8. Bukan cewek idamanmu

1.3K 167 17
                                    


.
.
.

Mungkin aku bukan dia yang kau maksud, tapi aku akan menjadi orang yang kau cari di suatu saat nanti.





  Cahaya mentari pagi seolah menyambut seorang gadis cantik yang berdiri di pintu gerbang sekolah, gadis itu berdiri dengan lirikan mata yang tak tenang. Ia tak akan membiarkan orang lain mencuri kesempatannya lagi.

Tiba-tiba seorang lelaki dengan jaket hitam, serta jam tangan yang melingkar manis di lengannya, senyum tipis yang terpancar dari wajah lelaki itu sambil keluar dari mobil mewahnya. Dari kejauhan Luny memperhatikan lelaki itu dengan tak sabar ingin menggandeng tangan Azer seperti yang di lakukan lelaki itu pada Yenzi tempo hari.

"Kamu yang benar sekolahnya yah, jangan suka melamun. Guru kamu kemarin wa mama, katanya kamu suka ngelamun di kelas." Seorang wanita yang berumur 35 tahun berparas cantik adalah Many, ibu kandung Azer.

"Ia, ma," balas Azer dengan malas, dalam hatinya ia menyumpahi Luny si gadis sialan yang berhasil membuatnya lebih banyak diam belakangan ini.

"Ya udah kamu--" ucap Many terpotong ketika Luny tiba-tiba datang dari arah gerbang dengan wajah yang ceria.

"Hi Tante," sapa Luny bersemangat dengan melambaikan tangannya. Many menatap gadis imut dan polos yang sedang berdiri di luar mobil dengan tatapan senang.

"Ia sayang," balas Many dengan senyum lebar. Sementara Azer melirik kesal wajah Luny yang membuatnya meledak.

"Azer, ini siapa imut banget." Many menatap Luny dengan gemas, pipi Luny memerah mendapatkan Pujian tulis dari Many.

"Tante kenalin saya Luny Valine paca--" ujar Luny terpotong, ketika Azer membuka mulutnya dengan kilat.

"Ini Luny ma, adik kelas Azer. Ya kan dek?!" Azer mengelus-ngelus ujung rambut Luny dengan lembut.

Dug!

Gadis itu menatap wajah Azer yang tampan. Meski ia tahu ini cara Azer untuk mengelabuinya, tetapi Luny tak bisa menahan pipi merah merona yang terpancar dari wajahnya akibat sentuhan lembut dari tangan Azer.

"Cewek sialan! Di giniin baru lo diam!" batin Azer kesal.

Lelaki tu menatap Luny dengan tatapan penuh arti. Sedangkan Luny terpanah dengan sikap dan sentuhan itu, hingga membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan mampu merasakan nafas Azer yang sedang menyapu wajahnya.

"Pantasan masih imut, polos, ramah, Mama suka," ucap Many dengan senang.

"Makasih tante," Luny menundukkan kepalanya sambil mengulum senyum.

"Ya udah. Mama buru-buru ke kantor. Azer, baik-baik belakai ya, mama nggak mau dengar kamu sering melamun lagi," harap Many menatap teduh anak sulungnya itu.

"Oh, jadi, Azer sering melamun? Ngelamun ak--" lagi-lagi ucapan terpotong.

"Itu karena gue banyak pikiran, gila kali gue ngelamun cewek kayak lo!" Bisik Azer dengan kesal. Many terkekeh melihat ekspresi Luny dan Azer.

"Enggak boleh kasar sama adik kelas kamu, Zer," ucap Many, membuat Luny semakin percaya diri.

"Ia tante, untuk Azer nya ganteng. Kalau enggak udah--"

Luluh tapi Luka [ END ]Where stories live. Discover now