Chapter 18.| Again?

80 68 43
                                    

"Rasanya Candu. Merindukanmu tanpa sebab,"

Sudah sejam Ana menunggu di depan pintu kos Eka. Mengetuk pintu, sudah. Menggedor pintu, sudah. berteriak sambil mengetuk, sudah.

"Ini tidur beneran atau latihan meninggal sih?" gerutu Ana.

Cklek

"Pilihan kedua,"

"Iih!! kamu?!! baru bangun!" Teriak Ana sambil memukul lengan Eka yang berdiri tanpa baju di depan pintu.

"Sakit Na, ihh,"

"Apa kamu nih? tidur mu itu bisa kayak gitu, nyebelin tau?!" bentak Ana yang terlihat makin kesal. "Awas, boleh masuk gak aku ini?" tanya Ana karena Eka tepat berdiri di depan pintunya.

"Silahkan nona, ngambek aja terus,"

"Gimana aku gak ngambek? cobak kamu di gituin?!" masih dengan nada kesalnya.

"Shuuuut," Eka buru-buru menutup mulut Ana, "maap-maap, masak deh sana," ujar Eka sambil mengelus pundak Ana, "jangan ribut nanti kedengeran tetangga dikira aku apa-apain kamu tau,"

"Biarin, aku gak peduli, salah siapa bikin kesel?"

"Iya, iya aku yang salah ya, minta maaf,"
Eka menatapi gerak-gerik Ana, dari mencuci semua sayur, mengeluarkan nasi, menyiapkan piring, memasak hingga menyiapkan makanan dan menata semuanya dengan rapi, kebiasan Ana selalu merapihkan semua barang yang ia telah gunakan sebelum makan, dan biasanya Eka yang akan mencuci piring.

"Ka, mau ini?" tanya Ana menunjuk ke arah buah melon.

"Boleh," Eka tersenyum mengangguk.

Mana mungkin Eka menolak, itukan buah kesukaannya. Dan mana tau juga dia kalau Ana hanya berpura-pura bertanya. Sial, drama macam apa ini?

"Kamu gak main sama temen cewekmu yang cerewet itu?" tanya Eka.

Ana yang mendengar merasa aneh dengan pertanyaan Eka, apa dia bertanya tentang Mikaela?. Sungguh Ana sedang malas sekali membahas masalahnya itu. "Mikaela? Metta?siapa sih? yang bener kalo nanya,"

"Yups si Mika,"

"Dia udah bukan hopengku¹ ,"

"Alasannya?"

"Kenapa jadi pengen tau urusanku?" jawab Ana sinis.

"Bukan gitu, aku gamau kamu kehilangan temen 1 lagi kalau gara-gara masalah sepele, siapa tau kita bisa bertukar pikiran?"

"Sial ini benar-benar sial," batin Ana.

"hmm, nanti, aku cerita nanti, selesai makan," jawab Ana begitu canggung.

"Oke, anytime," Eka segera mengambil potongan buah segar itu, menyisakan beberapa untuk jadi cemilan setelah makan. "Enak Na, sering-sering aja ya aku ngerepotin kamu," sambungnya dengan mata mengisyaratkan makasih-babu.

"Bayar dong, gaada gratis di dunia ini," sahut Ana.

"Ana, emang sialan,"

"Balikin makanannya!" Raut Ana murka mendengar jawaban Eka,

"Canda Ana, canda, sensi banget,"

"Biarin!" Ana

"Gini nih pasti sengaja ngambek biar gak nge bahas masalahnya sendiri, cikh,"

Ana terdiam dan menunduk,
"Mika, kenal cewek yang waktu itu disana sama Kris, dia yang nganterin bahkan kesana, dia gak mau bilang kalau dia terlibat karena, ya, dia sendiri juga kaget, tapi dia salah! kenapa dia ga nyeret cewek itu buat balik lagi?" Ana menjeda ceritanya, berusaha kuat agar tak menangis, "Kenapa sih orang susah banget buat bertindak apalagi ini aku, aku loh, temennya, tapi dia ngebiarin cowok itu sama cewek sialan itu mesum disini!"

"Hmm" sela Eka, "Yaudah, aku ga nanya lagi kalau itu masih ganggu pikiranmu," Eka menenangkan Ana, yang malah ditepis seketika,

Ana menjelaskan lagi, dengan sedikit mengingat awalnya, " Aku gak akan tau kalau aku gak liat post dia di story wa, aku kaget ada cewek itu nyentrik banget di kanan nomor dua di fotonya, aku tanya ke Mika langsung, dia gak inget masalah itu, dia pasti gak inget karena itu masalah sepele di hidupnya," jeda Ana, "Aku ga sedih, mau cuci piring abis itu pulang,"

"Iya, pinter." Eka menghela nafas, agak sedikit lega, dan juga bermasalah karena mengungkit kejadian lalu.

Flashback On

Eka yang tak sengaja bertemu Mikaela, mencoba menegur sapa namun malah di acuhkan, tak selang berapa lama setelah urusan bayar-membayar, Mikaela memanggil Eka dan terjadilah percakapan itu,

"Ka, coba kamu tanya Ana, bilangin sama dia, aku gatau, aku juga gak berani ribut di kos dia, itu satu. Dua, aku gak mau yang dia lagi sibuk kerja malah kepikiran masalah ini,"

"Ngomong apa sih? awalnya apaan? main isi aja," tanya Eka yang masih bingung, karena sebelumnya Ana juga tidak ada cerita apapun dan menganggap semua baik baik saja, di depan Eka.

"Duh, susah Ka, udah, pokoknya kalau dia ada cerita, bilang aja gitu, aku gak salah, Ana emang udah benci aja sama  cowok itu jadi segala hal yang nyangkut masalah itu dia auto sebel ke seluruh aspek, Ana selalu gitu."

"Tapi aku kan belum denger Ana cerita, tiba-tiba udah ngerasa bener aja,"

"Gaada waktu, aku juga mau kerja, nanti pasti Ana cerita,"

"Kalau enggak?"

"Dia bakal nyimpen jadi dendam pribadi, kayak dulu," Mikaela tersenyum tipis, "udah, itu aja," Ela  berjalan pergi, Eka masih bingung ada masalah apa, masalahnya ia baru saja melihat Ana tersenyum, dan harus dengan cara apa dia bertanya tentang ini?.

Flashback off.

"Aku gak nanya kamu tau ini darimana, kalaupun pikiran kita sama, lebih baik jangan bilang itu siapa," Ana mengemas barang-barangnya secara acak, meskipun tidak banyak juga, "im totally fine, kok," Ana berdiri dan pamit pulang, atau bisa dibilang, langsung melenggang pergi setelah mengatakan kata terakhir.

Eka melihat Ana berjalan makin menjauh, tapi pikirnya setidaknya ia tahu kejadian ini meskipun Ana menutupnya rapat-rapat. Lebih baik jika diceritakan daripada dipendam sendiri dan menambah beban pikiran, padahal harusnya mencari kebenaran se detail mungkin supaya benar atau tidaknya ada kesalahpahaman, apalagi mereka bersahabat, Mika juga mungkin bingung harus bertindak bagaimana saat hari itu, takut Ana akan tersulut emosinya dan susah mengontrol amarahnya, yang dipikiran Eka juga sama, ia akan melakukan hal itu. Yang bisa jadi, itu juga pembelajaran untuk Ana, supaya lebih hati-hati memilih seseorang untuk berhubungan, apalagi ia belum kenal lama, belum tau seluk beluk orang tersebut, yang harusnya sebagai pacar Ana mengetahui setidakya beberapa keburukan pasangannya. Dan yang terjadi malah seperti ini, Ana juga menyalahkan Mika.

"Cewek bedebah," rutuk Ana dalam hati dan tersenyum tipis.
Dalam hati Ana, ia ingin sekali mampir kerumah Mika untuk meminta penjelasan dan melupakan masalah ini.
Tapi Ana mengurungkannya dan memutar arah kembali ke kosnya. Ia hanya akan menunggu Mika mengabarinya lagi dan berkumpul bersama Metta. Ana berharap ia tidak salah lagi dalam memilih orang dari aplikasi anon. Atau ini hanya ke sialan yang sedang menimpa Ana? Mengenal seseorang yang kurang tepat.
.

.

Hopeng¹ : Teman akrab, sohib.

Capek. [COMPLETED]Where stories live. Discover now