🐣38. Satu persatu kebenaran akan terungkap 🐣

1.4K 134 51
                                    

.

.

.


🐣 Kubiarkan banyak luka membekas didalamnya. Aku hanya menunggu kuasa Tuhan memulihkannya untukku, jika hadirmu hanya mampu menggores luka🐣





Aldy mencoba mengingat sesuatu, tetapi gagal. Pikirannya selalu di putuskan 'tak mungkin jika anak ini adalah ... Tidak mungkin!' lelaki itu menolak suara hati kecilnya. Sementara Luny semakin tenggelam dalam isak tangis. Gadis itu menumpahkan semua kepahitannya, karena ia tak sanggup menahannya sendiri.




"Papa?" Resy tiba-tiba datang dengan rambut yang berantakan, baju tidur dengan boneka panda, serta mata yang masih mengantuk berat. Namun, saat melihat Luny berada di pelukkan Aldy. Matanya terang dan segera tajam ke arah Luny.

"Kamu belum tidur?" Tanya Aldy melepas pelukan itu. Namun, pertanyaannya tak mendapat jawaban dari Resy.

"Sudah malam sayang tidur," ujar Aldy mendekati Resy.

"Aku mau tidur, kalau papa mau nemani aku tidur!" Pinta Resy seolah tak menerima penolakkan.

"Ya udah. Ayo," Aldy meninggalkan Luny lalu membawa Resy tidur ke kamarnya. Luny tersenyum bahagia, meski ada sisa luka di hatinya, etapi malam ini adalah hal pertama kali ia mengeluarkan tangis bahagia.


"Makasih, pa. Meskipun papa nggak tau yang sebenarnya. Luny masih bahagia di samping papa. Selamat malam. Luny sayang banget sama papa."
Batin Luny tersenyum tulus menatap kepergian Aldy dan Resy. Sesekali Aldy memalingkan wajahnya ke belakang, ia melihat Lun berdiri dengan mata yang sembab tak lupa dengan senyum yang tulus.

"Selamat malam, nak. Istirahatlah."


🐥🐥🐥




Pagi itu mentari sangat terang, mampu menghangatkan tubuh Luny yang sedang berjalan ke arah gerbang sekolah. Kejadian tadi malam, membuatnya tak bisa lupa dengan kebahagiaan pertama setelah sekian lama ia memendam duka.

Langkahnya berjalan santai, sambil menikmati udara pagi yang terasa menyegarkan penghidupannya. Tatapnya lurus ke depan, senyum tulus melengkung indah di wajahnya. Seakan semua beban hidup yang berat itu lepas dengan ringan, meski ia tahu semua akan kembali dengan semestinya.


"Selamat pagi, cewek tangguh," sapa Delon dari arah belakang, sambil merangkul Luny. Gadis polos itu membiarkan Vano melakukan apa yang dia mau, tak ada yang menghalanginyakan? Azer? Dia tidak peduli lagi.


"Gue udah tau, tentang papa lo yang lupa ingatan dan semua kebusukkan mama tiri lo dan Yenzi." Delon menatap lurus ke depan. Luny ingin menutup mulut ember Delon sekarang juga, tetapi Delon yang lebih di luan menutup mulut Luny dengan jari telunjuknya tepat menempel di bibir gadis itu.


"Lo nggak capek, Lun? Di sakiti dari semua orang yang Lo anggap baik, lo anggap saudara, lo anggap cinta, tapi lo hancur melepuh!" Tatap Delon dengan serius.

"Gue capek, capek banget! Cuma gue nggak mau bertindak sendiri. Cukup Tuhan yang bertindak dan sampai saat ini, rasanya sulit untuk membenci mereka. Karena gue tau rasanya di benci itu gimana, sakit, Lon." Luny mengigit bibir bawahnya, menatap langit penuh harap. Bahwa Tuhan pasti menjawab semua keluh kesahnya.


"Lo polos, bahkan terlalu polos untuk di sakiti, tapi entah kenapa semua luka tertuju tajam ke lo. Kalau gue jadi lo, mungkin udah gue laporin tuh semua kebusukkan mereka. Namun, Cewek di depan gue ini, malah menunggu tangan Tuhan yang bekerja. Gue salut." Tatap Delon dalam.

Luluh tapi Luka [ END ]Where stories live. Discover now