chapter 10

2.3K 376 43
                                    

Reader POV

Aku siapa?

Dimana?

Aa... kenapa aku begitu lemah?

Kenapa aku tidak mengingat kejadian masa laluku?

Aku membuka mataku. Ruangan yang aku tempati sangat gelap. Ah, mengapa aku bisa sampai disini? Saat aku mencoba mengingat kembali aku tidak ingat sama sekali.

Aku melihat tanganku sedang diinfus. Kenapa diinfus? Kenapa aku sendiri?

Ceklek

Aku melihat orang yang membuka pintu kamarku. Lalu ia menyalakan lampunya. Dia lelaki berambut putih. Wajahnya benar-benar sangat enak dilihat.

Saat aku mencoba mengingat kembali rasanya sangat sakit. Aku memegang kepalaku yang sakit dengan kedua tanganku. Rasanya benar-benar menyiksa. Jika tidak salah ini bukan pertama kalinya.

Eh? Apakah benar begitu?

"[Last Name]-san." Panggilnya. Kenapa dia memanggilku dengan marga? Dan 'san'? Ini dimana?

"Apa kau mengingat kejadian sebelumnya?" Tanyanya lagi. Wajahnya seperti khawatir. Dia bukan keluargaku. Dia bukan ibu, ayah ataupun saudaraku.

Dan dia tidak menggunakan bahasa indonesia? Uh, jepang?

"Kau... siapa?" Tanyaku. Tentu saja dengan bahasa jepang. Orang itu langsung menatapku kaget. Tapi mimik wajahnya kembali normal. Ia tersenyum manis padaku. Dia benar-benar tampan. Dan senyumannya sangat manis.

"Aku Kita Shinsuke. Kita berada di club yang sama." Katanya. Aku hanya diam sambil menatapnya. Aku... tidak ingat sama sekali. Ah, bahkan tubuhku... aku merasa aku jadi melemah.

"Kita berada di Hyogo. Kita juga bersekolah di inarizaki. Kau adik kelasku." Jelasnya. Aku hanya mengangguk-angguk. Saat aku akan duduk, dia membantuku.

Aku menatap kedua tanganku yang aku genggam erat-erat dengan sayu. Pasti hatinya sakit ketika aku tidak mengingatnya. Ah... kenapa pula badanku terasa seperti habis dipukul?

"Aku... aku tidak mengingat... kecuali beberapa ingatan saja..." kataku dengan suara rendah. Aku tidak menatapnya. Aku masih melihat tanganku yang aku genggam.

"Tidak apa." Kata Kita lalu ia mengelus rambutku. Benar-benar nyaman. Keluargaku saja tidak mungkin bisa membuatku lebih nyaman dari ini.

"Kalau tidak keberatan boleh beritahu ingatan yang kamu ingat?" Tanya Kita. Suaranya benar-benar lembut hingga aku ingin menangis. Namun untungnya air mataku tidak keluar.

Tapi mengingat hal-hal yang kuingat itu momen menyedihkan aku menggeleng. Mana mungkin aku memberitahunya.

"Baiklah." Katanya.

Author POV

flasback○

Dikarenakan orang tua mereka belum datang. Akhirnya dokter memberitahukan gejala penyakit [Name] kepada Kita Shinsuke. Shinsuke sangat terkejut begitu mendengar penjelasan dokternya. Ia tak menyangka jika [Name] mengidap penyakit yang bisa membuatnya mati dalam usia muda.

"Ah, begitu ya. Terimakasih." Kata Shinsuke sambil menindukan bahunya. Atsumu, Osamu, dan Suna yang mendengar itu secara diam-diam hanya dapat kesal dengan diri mereka sendiri.

Mereka kesal karena baru tahu penyakit [Name]. Dan mereka juga kesal mereka tak dapat melindungi dan membuat [name] hidup bersama mereka lebih lama.

"Demensia ya..." batin Atsumu. Demensia bukan penyakit spesifik, tetapi merupakan sekelompok kondisi yang ditandai dengan penurunan setidaknya dua fungsi otak, seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai.

Mereka jatuh cinta dengan gadis penyakitan. Tidak, mereka tidak menyesal. Mereka berpikir jika ini pertanda jika mereka ingin memiliki [Name] maka mereka akan jaga sebaik mungkin.

Demensia juga untungnya memiliki obat. Jadi kemungkinan [Name] bisa sembuh.

Kembali ke keadaan sekarang. Saat Shinsuke dan [Name] saling diam. Datanglah Suna, Atsumu, dan Osamu. [Name] yang hilang ingatan menatap mereka bingung.

"Kau tidak mengingat kita ya?" Tanya Osamu. Dia tersenyum getir. Padahal belum 1 tahun ia mengenal adik kelasnya ini. Tapi ia sudah sesuka ini padanya. Benar-benar menyakitkan.

[Name] menjawabnya dengan anggukan. Tidak ada [Name] yang ceria lagi. [Name] ini terlihat kesepian.

"Kita... kakak kelasmu." Kata Atsumu. [Name] hanya diam mendengarkan. Suna sedari tadi hanya diam. Walau ia sangat ingin mengeluarkan keluh kesahnya yang tidak menyangka orang yang membuatnya jatuh cinta ini memiliki penyakit yang kemungkinan sembuhnya tidak pasti.

"Kita mencintaimu. Cinta kearah romantis." Lanjut Atsumu. Walau kata-katanya percuma. Nanti juga [Name] akan melupakan kejadian ini. Suna, Osamu dan Shinsuke juga hanya diam membiarkan Atsumu.

[Name] membulatkan matanya terkejut. Ia membuka mulutnya kaku-kaku. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi kepalanya tiba-tiba sakit. Rasanya seperti dilempar batu besar kearah kepalanya. Saking sakitnya [Name] sampai merintih dah memegang kepalanya yang sakit dengan kedua tangannya.

"Ahh!! Sakit!! Rasanya benar-benar sakit. Kenapa aku begitu lemah? Aku juga ingin sembuh! Aku juga ingin normal. Aku... aku juga ingin bertambah kuat. Sialan! Apa aku mempunyai penyakit didalam badanku!???" Teriak [Name] dengan frustasi. Shinsuke yang berada didekat [Name] langsung memeluknya. Ia memeluknya dengan erat. Shinsuke  mengelus rambut [Name] dengan lembut.

"Pasti... kau pasti akan sembuh." Bisik Shinsuke dengan lembut. [Name] mengeluarkan air matanya. Mereka yang melihat ini benar-benar membuat hati mereka tersayat.

"Dokter akan memberimu obat. Makanlah supaya kau sembuh. Dan dapat bertahan dengan kita." Kata Osamu. Ini pertama kalinya ia tersenyum dihadapan [Name]. Walau itu hanya fake smile yang hanya untuk membuat orang yang dicintainya semangat. Sesungguhnya Osamu sangat ingin sekali mengeluh bahkan berteriak. Ia sangat tidak rela [Name] mempunyai penyakit ini.

Tidak, semuanya sungguh tidak rela jika [Name] mempunyai penyakit ini.

"Kita yakin kau akan sembuh." Kata Mereka lalu memeluk [Name]. Air mata yang tadinya keluar makin deras. [Name] tidak tahu mereka siapa. Tapi entah kenapa mereka dapat mengusir rasa sepi dihatinya.

Hingga tanpa sadar [Name] tertidur saat sedang berpelukan. Dengan perlahan Shinsuke menidurkan [Name]. Shinsuke juga memberi kode untuk menyuruh adik kelasnya keluar tanpa ada suara.

Saat berada diluar ruangan mereka saling berada di pikiran masing-masing. Hingga dokter datang.

"Kita-san. Ini obat [Last name]-san. Harap dimakan secara teratur. Berapa kali sehari ia akan makan obat ini juga sudah tertulis. Kalau begitu sekarang saya permisi." Obat sudah dibeli. Ini uang dari Shinsuke. Karena orang tua [Name] belum datang. Ah... benar. Shinsuke bahkan sampai lupa untuk menghubungi butlernya [Name].

"Aku akan kerumah [Last name]-san untuk memberitahu keadaan [Last name]-san." Kata Shinsuke. Saat shinsuke akan pergi. Suna menahannya.

"Biar aku saja." Katanya. Shinsuke hanya menatap Suna lalu mengangguk. Dengan agak tergesa-gesa Suna pergi. Suna juga sekalian ingin mencari udara segar untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Shinsuke menghubungi pihak sekolah. Yang kebetulan langsung diangkat oleh ketua osis.

"Shiraishi-san, [Last Name]-san sedang sakit. Apakah bisa minta absen untuknya dan anak kelas 2 dari clubku? Kecuali Ginjima." Kata Shinsuke.

"Baiklah. Entah apa penyakitnya tapi semoga ia bisa sembuh." Kata orang yang marganya dipanggil Shiraishi oleh Shinsuke. Setelah itu Shinsuke mematikan ponselnya. Mungkin sekarang menunggu orang tua [Name] menjenguknya?

_______________________

A/N:

Mbah ye en ga kena korona tapi kena penyakit lain nih skskksksksk jangan tabok saia lagi

Aku pengen ceritanya cepet2 abis biar tambah book baru

Kalau buat sekarang nanti book ini terbuang

Inarizaki School [Inarizaki Team X Reader] (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang