Chapter 48

43 4 2
                                    

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Astaghfirullah, Zayn! Kamu mau mukbang apa gimana?"

"seharusnya mama tanya anak perempuan mama yang satu itu." Zayn meletakkan makanan yang tadi dibeli Zara di meja ruang keluarga seraya mendengus kesal

Semua mata tertuju pada Zara yang tersenyum manis tanpa rasa berdosa. "kak? Ini semua mau kk makan?" tanya Salwa keheranan

Zara menggeleng. "Ra, mama kan udah bilang kita gak boleh beli sesuatu berlebihan kayak gini. Ini terlalu banyak kalau mau kamu habisin sendirian."

"dia mau gendutin badan, ma. Biarin aja. Lagi stress kali dia, huh." teriak Zayn dari dapur. Ia baru saja meneguk segelas air dan langsung tandas tanpa jeda

"berisik lo. Aku mandi dulu ya. Mama tenang aja. Aku juga gak akan sanggup abisin ini sendirian. Nanti kita makan ini bareng-bareng. Tapi tunggu aku kelar mandi dulu hehe" Zara melewati Zayn yang juga sedang menuju kamarnya dilantai dua

"mandi lo. Trus langsung ke bawah. Makan bareng." Zara mengacak-acak rambut Zayn gemas

"rese lo!" Zayn masih kesal pada Zara yang sedari tadi cuek padanya saat ditanya mengapa ia membeli banyak makanan seperti itu

***

Barra berada diruang kerjanya sedang memeriksa beberapa email masuk yang dikirimkan oleh sekretarisnya. Sudah dua hari ini ia tidak bisa fokus saat bekerja. Entah mengapa ia selalu memikirkan Ara.

Barra selalu menampik ketika hatinya berkata bahwa ia jatuh cinta pada Ara. Sungguh. Ia tidak ada maksud menghianati Lucy. Barra juga tak mengerti mengapa perlahan rasa cintanya pada Lucy yang dulu teramat besar, kini perlahan menghilang.

Yang Barra fikirkan hanya Ara. Bahkan rasa cinta yang dulu mungkin tak pernah Barra harapkan untuk hadir, kini justru rasa itu semakin menuntut untuk Barra mengakuinya.

"aarrggghhh!!!" Barra mencampakkan kertas-kertas di meja kerjanya

Tak lama setelah itu, Barra mendengar suara pintu ruangannya diketuk. Ia pun mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. Lalu muncullah seorang pemuda gagah nan tampan, Gio yang tidak lain adalah sekretaris pribadinya. Sekretarisnya itu masuk dengan  membawa satu plastik makanan. Barra mengernyitkan dahinya.

"permisi pak, ini ada.."

Gio sempat menghentikan ucapannya saat melihat ruangan bos nya itu sangat berserakan.

"ada apa, Gio?"

Suara bariton Barra menyadarkan lamunan Gio, "ah, ini pak. Tadi ojek online yang nganterin makanan. Katanya untuk pak Barra." sahut Gio

"tapi saya gak ada pesan makanan apapun."

"saya tadi juga sudah tanya ke mas ojol nya, kata beliau ini pesenan dari bu Zara, pak."

"Zara? Yaudah kamu letak aja di meja sana." Barra menunjuk sebuah meja yang berada tak jauh dari meja kerjanya.

"baik, pak. Kalau begitu saya permisi, pak" Gio menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda kesopanan. Lalu bersiap untuk keluar dari ruangan sang bos

"kamu tolong suruh OB ke sini untuk beresin ruangan saya." titah Barra sesaat sebelum Gio melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya

"baik, Pak."

***

Sekarang Ara sedang berkumpul dengan semua anak-anaknya. Ia bahagia karna saat ini Zara sudah akrab dengan adiknya yang lain. Ini yang Ara rindukan. Suasana senda gurau serta canda tawa.

Zayn Zara [On Going]Where stories live. Discover now