5. Kelipatan Dua

3.6K 1K 175
                                    

.
.
.

    Juyeon yang jengah dengan perilaku Moonbin yang tiba tiba jadi pendiam itu akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya. Sungguh, bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi Juyeon kerasa kek lagi di diemin ama doinya padahal dia ga ngerasa salah apa apa.

  "Pasti tentang apa yang lu liat tadi, kan?" Ucap Juyeon, "di laptop, lu liat apaan?"

    Moonbin menggeleng, "nggak liat apa apa kok, cu-cuman liat film horor-"

  "Moonbin Zahuwirya." Potong Juyeon tegas, sifatnya sebagai kakak tertua yang tak mau dibantah juga pemaksa mengharuskan Moonbin yang hanya 11 hari lebih muda dari Juyeon itu menyerah.

  "Iya.. Ini tentang apa yang gua liat tadi di laptop." Ucap Moonbin, "tadi gua bersih bersih, terus pas mau bersihin ruang belajarnya Seonghwa, gua denger suaranya Seonghwa, manggil gua bunga aster, ga sengaja gua jatuhin buku di raknya, pas mau ngembaliin, gua nemu flashdisk yang dikasih tanda pengenal Dear My Zahuwirya. Akhirnya karena penasaran, gua liat isinya."

  "Terus?"

  "Seonghwa ninggalin dokumen atau apa gua ga ngerti gimana nyebutnya.. Gua belom liat semuanya, punya lu dikasih gambar lima batu nisan yang semua tahunnya salah, punya gua ada gambar bunga aster.. Gua gapaham apa dan kenapa Seonghwa ngasih gambar itu di sana." Jawab Moonbin.

  "Tiap orang punya masing masing?" Tanya Juyeon.

    Moonbin mengangguk, "berurutan dari yang paling tua. Gua gatau dia sengaja atau gimana tapi.. Apa itu bisa disebut kebetulan?"

    Juyeon menggeleng, "itu kebetulan yang jauh lebih masuk akal daripada tentang ayah gua yang diaksih saran ama Seonghwa pasiennya buat bunuh seluruh anggota keluarganya dan kini si pemberi saran malah jadi anggota keluarga gua."

  "Jujur Juyeon, lu masih takut, kan?" Tanya Moonbin.

    Juyeon mengangguk, "ketakutan itu bakal tetap ada karena kita cuma manusia. Hongjoong ngasih tau gua banyak hal tentang Seonghwa.. Fakta yang ga pernah gua sangka merujuk pada orang sebaik dia.."

    Juyeon mengambil duduk di hadapan Moonbin, "kita semua tau yang paling canggung di keluarga Zahuwirya itu gua ama Seonghwa. Dari awal kami berdua ga cocok satu sama lain, makanya gua rasa.. Gua yang paling ga guna posisinya disini—"

  "Lu salah, Juy." Potong Moonbin sambil berdiri dari tempatnya, berlari ke dalam kamar dan kembali membawa laptopnya. Moonbin menepuk tempat duduk di sampingnya, meminta Juyeon untuk mendekat. Juyeon tak menolak, tanpa curiga dia menuruti Moonbin.

  "Seonghwa nulis kalo dia percaya ama lu lebih dari siapapun bahkan dari Hongjoong. Ini memang cuma hipotesis gua, tapi sumpah, gua yakin Seonghwa tau kalo cuma lu yang bisa mecahin teka tekinya." Jelas Moonbin.

    Juyeon mengerutkan kening, "lu ngelawak? Gua bahkan harus ngotak dua kali buat ngitung logaritma ama eksponen, sekarang lu malah bilang kalo cuma gua yang bisa mecahin teka tekinya? Hahaha, ga lucu.. Gua ngerasa lagi dihina."

  "Gua setuju ama Moonbin." Tiba tiba suara Hongjoong terdengar di belakang mereka. Kakinya Juyeon sampai terantuk meja saking kagetnya dan Moonbin auto jatuh dari kursi.

  "WOYLAH ANJER! LU MAU GUA MATI MUDA, HAH?!" Teriak Juyeon ga selow sambil megangin dadanya.

  "Jangan mati dulu, Juy. Kan, aku belom gendong anakmu, huhu.." Balas Jungwoo yang berdiri di samping Hongjoong.

  "Kalian ini biasakan masuk rumah salam gitu, loh." Omel Moonbin bangun dari lantai dan kembali duduk di atas kursi.

  "Udah, kalian aja yang budeg." Ucap Jungwoo.

[✔] Klub 513 | Hidden Chapter | : Hwa! Where stories live. Discover now