02.

71 9 2
                                    


Dalam kehidupan kerajaan peri yang lain yang terletak di dekat perbatasan bangsa peri dengan bangsa lain, yaitu Kerajaan Helianthus, hiduplah seorang putra raja bernama Lorien. Rakyat Helianthus memanggilnya Pangeran Lorien. Pangeran Lorien tertarik untuk membantu sang putri. Bukan tanpa alasan, tetapi karena Putri Laurindriel sudah mendapatkan tempat di hati Pangeran Lorien sejak dulu. Dia sudah siap dan rela bertaruh nyawa untuk melindungi sang putri, bahkan jika tidak diberi imbalan sekalipun. Dia pun membuat kunjungan ke megahnya Kerajaan Marantha, dan rombongannya disambut baik oleh putri kerajaan tersebut.

“Sebuah kehormatan bagi kami dapat mengunjungi kerajaan anda, Putri Laurindriel.” Pangeran Lorien membungkuk setengah badan.

“Senang bertemu denganmu, Pangeran Lorien,” balas sang putri

“Kedatangan saya kemari bukan tanpa alasan. Saya mendengar bahwa kau membutuhkan bantuan untuk mencari obat untuk kesembuhan ratu. Oleh karena itu, saya ingin mengajukan diri saya semampu mungkin untuk membantumu, Putri Laurindriel. Apakah kau bersedia untuk menerima saya sebagai temanmu dalam menempuh perjalanan panjang tersebut?”

“Baiklah, Pangeran. Senang mendengarmu akan membantu saya. Kau cukup tangguh, namun ini bukan hanya sekedar perjalanan. Banyak rintangan yang akan kita hadapi. Rintangan yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Apakah kau sungguh bersedia untuk menemani saya dalam perjalan tersebut ?” tanya sang putri

“Saya bersedia untuk menghadapi apapun yang terjadi bersamamu, Putri Laurindriel,” jawab pangeran tersebut.

“Baiklah. Kita akan memulai perjalanan esok hari. Bersiaplah,” jelas putri Kerajaan Marantha tersebut.

“Dan kau bisa memanggilku Laurindriel. Senang bertemu denganmu, Lorien,” sambungnya.

Pangeran Lorien hanya tersenyum dan kemudian membalikkan badannya untuk kembali ke Helianthus bersama pasukan berkudanya.

Malam hari tiba. Cahaya bulan yang melelapkan bersinar semakin terang. Serangga-serangga malam mulai merengek mengisi kesunyian malam. Di tengah gelapnya malam, Laurindriel pergi untuk menemui putri dari Kerajaan Gloriosa, sahabat Kerajaan Marantha. Satu-satunya kerajaan peri yang masih nampak alami, rindang dengan hijaunya daun, dan derasnya air terjun yang menyegarkan bebatuan di kakinya. Aradel, putri Kerajaan Gloriosa, sosok peri yang akan ditemui Laurindriel di tengah gelap dan dinginnya malam.

        Saat Laurindriel tiba di sana, prajurit penjaga pintu gerbang Gloriosa dengan segera membuka pintu tersebut untuk Laurindriel. Dengan perasaan heran, dia memasuki Kerajaan itu dengan sopan dan sangat berhati-hati. Tiba-tiba muncul Putri Aradel yang telah berada di depan kedua matanya.

“Senang bertemu denganmu, kawanku. Laurindriel, Putri Kerajaan Marantha. Aku sudah menduga kau akan mengunjungi kerajaan ini. Apa yang membuatmu mengunjungi Gloriosa pada malam hari seperti ini, Putri Marantha?” tanya Putri Aradel.

“Aku membutuhkan bantuanmu, Aradel. Kau pasti sudah tahu bahwa aku akan melakukan perjalanan ke sebuah gunung untuk mencari obat untuk Ratu Alleffra, bukan? Dan aku akan melakukannya esok hari, tepat saat matahari mulai menampakkan sinarnya. Aku membutuhkan seseorang yang menyayangi dan dapat menjaga ratu sampai aku tiba kembali ke kerajaan. Aku mohon Aradel, bisakah kau membantuku?” tanya Laurindriel penuh harapan.

“Tentu saja, Laurindriel. Apakah kau meragukan pertemanan kita? Tentu saja, aku sendiri yang akan menjaga Ratu Allefra sampai hari mulai gelap, setelah itu aku akan memerintahkan beberapa pelayanku untuk menjaganya,” jawab putri Gloriosa tersebut.

“Benarkah?”

“Aku mengerti rasa cemasmu. Kau tidak perlu khawatir tentang Ratu Alleffra, Laurindriel. Kami akan selalu ada untuk menjaganya sampai kau kembali. Kami semua selalu mendukungmu dan Kerajaan Marantha, bukan? Jaga dirimu baik-baik. Aku yakin kau akan mengembalikan senyum Marantha yang hilang.” Putri Aradel meletakkan tangannya di pundak Putri Laurindriel

“Terimakasih, Aradel. Aku akan mempersiapkan semuanya malam ini. Senang bertemu denganmu, Aradel.” Laurindriel tersenyum bahagia

“Senang bisa membantumu, Laurindriel,” ungkap Putri Aradel

Laurindriel pun segera kembali ke kerajaan dan mempersiapkan semuanya.

***

Hari yang cerah seakan merelakan kepergian Putri Laurindriel dari kerajaanya. Sinar matahari menembus celah-celah jendela yang ada dan menerangi setiap lorong yang penuh dengan kaca itu. Putri Laurindriel, Pangeran Lorien, dan pasukan mereka dengan mengendarai kuda, mengawali perjalanan mereka dari Kerajaan Helianthus yang dekat dengan perbatasan. Setiap wilayah antarbangsa dibatasi oleh hutan dengan pohon-pohon yang besar nan rindang. Untuk dapat sampai di wilayah bangsa manusia, mereka harus melewati daratan Eleftharia. Eleftharia adalah sebuah daratan yang luas dan bebas dilewati oleh bangsa manapun. Tak jarang bangsa peri dan manusia bertemu di daratan tersebut, bahkan daratan tersebut sering dijadikan arena bertempur antarbangsa. Lumuran darah, potongan tubuh, tengkorak, dan anak panah sudah biasa dijumpai di daratan itu.

        Setelah sampai di ujung hutan, mereka mulai menyusuri Daratan Eleftharia dengan waspada. Mereka tidak ingin ada pertumpahan darah di awal perjalanan mereka. Di tengah-tengah perjalanan, dengan tidak sengaja mereka bertemu sekelompok manusia menuju arah yang berlawanan dengan mereka.

Lanjut part berikutnya yaa...

It's Just about Elf and Human (Semua Ini Hanya tentang Bangsa Peri dan Manusia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang