidak ia hiraukan, malah dengan sengaja Kino membuat suara berisik dari kenalpot motornya.

.

Keduanya kini tengah duduk di kursi yang telah disedikan depan mini market, duduk berhadapan satu sama lain, dengan Mentari yang menatap dengan raut wajah tidak suka. Lalu Amanda membalas mentap dengan raut wajah bingungnya.

Let Me Love UWhere stories live. Discover now