𝑫𝒖𝒂 𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂𝒏

495 79 16
                                    


--oOo--

Selamat membaca♥️

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Selamat membaca♥️





































































































Arvin natap jam tangannya yang menunjukkan pukul 12 malam. Tadi sekitar jam 10 ada operasi mendadak makannya Arvin pulangnya telat.

Sekarang cowok itu lagi diperjalanan pulang sambil gak berhenti nguap karna sebenernya dia udah cape banget. Tadi pagi pun hampir gak sempet sarapan karna tiba-tiba dapat telpon dari rumah sakit kalau ada pasien yang harus dioperasi lah, ini lah itu lah.

Gapapa lah, Arvin seneng liat pasiennya bisa sembuh.

Pas mobilnya udah masuk kearea komplek rumah mereka, Arvin mengerjapkan matanya saat ngeliat ada seorang bapak-bapak yang lagi berdiri didepan gerbang rumahnya sambil liat kedalem rumah. Arvin memberhentikan mobilnya tepat disamping orang itu dan turun.

"Cari siapa ya pak?" Tanya Arvin sopan sambil tersenyum. Bapak-bapak itu menoleh. "Hanya mau liat rumah." Jawab bapak-bapak itu sambil mundur beberapa langkah. "Maaf kalau saya menghalangi."

Arvin masih tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. "Oh, gak apa-apa pak. Tapi kenapa jam segini bapak masih diluar? Bahaya loh pak."

Bapak-bapak itu menunduk dan menggeleng pelan. "Saya gak punya rumah."

Arvin mematung ditempatnya, menatap pria tua didepannya yang sedang menunduk lalu tiba-tiba berjalan pergi.

Arvin kira dia salah ngomong. "E-eh! Pak! Mau kemana?"

Bapak itu menoleh dan menggelengkan kepalanya. "Saya permisi dulu, maaf mengganggu malam-malam begini."

Arvin jadi makin gak enak lalu sekali lagi memanggil pria tua itu.

"Pak!"

"Iya nak?"

Arvin menatap pria tua didepannya ini yang hanya mengenakan kaos oblong abu-abu yang sudah lusuh, celana pendek yang sudah sobek-sobek, sendal jepit yang beda sebelah sambil menenteng karung. Mungkin dia pemulung.

Arvin merogoh sakunya, mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan.

"Ini buat bapak."

[2] 𝐇𝐎𝐔𝐒𝐄𝐇𝐎𝐋𝐃 -𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍 𝒐𝒇  𝑭𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅𝒛𝒐𝒏𝒆- (✓)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt