Chapter 33

59 8 0
                                    

"Mengakui sesuatu tidak harus secara tersurat. Kadang tanpa kita sadari apa yang ingin kita ungkapkan sudah tersampaikan secara tersirat oleh perilaku kita sendiri"

🌺🌺

.

.

.

.

.

BYUUURRR

"Zara kamu jangan ke sana. Kamu lagi panik. Kamu disini aja, oke." cegah Zayn

"tapi Mama..." lirih Zara

"biar aku yang ke sana. Oke?"

Zara mengangguk.
"cepat tolongin Mama, Zayn." ucap Zara gusar

Pandangan Zara beralih melihat Barra yang sudah lebih dulu masuk ke kolam guna menyelamatkan mamanya. Barra terlihat kesusahan membawa mamanya ke tepi kolam. Lalu Zayn datang membantu Barra.

Ketika Barra dan Zayn berhasil membawa Ara ke tepi kolam, Zara dan lainnya dengan gesit membantu mengangkat Ara keluar kolam.

Ara diletakkan di pinggir kolam. Ia pingsan. Zayn dan yang lainnya berusaha membangunkannya. Namun nihil. Tidak ada pergerakan dari Ara sedikit pun.

Dengan nafas terengah, Barra mendekati Ara. Ditepuk pelan kedua pipi Ara. "Bangun, Ra."

Panik. Semua orang dilanda kepanikan. Feli dan Zara mengusap lembut kedua tangan Ara supaya tetap hangat. Begitu pula dengan Lucy dan Shan mereka bergantian mengusap lembut telapak kaki Ara.

Kini semua orang sedikit memberi jarak pada Ara. Supaya Ara dapat menghirup udara. Barra meletakkan jari telunjuk nya pada hidung Ara lalu mengecek denyut nadi Ara.

"Gimana Bar?" tanya Sam

"masih bernafas tapi denyutnya lemah." gumam Barra

"Mama.. Bangun ma.." tangis Zara mulai pecah

"sstt Zara.. Sini nak. Kamu jangan nangis" Feli berusaha menenangkan Zara

"mama, Oma.. Zara gak mau mama kenapa²" Lirihnya

"Bunda pasti baik-baik aja kak. Papa pasti akan nyelamatin Bunda." Shan kini memeluk Zara

"Mama kamu baik-baik aja sayang. Ara perempuan yang hebat. Mama kamu wanita yang kuat." Ujar Lucy

Barra masih terus berusaha memberikan pertolongan pada Ara. Ia melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau resusitasi jantung paru dengan menekan telapak tangan di bagian tengah dada.

Dengan perlahan Barra memberikan CPR, tapi tak ada pergerakan juga dari Ara. Ia menghela nafasnya gusar.

"Ara! Bangun Ra! Kamu harus bangun."

"Bangun Ra! Aku butuh kamu! Zayn sama Zara masih butuh kamu." ucap Barra frustasi

Jujur Barra tak sanggup mendengar isak tangis Zara. Diliriknya Zayn, anak laki-lakinya itu terlihat begitu tegar. Berusaha tak memperlihatkan kekhawatirannya pada adiknya, Zara. Ia setia mendampingi Zara. Menguatkan Zara.

Kemudian ia alihkan pandangannya menatap Zara. Matanya bengkak sebab air mata tak kunjung berhenti. Kedua mata yang sangat mirip dengan Ara. Mata itu hanya menatap ibunya yang terkulai lemah di pinggir kolam.  Hati Barra teriris melihat kedua anaknya tersebut.

Barra berfikiran untuk memberikan nafas buatan pada Ara. Dengan segala gejolak dan perdebatan batinnya, perlahan Barra mendekatkan wajahnya dengan Ara. Belum pernah ia sedekat ini dengan Ara. Dijepitnya kedua hidung Ara. Kemudian dengan perlahan ia memberikan nafas buatan untuk Ara.

Zayn Zara [On Going]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ