18. Penjelasan

33 6 6
                                    

Sore harinya, selepas selesai dengan urusan Mentari dan juga Jasmine, baik Bumi maupun Zeo kini keduanya tengah duduk di depan warkop mas Gugun, tempat dimana biasanya mereka berkumpul jika di luar area sekolah. Sama seperti warung emak, di warkop mas Gugun juga sudah terkenal dengan tempat tongkrong para siswa dari sekolahnya maupun sekolah lainnya, jadi solidaritas mereka terus berjalan. Tidak heran juga kalo Bumi memiliki banyak teman.

"Lo kenapa?" tanya Bumi heran, pasalnya sedari tadi Zeo tidak juga membuka suaranya, ini menjadi salah satu keajaiban dunia.

"Hahh~" Zeo membuang nafasnya kasar,

"Kenapa su? Cerita sini sama aku, jangan di pendam sendiri sayang masalahnya." ujar Bumi menggoda.

"Dih najis banci." kata salah satu dari mereka yang berada disana, di selingi dengan tawa terbahak yang lainnya.

"Eh, Kenzo kemana? Dari semalam di club sampe sekarang gak ada kabar nih. Lo ada kontekan sama dia?" Bumi terdiam, mengingat kejadian-kejadian yang berlangsung semalam, masih menjadi teka-teki membuat Bumi pusing sendiri. Lalu perkataan Kino semalam tentang mengapa Mentari menangis dengan tersendu, yang harus ia tanyakan kepada satu teman baiknya; Kenzo membuat Bumi tidak bisa menyimpulkan apa yang terjadi.

"Gaktau. Yo, sehabis lo ngehubungin gua untuk ngasih tau Mentari ada di club, lo tau gak dia lagi sama siapa?"

Zeo mengerutkan dahinya, "Gua aja gak ketemu sama Mentari semalem. Gua tau dari Jasmine,"

"Emang kenapa?" tanya Zeo lagi.

"Sebenernya tuh waktu gua nemuin Mentari dia lagi nangis tersendu terus di tenangin sama Kino. Gua mikir pasti si Kino yang abis ngapa-ngapain Mentari, gue sempet mau ngehajar, tapi belum sempet keburu Kenzo dateng buat nengahin, habis itu malah si Kino yang bales natap gua sengit sebelum dia pergi juga dia sempet bilang katanya kejadian Tari suruh tanyain ke Kenzo." jelas Bumi panjang lebar, menjelaskan rasa penasarannya dari semalam.

"Lo taukan si Kenzo semalem gila-gilaan? Coba tanyain aja sama anaknya tuh." ucap Zeo sambil mengarahkan dagunya ke Kenzo yang baru tiba.

"Yo whatsup." sapa Kenzo dengan santai. Seperti tidak ada kejadian apapun, lalu bertos ria dengan yang lain, Wajar saja toh semalam ia di kuasai efek dari obat dan juga minuman haramnya.

"Darimana lo? Apa cerita semalam?" tanya Zeo dengan antusias. Seperti biasa saat ketiganya sudah dikuasai dengan efek obat ataupun minuman alkohol pasti ada saja cerita seru maupun menegangkan yang akan mereka ceritakan di keesokan hari saat sudah sadar, walaupun tidak sepenuhnya ingat.

Wajah Kenzo seketika berubah menjadi tegang, melirik kearah Bumi sebelum ia menundukan pandangan.

Bumi diam sambil terus menyimak, menunggu penjelasan dari cerita yang akan Kenzo berikan.

"Sabar-sabar. Gua mau nanya dulu," ucap Bumi menatap dengan selidik kearah Kenzo.

"Semalem lo sama Memtari?" tanyanya dengan menatap Kenzo tajam.

Kenzo terdiam, memejamkan matanya seraya menarik nafas panjang.

Kesal karna Kenzo yang tidak juga membuka suara, Zeo yang tidak sabar akhirnya menggebrak meja depan mereka, "Malah diem lagi, buruan cerita."

Kembali menarik nafas panjang, Kenzo mencoba menetralkan degup jantungnya, bisa di pastikan akan ada pertengkaran sebentar lagi.

"Sorry Bum," ujarnya memulai percakapan.

"Apa?" tanya Bumi dengan bingung.

"Lorang taukan gimana kuatnya efek pugau? Ditambah gue ngabisin beberapa botol minuman?"

"Ya terus? Asu cerita jangan setengah-setengah penonton penasaran nih." ucap temen mereka yang lain, geram karna di gantungi cerita Kenzo.

"Sabar bangsat. Sumpah gua gak sadar, yang ada dalam fikiran gua semalam itu cuma melayang. Gua gaktau gua lagi berkomunikasi sama siapa, gua gaktau gua lagi dimana. Cuma semalem waktu gua naik kelantai atas gua liat Mentari yang lagi duduk sendiri, itu gua lagi nyoba untuk sadar ya walaupun cuma seperkian menit, selepasnya gua gak sadar lagi. Tapi gaktau gimana ceritanya gua udah jatoh ke aspal kena pukul Kino, anjing sakit banget sumpah pukulannya, gua juga liat Mentari yang udah jatoh lemes sambil nangis terisak. Gua gak tau kenapa, tapi sewaktu gua mau nolongin Mentari baru gua kebayang kejadian yang sebenarnya."

"Sorry Bum, gua bener-bener gak sadar waktu itu. Gua ngelecehin Mentari, maksa dia buat diajak cipokan, Mentari udah berusaha nolak bahkan berontak tapi-"

Bugh Bugh!

"ANJING!" marah Bumi, wajahnya sudah merah padam menandakan ia benar-benar murka. Pecah sudah teka-teki yang ia fikirkan dari semalam, tentang Mentari yang menangis hingga gemetar ketakutan, lalu Kino yang balik menyudutkannya dan juga Kenzo yang baru muncul dari beberapa saat setelah mereka pergi dari club sana.

"GUA GAK SADAR WAKTU ITU." bela Kenzo sambil memegagi wajahnya yang terkena pukulan Bumi, tidak main-main ternyata pukulannya, lebam yang di dapat dari Kino belum juga hilang di tambah Bumi yang juga memukulnya di tempat yang sama.

"LO GAK TAU GIMANA KEADAAN MENTARI SEMALEM! DIA BAHKAN NANGIS SAMBIL GEMETAR. TOLOL KENZO ANJING!" makinya.

Zeo sudah heboh disana, berteriak dan juga sibuk memisahkan keduanya.

"WEH SABAR WEH!" cegah Zeo saat melihat Bumi yang ingin kembali melayangkan pukulannya.

"LO GAK TAU GIMANA PANIKNYA MENTARI! LO GAK TAU GIMANA TAKUTNYA DIA!" jelas Bumi masih dengan emosinya, tidak ada yang berani melerai selain Zeo, mereka semua hanya diam menjadi penonton sudah terlalu faham dengan amah Bumi.

"Maaf. Sumpah gua gak sadar, gua gaktau. Emang semalem gua ngerasa bawa cewe, bahkan mau gua bawa pulang ke kosan Edo." ujar lirih Kenzo,

Bumi tidak menanggapi, melepaskan cekalannya dari kerah baju Kenzo lalu ia berdiri. Memejamkan mata selara membuang nafas dengan kasar.

"Minta maaf sama Tari. Anjing gua pengen banget ngabisin lo sekarang juga!" Bumi melangkah menjauh dari sana, memasuki mobil miliknya lalu pergi dengan kecepatan tinggi.

"Kok bisa si?"

"Apa?"

"KOK BISA LO TOTOL! ASU KENZO. LIAT-LIAT MAKANYA KALO MABOK." maki Zeo dengan kesal, satu pukulan mendarat dengan mulus di kepala Kenzo sebelum ia melangkah kedalam untuk meminta kapas juga betadine.

"Tai bacot. Bantuin dulu ini woi, gila sakit bener yang dari Kino belum ilang udah di tambah lagi dari Bumi. Sial bener gua minggu ini." ucap Kenzo dengan lesu, mengingat semua kejadian menyedihkan yang terjadi kepadanya. Dari di selingkuhi pacar yang anak kuliahan lalu masalah dengan keluarga ditambah lagi permasalahan dengan Bumi.

"Makanya Ken, kalo punya masalah itu cerita, lo punya temen gunanya apa?" kata Rio, yang menatap Kenzo dengan ringisan ngilu.

"Nyusahin, apa lagi temen kaya Zeo." ucap Kenzo yang menatap Zeo dengan datar,

Dengan kesal, Zeo melemparkan kapas yang sedang ia gunakan untuk mengobati luka Kenzo lalu berdiri menghentakan kakinya "Anjing! Bodo amat obatin sendiri, males gua sama lo."

Kenzo tertawa terbahak, sesekali meringis karna sakit yang timbul saat ia tertawa. "Becanda elah, pundungan lo kaya cewe PMS mau gua beliin pembalut gak? Yang ada sayapnya biar bisa terbang." ujarnya masih dengan cekikikan.

"Sorry, buruan obatin lagi abis itu anterin gua ke Tari."

"Males. Besok aja kalo mau nemuin Mentari." tolak Zeo.

"Nanti si Bumi makin ngamuk. Gua juga gak enak sama Tari, seengganya gua mau ngejelasin dulu, ya walaupun gua yakin Tari gak bakal mau denger si. Tapi seengganya gua udah berusaha, yakan Yo? Gua benerkan Yo?"

Zeo menganggukan kepalanya, sedikit merasa iba kepada temannya itu. Sudah jatuh tertimpah tangga pula.









































































Tbc

Welcome backkk gaissss:')) kisse kisse😘

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 11, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Let Me Love UWhere stories live. Discover now