23. Kepergian Jeslyn

1.8K 129 104
                                    

"Gue suka sama Kahtan."

Cowok itu tampak terkejut mendengar perkataan cewek yang ada di hadapannya barusan. "Udah gue duga," katanya tertawa remeh. "Sekarang mau lo apa? Gue nggak suka basa-basi."

"Lo juga suka kan, sama Laura?" cewek itu menyeringai. "Kalau lo suka, kenapa kita nggak kerjasama?"

Cowok itu berpikir sejenak, kemudian dia mengangguk menyetujui. "Oke. Gue serahin semuanya ke lo. Lo harus pastiin mereka putus."

"Tenang aja. Lo harus yakin sama gue. Apa sih yang enggak gua bisa?" cewek itu kembali menyeringai puas.

"The game will start immediately, Laura."

****

"Kahtan, tolong kembalikan buku ini ke perpustakaan." ucap Bu Ira. Guru itu memberikan beberapa buku pada Kahtan.

"Baik, Bu."

Kahtan berjalan menuju perpustakaan dengan tatapan tajam. Cowok itu tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya kepada gadisnya, Laura.

Semalaman Laura tidak ada kabar sama sekali. Kahtan pun sudah meneleponnya tetapi tidak diangkat. Di WhatsApp pun tidak pernah di balas. Dan saat ini Kahtan pun tidak melihat tanda-tanda Laura masuk ke sekolah.

Ada apa dengan gadis itu?

Kahtan sudah sampai di perpustakaan. Kini dia kembali menaruh buku-buku itu ke tempatnya masing-masing.

"Duh! Tinggi banget! Gue nggak sampe!"

Kahtan mendengar suara seorang perempuan sedang menggerutu kesal. Dia menghampiri cewek itu dengan tatapan bingung.

"Dinda?" Kahtan menghela napasnya pelan. Ternyata cewek itu tidak sampai menaruh buku-bukunya ke atas rak, karena Dinda terlalu pendek.

"Eh! Kursinya!" Dinda memekik terkejut saat melihat kursi yang di taikinya hampir terjatuh.

Kahtan membulatkan matanya saat melihat tubuh Dinda hampir terjatuh menubruk tubuhnya.

Bruk!

Dinda dan Kahtan terjatuh ke lantai. Cewek itu berada di bawah dan Kahtan berada di atasnya.

Dinda menahan napasnya saat wajah Kahtan sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan jika Kahtan mendekatkan wajahnya sedikit saja, bibir mereka sudah bertemu.

"Ka-Kahtan..." Laura menutup mulutnya terkejut. Kedua matanya kini sudah berkaca-kaca menahan tangis.

Laura berlari secepat kilat menuju keluar perpustakaan. Ia tidak bisa melihatnya lagi. Pikiran buruk seketika memenuhi otaknya. Apa mungkin Kahtan berpacaran dengan Dinda?

Kahtan membulatkan matanya saat melihat Laura tiba-tiba saja datang dari arah pintu masuk. Ia harus menjelaskan yang sebenarnya agar Laura tidak salahpaham.

Kahtan langsung berdiri saat itu juga. Cowok itu menatap Dinda dengan tajam. "Ini semua karena lo!" bentaknya. Kahtan membanting kursi yang ada di hadapannya dengan kencang. Demi apapun rasa bencinya terhadap Dinda kali ini bertambah.

LAURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang