🐣46. mengikis ego 🐣

1.3K 116 26
                                    


.

.

.

🐣. Mencintaimu adalah hal yang mudah kulakukan, namun merelakanmu hal yang sulit untukku terapkan. Rasa ini akan tetap ada meski suatu hari nanti akan pupus ditelan oleh takdir.🐣






Aldy membuka pintu kamar Luny dengan pelan, ia memasukkan kepalanya sedikit. Lalu mendapati Luny yang sedang duduk di atas kasurnya, lengkap dengan pakaian segaram. Luny telah menyiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah. Aldy hendak menghantarkan Luny.

Gadis itu menatap kaca jendela yang ditembus oleh sinar matahari. Aldy hanya tersenyum simpul lalu mendekati gadisnya. Luny tahu lelaki itu sedang menghampirinya, gadis itu berdiri lalu menghadap Aldy.


"Seberapa susahnya sih, pa, merasakan kasih sayang dari seorang ibu? Seberat apa sih, menjadi seorang ayah yang mencintai keluarganya? Luny hanya butuh itu, pa. Papa nggak bisa kasi Luny kesempatan? Luny mohon!" Sergah Luny menatap kedua mata Aldy dengan tatapan yang berkaca-kaca. Aldy mendekati Luny lalu memeggang kedua pundak anaknya.


"Kita sudah punya keluarga baru. Hanya ada papa dan kamu, kita bahagia tanpa mereka. Mungkin kamu udah lelah dengan semua kejahatan mereka terhadap kamu. Cukup, papa tidak mau melihat kamu tersakiti lagi!" Tegas Aldy. Dengan senyum yang sangat tipis Luny menepis tangan Aldy yang mendarat di bahunya.



"Wajib kamu ketahui! Papa tidak akan bersatu dengan wanita iblis itu!" Tambah Aldy dengan tatapan tajam.

"Luny semakin tersakiti, pa! Aku nggak tau harus berbuat apa lagi, semuanya terasa sulit untuk Luny miliki!" Bentak Luny dengan isak tangis, lalu keluar dari rumahnya dengan langkah yang berat. Ia sempat melihat ada butir-butir air mata yang menumpuk di tepi mata Aldy. Luny tak sanggup menatapnya jika air mata itu jatuh.




"Luny, kamu mau kemana? Luny!" Teriak Aldy dari kamar, tetapi Luny tak menghiraukannya panggilan lelaki paru Bayah itu, ia tetap berjalan menyembunyikan luka yang baru. Yah, setiap hari bahkan setiap menit ia menerima luka itu.





Luny memutuskan untuk menaiki bus untuk menuju ke sekolahnya. Luny memilih duduk di bangku yang berdekatan dengan jendela. Segera mengusap matanya yang mulai sembab dengan tisu dan tersenyum manis pada orang-orang yang memperhatikannya dari tadi. Kendaraan itu berlaku dengan kecepatan sedang, beberapa pohon tampak ikut bergerak, angin sepoi-sepoi mengelus lembut permukaannya, seolah menenangkan kejadian pagi yang memilukan.


Tak lama kemudian bus itu berhenti di depan sekolah SMA Kasih. Beberapa orang mulai turun dari dalam bus itu, berbeda dengan Luny, ia tertidur pulas hingga tak menyadari bahwa sudah waktunya untuk turun. Seorang wanita hamil hendak membangun gadis itu, tetapi lelaki yang berada di belakang bangku Luny, menahan dengan menempelkan jari telunjuknya di depan mulutnya sambil berkata, "ssst, biar saya yang bangunkan dia". Wanita hamil itupun mengangguk paham lalu turun dari bus itu.




Lelaki tampan itu menepuk pelan pipi Luny, berharap gadis itu segera bangun dari tidurnya. Telah beberapa kali, lelaki itu melakukan hal yang sama, tetapi Luny masih tertidur dengan lelap. Senyum yang manis terbit dari wajah lelaki itu, lalu menyelipkan tangannyaa ke bawah kaki Luny, sebelahnya lagi di leher gadis itu. Luny sekarang masih tidur meski lelaki itu telah membawanya keluar dari bus, dengan cara mengendong Luny.



Kelopak matanya mulai bergerak, terasa ada yang berbeda, hingga Luny membuka matanya dengan lebar. Saat ia tahu bahwa Azer berada di depannya dengan posisi yang sangat romantis. Luny segera menggerakkan kedua kakinya, meminta Azer menurunkannya.


Luluh tapi Luka [ END ]Where stories live. Discover now