Aku kembali merunut semua kejadian lima tahun lalu. Mulai dari kematian Kevin sampai kepulanganku ke Jerman. Apa benar aku pernah digigit Siluman Ular itu? Jika iya, kapan?
Pikiranku melayang, memutar ulang rentetan peristiwa yang sebenernya ingin sekali kulupakan. Hingga ingatanku sampai disuatu peristiwa ... bukannya itu ....
"Qila," panggil Tante Maria, nyaris merusak lamunanku.
"Ya, Tan?" balasku sambil menengok padanya.
"Kamu lagi ngelamunin apa?"
"Pertanyaan Pak Indra tadi," balasku.
"Qila inget satu kejadian, cuman yakin banget kalau itu cuman mimpi," lanjutku.
"Boleh diceritakan!" pinta Pak Indra.
"Di malam saat ayah ngalamin kecelakaan, Qila pernah mimpi. Si Siluman Ular datang ke kamar terus ...."
"Terus apa?" tanya Tante Maria.
"Dia gigit leher Qila, tapi Qila pikir itu cuman mimpi buruk aja. Pas bangun pun gak ada apa-apa."
"Bagi kamu itu mimpi, tapi tidak bagi bangsa Jin," ucap Pak Indra.
"Bangsa Jin bisa memasuki alam bawah sadar manusia. Hal yang paling ringan mereka lakukan adalah memberi sugesti. Selain itu, mereka bisa memasuki mimpi. Tujuannya bisa untuk memperkenalkan diri atau ... memberi peringatan. Ada peringatan yang baik. Ada juga peringatan yang buruk," sambungnya.
"Jin yang sering dipakai untuk media ilmu hitam, seperti Siluman Ular itu. Memiliki kemampuan untuk membawa seseorang ke alamnya, walaupun hanya dalam mimpi. Lalu melakukan sesuatu di sana, yang efeknya bisa dirasakan oleh orang tersebut," sambungnya lagi.
"Tapi, Pak. Saya enggak ngerasain apa-apa," ucapku.
"Dalam kasus kamu, memang tidak bisa dirasakan secara fisik. Namun, bagi seseorang yang memiliki kemampuan bisa melihatnya dengan jelas, kalau kamu sudah ditandai," balas Pak Indra.
"Bahkan, Siluman Ular itu terus mengikuti kamu sampai sini. Sekarang dia agak menjauh, karena tidak bisa memasuki area rumah ini," lanjutnya.
"Apa bisa dihilangkan, Mas?" tanya Tante Maria.
"Seharusnya bisa, tapi saya belum pernah mencobanya. Bapak pernah mencobanya, tapi gagal."
"Dicoba aja, Mas. Mau kan, Qila?" tanya Tante Maria.
Aku menganggukan kepala, setuju dengan usulan Tante Maria. Pak Indra memintaku duduk di dekatnya.
"Ini akan terasa sakit. Kamu harus bisa menahannya," ucap Pak Indra yang mulai mengulurkan tangannya ke leherku.
Awalnya terasa geli, tapi lama-kelamaan mulai terasa panas. Rasa panasnya menjalar dari leher hingga ke seluruh tubuh. Aku berusaha menahannya. Namun, rasa panas ini kian menjadi-jadi, seperti seluruh tubuhku terbakar api.
Argh!
Aku pun berteriak, tak kuat lagi.
"Tahan!" perintah Pak Indra.
"Tahan, Qila." Tante Maria pun memberiku semangat.
Sakit, itu yang kurasakan. Tubuh ini seperti sedang ditusuk ribuan jarum. Kepala pun mulai terasa berat. Pusing sekali. Pandangan mulai kabur.

CZYTASZ
Selamat Dari Tumbal Pesugihan
HorrorAqila harus mengahadapi kenyataan kehilangan anggota keluarganya satu-persatu, akibat pesugihan. Entah siapa yang tega melakukan itu. Dia hanya bisa bertahan, dan berusaha selamat dari jeratan pesugihan.