𝑫𝒖𝒂 𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉 𝒍𝒊𝒎𝒂

479 81 14
                                    


--oOo--

Selamat membaca♥️

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Selamat membaca♥️































































"Loh? Alrey?"

Yang lebih buat terkejut bukan kedatangan Alrey yang tiba-tiba, tapi wajah Alrey yang babak belur seperti habis tawuran ditambah tubuh cowok itu yang bergetar hebat dan basah, padahal diluar gak hujan sama sekali.

Arvin masih bingung, gak kenal siapa cowok didepannya tapi cowok itu juga kaget karna emang Alrey bener-bener kayak habis dikeroyok.

"Chel..." Arvin melirik Chelsea untuk meminta penjelasan tenang siapa remaja lelaki yang berada didepannya ini. Chelsea mengerti dan menghela napasnya. "Dia murid aku."

Arvin makin kaget.

Arvin beralih untuk menatap Alrey, tadinya mau nyuruh anak itu masuk dulu karna keliatannya Alrey kedinginan. Bahunya bergetar hebat dan cowok itu hanya menatap kosong kearah Chelsea dan menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar jelas. Oke, Arvin sebenernya rada takut juga liatnya tapi kasian.

Arvin baru mau menyentuh bahu cowok itu untuk menyadarkannya, tapi Alrey sudah lebih dulu tersungkur ditanah sambil terus berkata ampun.

"Ampun!! Jangan pukul saya! Saya bukan pembunuh!" Alrey berteriak histeris dan Arvin terkejut bukan main, apalagi Chelsea.

Mata hadis itu kini membulat.

"Saya bukan orang jahat! Bukan saya yang bunuh mama!" Lirihnya masih sambil berjongkok dengan badan bergetar, menangis, dan berusaha melindungi badannya dari sesuatu. Padahal Chelsea dan Arvin gak ngapa-ngapain.

"A-Alrey... Tenang dulu n-nak..." Ujar Chelsea berusaha menenangkan anak lelaki yang tengah ketakutan itu sambil menjalan mendekat, sayangnya lirihan Alrey malah membuat Arvin dan Chelsea mematung.

"Saya bukan anak sial... Kelahiran saya bukan kutukan, saya bukan penyebab kematian mama.."

Arvin menatap Chelsea kaget, sedangkan mata Chelsea sudah berkaca-kaca. Arvin tidak tahu kalau tentunya ada murid yang seperti ini disekolahnya.

Awalnya Arvin pikir Alrey ini bener-bener habis tawuran karna cowok itu hanya menggunakan kaos hitam polos yang basah dengan celana SMA yang terlihat kotor.

Tapi...

"Jangan pukul saya, saya tidak bersalah... Ampun!" Alrey menempelkan kedua telapak tangannya sambil memohon ampun kepada Chelsea dengan tangan bergetar.

Alrey trauma.

Anak itu tidak dapat membedakan orang.

Buktinya saat Chelsea berlutut didepannya dan menatapnya, Alrey kembali menangis sambil berkali-kali menggumamkan kata ampun.

[2] 𝐇𝐎𝐔𝐒𝐄𝐇𝐎𝐋𝐃 -𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍 𝒐𝒇  𝑭𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅𝒛𝒐𝒏𝒆- (✓)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt