2 - Menahan Sakit

48 6 6
                                    

Aliya duduk dengan diam dan tenang. Dia adalah satu-satunya murid yang berada di kelas saat ini. Bel istirahat telah berbunyi namun gadis itu masih betah dengan kegiatan mencoret-coret buku.

Entah sudah berapa lembar kertas dia habiskan untuk menulis segala macam rumus yang pernah dipelajarinya, namun berapapun itu tetap saja membuat Aliya tidak puas. Semua hasilnya nol dan itu berarti, tidak ada lagi yang bisa dilakukan Aliya.

"Wah wah wah, lihat! Si bisu dalam kelas sendirian."

Suara itu membuat Aliya membeku di tempat. Mata dipejam erat, sambil berusaha menenangkan diri. Apakah dia akan diganggu lagi hari ini? Pertanyaan itu terngiang di kepala Aliya, dan satu-satunya jawaban yang didapatnya adalah ... tidak.

Sampai kapanpun, Aliya tahu bahwa Hannah, Risa, dan Laila tidak akan pernah melepaskan mangsa empuk seperti dirinya.

"Heh, anak bisu! Masih berani 'ya kau datang ke sekolah ini! Sudah bosan hidup?"

"Yang benar saja, Ris." Laila merotasikan matanya. "Dia 'kan bisu. Untuk apa kau bertanya? Buang-buang waktu saja."

Hannah mengangguk setuju. "Lagipula, anak bisu ini sudah bosan hidup sejak mengganggu kita waktu itu."

Tidak.

Aku tidak pernah mengganggu kalian.

Kalianlah yang sengaja.

Kalian yang memulai.

Kenapa harus aku?

"Cih, udah bisu, melamun lagi." Laila menyentil dahi Aliya.

Aliya tetap diam tak melawan, bahkan ketika Laila mengarahkan tangannya untuk menepuk kepala Aliya. Cukup kuat hingga membuat Aliya meringis dalam hati, sambil terus mempertahankan wajahnya untuk tetap terlihat biasa.

Ketiga pembully itu bisa sangat agresif jika Aliya memperlihatkan rasa sakitnya, dan itu cukup untuk dia menjadi bahan bulan-bulanan ketiganya. Aliya berani bertaruh, mereka pasti akan membuatnya berjalan pulang tanpa alas kaki. Ugh, memikirkannya saja membuat kepala Aliya pusing.

Kemudian, Aliya merasakan pipinya ditampar pelan oleh Laila; Hannah menendang mejanya dan melempar Aliya ke dinding, dan Aliya juga ikut mendapat tendangan setelahnya; Risa dengan tatapan tajam nan menusuk, mengambil buku catatan dan sketsa kecil milik Aliya dan merobeknya sampai berkeping-keping.

"Lemah," ucap Risa, mengakhiri perbuatan mereka saat itu. Ketiganya segera pergi sebelum ada yang memergok.

Miris.

Aliya hanya bisa tersenyum miris. Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan sekasar ini. Sebenarnya, ini hanyalah hal kecil jika dibandingkan dengan hal menyakitkan yang pernah dialaminya. Terlalu menyakitkan hingga Aliya lupa bagaimana rasanya memiliki hidup menyenangkan.

Ah, jangankan hidup menyenangkan. Jika hidup tenang saja tidak pernah dia dapatkan, bagaimana dia akan mendapat hidup menyenangkan itu?

Aliya bangkit berdiri, mengumpul kepingan kertas yang berserakan dan menaruhnya di atas meja yang sudah diaturnya kembali ke posisi semulaーsekaligus mengatur meja Fang yang sedikit bergeserー. Membersihkan debu yang menempel di bajunya, kemudian duduk di kursi sembari memperhatikan seisi kelas yang kosong, mengingat seluruh siswa berada di kantin untuk istirahat makan siang.

Pandangan Aliya jatuh pada tas jingga yang terletak di atas kursi di depan meja teman sebangkunya. Terlintas sekilas keinginan gila di kepalanya, namun Aliya menggeleng.

Tidak, Aliya. Jangan menyusahkan orang lain lagi. Ini sudah kesekian kali, jangan melakukannya lagi jika kau tidak ingin ada orang lain yang terlibat.

ImperiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang