Malfoy's Internal Problems

5.6K 566 6
                                    

Bila Harry mengatakan rahasia kecilnya dan Draco hanya diketahui keduanya, maka itu salah besar. Ada orang yang tahu yang tak pernah Harry bayangkan akan tahu mengenai hal kontrovesial yang ia coba sembunyikan di halayak umum.

Mereka tahu tanpa bertanya. Mulanya mereka hanya mengawasi keduanya, memata-matai mencoba mengungkap apa yang keduanya coba samarkan dari publik, tapi mereka ternyata mendapat fakta yang sangat mencengangkan. Keduanya menjalin hubungan romantis.

Rasanya Draco ingin tertawa keras saat ini, tapi itu sangat tidak Malfoy sekali walau ia akui dia sangat keluar dari kepribadian Malfoy saat bersama Harry. Jika Harry tahu bahwa kedua orang tua Draco mengetahui hubungan keduanya, Draco yakin Harry benar-benar marah padanya. Ah bayangkan wajah memerah penuh amarah Harry yang ditujukan padanya, umpatannya menggemaskan sekali. Lupakan Draco memang sudah benar-benar gila bila menyangkut Harry.

"Son bisa kau hentikan senyum mu itu?" Draco ditarik paksa dari lamunannya. Wajah berseri-seri yang tadi terukir di wajah aristokrat miliknya seketika berubah datar tanpa ekspresi. Draco rupanya melupakan eksistensi kedua orang tuanya di ruangan ini karena sibuk membayangkan Harry.

"Apa otakmu sudah benar-benar hancur Dragon?" Lucius kembali membuka suaranya. Raut Lucius tak terbaca, hanya pandangan datar yang ditujukan untuk putra semata wayangnya itu.

Draco mengerutkan keningnya, hei kalau otaknya rusak saat ini dia tak akan menjadi seorang 'healer'. 'Sepertinya otak father yang rusak.' Batin Draco, sungguh berbakti sekali kepala keluarga Malfoy yang baru ini dengan menyumpahi ayahnya sendiri oh Merlin.

"Hentikan Drake! Father tahu gerutuan mu."

'Bloody hell!'

Ayahnya menggunakan Legillimensy padanya demi Salazar sepertinya Draco harus memperkuat dan memperumit dinding Occlumensy nya.

"Kembali ke topik utama Dragon. Kau sungguh ingin berpisah dengan Astoria?"

"Benar sekali father, aku akan berpisah dengan Astoria secepatnya."

Tak ada keraguan dalam nada juga tatapan Draco yang ia tujukan sebagai balasan pertanyaan ayahnya. Sudah Draco tegaskan bukan, bahwa dia sudah muak dalam kekangan hubungan egois milik Astoria Greengrass.

"Aku tahu kau ingin melarang ku father. Benar begitu?" Suara Draco terdengar sinis.

Lucius tak menjawab, dia sadar. Dia terlalu memaksakan kehendaknya pada Draco, memaksa Draco ini dan itu sejak kecil. Tapi sekarang Draco bukan anak kecil lagi Lucius. Dia tak bisa selamanya kau kendalikan, tak selamanya dia bisa kau atur sesukamu. Dia punya tujuan hidup sekarang, kau tak bisa lagi memaksanya. Lagi pula Draco sudah banyak berkorban untuk keluarga Malfoy.

"Kenapa father? Belum cukupkah kau melihat kegetiranku? Apakah aku harus selalu hidup dalam alur yang kau buat meski aku tak sedikitpun menghendaki dan membuatku hidup dalam kesengsaraan?" Draco kehilangan kontrol suaranya. Meluapkan semua emosi terpendamnya, keluh kesah hatinya.

"Kau tahu father, aku belum pernah merasa sebahagia seperti saat aku bersama Harry,kebahagiaan sejati. Pernah kau lihat senyum bahagiaku dan bukannya senyum sinis seperti yang kau ajarkan? Tak pernah father. Harry adalah kebahagianku father, tak bisakah kau mengerti bahwa aku hanya ingin bersamanya?"

Lucius tetap diam, tak sekalipun membuka suaranya menentang semua kalimat retoris Draco.

Mata lelaki paruh baya itu memandang Narcissa yang duduk di sebelahnya. Selayaknya Lucius, Narcissa juga tak membantah kalimat Draco.

Narcissa hanyalah ibu yang teramat mencintai putranya, kebahagiaan Draco adalah segalanya untuk Narcissa. Narcissa sadar bahwa bahwa mereka berdua terlalu memaksakan kehendaknya pada Draco, membuat Draco tersiksa juga tidak bahagia, padahal yang sangat Narcissa inginkah adalah kebahagiaan Draco, melihat senyum menawan Draco yang sangat jauh berbeda dari topeng Malfoy yang selalu Draco gunakan.

"Tapi kau dan Harry masih terikat sumpah pernikahan Dragon." Lucius kembali membuka suaranya dengan tegas.

Draco mendengus, sangat unMalfoy sekali emosi Lord Malfoy yang baru. Semuanya akan terasa sangat unMalfoy bila menyangkut Harry. Draco akan terlihat sangat berbeda, selalu.

"Aku akan berpisah dengan nona Greengrass ayah, ingat? Kau juga telah mendapatkan pewaris-"

"Lalu bagaimana dengan Harry? Dia masih terikat dengan anak perempuan Weasley Draco."

Tanpa petingatan Lucius menyela kalimat anaknya dan wajah Draco semakin datar mendengar kalimat ayahnya barusan. Tapi dia tersenyum pada ayahnya, senyum sinis. Jangan bilang Draco adalah seorang pendurhaka, Draco pun ingin bahagia bukan hidup dalam rumah tangga tanpa cinta.

"Aku yakin Harry sebentar lagi akan meninggalkan Weasley. Keputusanku sudah bulat dan tak akan pernah berubah. Aku dan nona Greengrass akan tetap berpisah. Selamat malam ibu, ayah." Setelah selesai mengatakan ucapan 'selamat malam' pada kedua orang tuanya Draco segera melangkahkan kakinya keluar dari Malfoy's Manor. Manor tua turun temurun keluarga Malfoy dulu adalah rumahnya namun tidak untuk sekarang, mungkin saat kedua orang tuanya mampu menerima dengan lapang dada keadaan Draco, dia akan kembali mengatakan manor tua itu adalah rumahnya.

Di dalam manor Lucius dan Narcissa termenung dalam lamunan, memikirkan tentang keluh kesah Draco. Sungguh mereka ingin Draco bahagia, tidak ada orang tua yang tak menginginkan kebahagiaan anaknya termasuk mereka.

"Luce, aku rasa kita telah berbuat kesalahan lagi. Draco semakin jauh untuk digapai." Narcissa mengenyahkan keheningan di antara mereka berdua.

"Dulu kita sering menekan Draco dengan alasan nama Malfoy, begitupun sekarang. Draco sudah tak bisa kau kendalikan lagi Luce, dia sudah dewasa. Dia sudah cukup tahu apa yang terbaik untuk hidupnya. Kita ingin Draco bahagia bukan? Tapi lihat sekarang, dia tak bahagia sedikitpun saat bersama Astoria. Dia hanya tersenyum saat bersama Potter dan kau telah menyaksikan itu. Dulu saat ia mengiakan perjanjian pernikahan dengan Astoria itu karena doktrinmu tentang mengembalikan nama besar Malfoy paska perang, sekarang Malfoy sudah pulih Luce. Biarkan Draco bahagia."

Narcissa menatap Lucius di sebelahnya, Lucius memang masih belum bergeming tidak mengiakan akan tetapi juga tidak menolak. Narcissa tahu Lucius sedang berdebat dengan logikanya. Dia tak bisa membiarkan Draco mencoreng nama Malfoy dengan mengencani pria beristri, tapi dia teramat sadar akan beban yang dipikul Draco. Dia tahu anaknya teramat jatuh pada Potter, Draco sudah sampai pada tahap tak bisa hidup tanpa Potter bahkan rela mengorbankan segalanya. Kabar baiknya Potter pun mencintai putranya walau banyak dinding tebal nan tinggi yang menghadang keduanya.

Lucius menghela napas dan Narcissa menyeringai di sebelahnya. Toh Draco sudah dewasa.

***

Draco memandang awan hitam di sekeliling mansionnya, sangat suram dan tak berwarna seperti keadaan hatinya saat ini. Fakta menyebalkannya sekarang Harry ,tidak ada disini, Harry-nya sedang bertugas di kantornya mengusut sebuah kasus. Draco mendengus, pasti saat mereka bertemu nanti Harry akan mengeluh tentang pekerjaan dengan bibir yang dicebikan. Ah sungguh menggemaskan sekali kekasihnya ini. Setidaknya setelah memikirkan Harry suasana hati Draco tidak seburuk sebelumnya.

Iris abu kebiruan milik Draco menangkap keberadaan elang pengantar pesan, diperuntukan untuk siapa kira-kira?

Ah elang itu menuju ke arahnya. Setelah mengelus kepala elang pembawa surat Draco segera mengambil suratnya dan bersiap membacanya. Alisnya naik setelah melihat surat di tangannya tapi tak lama dari itu bibirnya membentuk seringai.

'Ah indahnya hidup.' Batin Draco kegirangan.

TBC

Anomaly (Revisi)Where stories live. Discover now