07.

40 8 5
                                    

“Maaf, Lorien, tidak ada tempat untuk cinta itu di sini. Aku tidak ingin membahasnya. Terimakasih kau sudah berusaha membantuku tetapi, aku tidak membutuhkan pembuktian darimu, Lorien.” Laurindriel mengalihkan pandangannya dari wajah Pangeran Lorien.

“Izinkan aku untuk membantumu dalam perjalanan ini, Laurindriel. Aku tidak akan membuat kekacauan lagi,” ujar Pangeran Lorien.

“Tidak masalah. Aku tidak akan menyuruhmu untuk kembali dan juga tidak akan memaksamu untuk tetap berada di sini. Semua itu pilihanmu,” jawab Laurindriel.

Laurindriel melepas jubahnya dan dia menemukan sesuatu di dalam sakunya. Kertas yang dia simpan tadi masih berada di sakunya.

“Dengar! Saat aku sedang mencari kunci untuk keluar dari gudang tersebut, aku menemukan sebuah buku. Dan di salah satu halaman buku tersebut ada gambar gunung tinggi itu dan disampingnya tertulis : Ketika galaksi manusia dan galaksi peri bersatu di bawah cahaya terakhir bulan purnama, maka dunia baru akan terbuka. Sangat aneh ada dua galaksi yang bersatu di bawah cahaya bulan purnama,” ungkap Putri Laurindriel sambil menunjukan sobekan kertas tersebut.

“Itu terdengar seperti teka-teki, atau kunci untuk membuka sebuah dunia yang baru,” jelas Putri Aradel sambil melahap makanan yang dia bawa.

“Kunci?” Laurindriel mengernyitkan alis dan dahinya. Tampak raut bingung di wajahnya.

“Tunggu sebentar. Kau belum memberitahuku sesuatu. Apa yang kau cari di gunung itu, Laurindriel?” tanya Pangeran Austin.

“Tanaman Phaleria Macrocarpa. Buahnya dapat menghilangkan sihir yang ada pada tubuh ratu dan membuat ratu pulih kembali,” jawab Laurindriel

Mereka memutuskan untuk membahasnya pada esok hari. Mereka tertidur lelap di malam yang dingin itu, sambil melepas penatnya petualangan hari ini.

***

        Keesokan harinya, hari yang cerah menyambut mereka. Api yang mereka biarkan berkobar semalam telah padam. Putri Aradel sedang memasak makanan untuk mereka semua. Pangeran Lorien sedang bermain bersama kudanya. Sementara kalimat itu, terus saja terlintas di pikiran Laurindriel.

“Galaksi. Peri. Manusia. Teka-teki. Kunci. Apa hubungannya dengan gunung itu?” Wajah Putri Laurindriel tampak bingung.

“Ambil ini!” Pangeran Austin menyodorkan sebuah nampan berisi makanan peri.

“Makanlah, lalu lanjutkan pikiranmu itu. Kau tidak akan bisa berpikir jika perutmu tidak terisi,” sambungnya.

“Kau sudah pintar sekarang. Semua tentang peri, kau sudah mempelajarinya.” Laurindriel tersenyum.

“Bukan tentang peri, tetapi tentangmu.” Pangeran Austin menatap Laurindriel.

Tampak rona merah di pipi Laurindriel. Detak jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

“Dengar, Austin. Kita sangatlah berbeda. Aku peri, dan kau adalah manusia. Kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Aku tidak ingin hubungan kita seperti kedua orang tuaku. Mereka saling mencintai. Namun saling meninggalkan dan mencari jalan mereka sendiri saat kedua bangsa ini berperang,” ungkap Laurindriel.

“Tidak ada yang dapat menghalangi takdir kita untuk bersama, Laurindriel. Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu, dan kita tidak akan ditakdirkan untuk berpisah secepat ini. Saat dunia baru itu terungkap, maka dunia lama akan sirna. Tidak akan ada lagi perseteruan di antara bangsa peri dan manusia.” Pangeran Austin meyakinkan Laurindriel.

“Tidak ada yang dapat menjamin itu semua, Austin.” Laurindriel beranjak dari tempat duduknya dan pergi untuk membantu Putri Aradel.

        Siang harinya mereka berkumpul di belakang gubuk dan berusaha memecahkan maksud dari kalimat itu. Satu jam berlalu, dan masih tidak ada jawaban atas kalimat itu. Bukan sebuah pertanyaan, tetapi cukup membingungkan dan membuat otak mereka mendidih.

“Aku menyerah. Kalimat itu cukup membuatku berpikir. Tidak ada hubungannya antara sebuah gunung dengan galaksi,” ungkap Aradel

“Oh ayolah, pasti ada jawabannya. Ini hanyalah sebuah kalimat. Galaksi, manusia, peri, teka-teki, kunci. Apa maksud dari─” Laurindriel seketika terdiam.

“Itu dia! Tidak semua pintu dapat dibuka dengan kunci! Jawaban dari kalimat itu adalah kuncinya. Ketika galaksi manusia dan galaksi peri bersatu. Pasti itu bukanlah galaksi yang sesungguhnya. Kata galaksi itu menggantikan sesuatu. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Hanya bangsa manusia dan bangsa peri yang memilikinya,” jelas Laurindriel.

“Tetapi apa? Apa yang hanya dimiliki kedua bangsa ini?” tanya Pangeran Austin

“Bolehkah aku bertanya? Apakah bangsa penyihir, kurcaci, dan orc masing-masing memiliki sebuah mahkota seperti yang kalian berdua pakai?” tanya Pangeran Lorien.

“Tidak,” jawab Pangeran Austin.

“Tepat sekali! Kedua mahkota itulah galaksinya! Itulah alasan mengapa para penyihir sangat menginginkan kedua mahkota itu. Mereka tidak dapat membuka pintu gerbang dan mendapatkan emas yang ada di kaki gunung tanpa kedua mahkota itu,” jelas Pangeran Lorien.

“Kau sangat cerdas, Lorien! Tugas kita sekarang adalah membawa kedua mahkota ini ke depan pintu gerbang yang mengelilingi gunung itu.” Raut bingung di wajah Laurindriel berubah menjadi raut bahagia.

“Malam ini tepat malam bulan purnama. Kita harus sampai di sana saat malam hari,” ungkap Pangeran Austin.

“Persiapkan diri kalian! Kita akan memulai perjalanan itu sekarang!” perintah Putri Laurindriel.

Mereka segera mempersiapkan keperluan mereka dan menunggangi kuda mereka. Akhir perjalanan mereka dimulai. Hanya perlu sampai di pintu gerbang itu dengan tepat waktu.

Siang berganti malam. Sinar matahari berganti cahaya bulan yang terang. Malam itu tidak secerah biasanya. Bulan purnama belum menampakkan cahayanya. Mereka masih terus melanjutkan pejalanannya. Perjalanan mereka yang panjang akan segera terbayar. Saat mereka sampai di depan pintu gerbang yang megah itu, Putri Laurindriel dan Pangeran Austin segera melepas mahkota mereka dan menyatukan kedua berlian yang ada pada masing-masing mahkota tersebut. Seketika tiupan angin kencang menyingkirkan awan-awan, dan cahaya bulan purnama menerangi pintu gerbang itu. Dengan getaran yang dahsyat, pintu gerbang itu perlahan terbuka, semakin lebar, hingga mereka semua dapat masuk ke wilayah gunung itu. Getaran yang dahsyat itu terasa sampai ke wilayah bangsa peri. Semuanya terbangun. Satu-satunya makhluk yang masih tertidur hanya Ratu Alleffra.

Mereka mencapai lereng gunung itu dan memetik beberapa buah dari tanaman Phaleria.

“Kita berhasil mendapatkannya!” ungkap Laurindriel gembira.

Laurindriel mendekati Pangeran Austin.

“Kita telah membukanya. Dunia baru akan dimulai.” Putri Laurindriel memeluk Pangeran Austin sambil tersenyum bahagia.

Kemudian mereka bergegas untuk kembali dan mengantarkan buah itu untuk sang ratu yang masih terbaring lemah di ranjangnya. Keesokan harinya, Setelah tiba kembali di Marantha, Laurindriel menumbuk buah itu dan mengoleskannya ke luka sang ratu. Pangeran Austin, Pangeran Lorien, dan Putri Aradel masih menemani Laurindriel di kerajaannya. Beberapa saat kemudian, Ratu Alleffra membuka matanya dan sadarkan diri. Mereka semua tersenyum bahagia. Laurindriel menangis bahagia di hadapan sang ratu. Satu-satunya keluarga yang dia punya sudah kembali. Kabar pulihnya sang ratu tersebar ke seluruh pelosok wilayah peri. Rakyat Marantha bersorak-sorai atas kesembuhan sang ratu. Emas yang ada di kaki gunung itu dibagi sama rata kepada masing-masing bangsa yang ada, tak terkecuali bangsa penyihir. Pertikaian antara bangsa manusia dan bangsa peri telah berakhir. Kedua bangsa itu berdamai dan merestui hubungan Putri Laurindriel dengan Pangeran Austin.

“Selamat, Austin. Kau mendapatkannya. Kau tahu kau benar, aku tidak sungguh-sungguh mencintai Laurindriel. Ini semua hanya permainan hati semata. Kau pantas mendapatkannya. Berbahagialah, Kawan.” Pangeran Lorien dan Pangeran Austin berpelukan.

Pangeran Austin melamar Putri Laurindriel di depan seluruh rakyat Marantha dan Morinda. Mereka pun menikah dan memulai hidup baru di Kerajaan Marantha. Tinggal bersama para peri memang bukanlah hal yang mudah untuk pangeran Austin. Namun setidaknya, itulah yang dia inginkan selama berteduh di bawah sebuah pohon di perbatasan. Ya! Semua ini hanya tentang bangsa peri dan bangsa manusia.

***

🎉 You've finished reading It's Just about Elf and Human (Semua Ini Hanya tentang Bangsa Peri dan Manusia) 🎉
It's Just about Elf and Human (Semua Ini Hanya tentang Bangsa Peri dan Manusia)Where stories live. Discover now