Ayah

40.3K 2.9K 394
                                    

Tidak ada percakapan sampai kami tiba di parkiran dan masuk ke dalam mobil. Dari raut wajahnya tampak sekali ayah lelah, setelah pulang dari rumah Mbok Wati.

"Ayah gimana kemarin?" tanyaku memecah keheningan.

"Gimana apanya?" balas Ayah sambil menyalakan mobil.

"Mbok Wati meninggal kenapa?"

"Kata dokter, kemungkinan kena seramgan jantung."

"Dokter tau gak, kapan Mbok Wati meninggal?"

"Kurang lebih 12 jam sebelum diperiksa di rumah sakit."

Dua belas jam, sebuah fakta mengejutkan bagiku. Aku kembali mengingat-ingat kejadian semalam sebelum Mbok Wati ditemukan meninggal dunia.

Saat itu aku yakin sekali menjelang tengah malam, sekitar pukul 11. Sedangkan jenazah Mbok Wati dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 9 pagi. Berarti jika perkiraan dokter benar, maka Mbok Wati sudah meninggal sebelum datang ke kamarku.

Lalu, siapa yang mengetuk pintu kamarku?

Apa si Wanita Ular itu? Namun seingatku suaranya seperti laki-laki.

Berkat informasi itu, kecurigaanku terhadap Lastri alias si Wanita Rambut Panjang agak berkurang. Sepertinya dia memiliki maksud baik, agar aku tidak menjadi korban berikutnya. Dia juga sepertinya tau kalau kamarku merupakan tempat yang paling aman. Jika sudah begini, rasanya ingin sekali bertemu dengannya, agar misteri ini segera terkuak.

"Kenapa ngelamun?" tanya Ayah, membuyarkan lamunanku.

"Eh, enggak, Yah."

"Tadi kata kamu, bunda sudah sadar."

"Iya, tadi Qila sempet ngobrol sama bunda."

"Ngobrolin apa?"

"Bunda nanya Steven, Kevin dan Mbok Wati." Aku belum mau menceritakan semuanya.

"Terus kamu jawab apa?"

"Qila jawab ada di rumah. Abis itu ayah datang dan bunda udah gak sadar lagi."

"Ya, kalau bunda bangun, jangan sampe dia tau semua kejadian di rumah."

"Iya, Yah."

"Semoga aja bunda cepet sadar lagi. Apalagi bentar lagi kamu mau balik Jerman, Kan?"

"Yap, enam hari lagi."

Mobil melaju memasuki daerah perkotaan. Tiba-tiba ayah menghentikan mobil tepat di sebuah restoran. 

"Kamu belum makan siang, Kan?" tanya Ayah.

Aku menggelengkan kepala.

"Kita makan siang dulu, baru pulang ke rumah."

"Oke."

Ayah memarkirkan mobil di depan restoran. Lalu, kami pun turun dan masuk ke dalam.

*

"Ayah, apa ayah tau tentang ilmu hitam?" tanyaku saat menunggu makanan datang.

"Kenapa kamu tanya begituan?"

"Qila cuman penasaran, apakah kejadian akhir-akhir ini ada hubungannya dengan ilmu hitam?"

"Jangan ngaco, Ah."

"Tapi, Mbok Wati pernah bilang begitu."

"Kapan? Kok kamu baru cerita?"

"Pas terakhir kali Qila ngobrol sama Mbok Wati."

"Udah ayah bilang jangan ngobrol sama Mbok Wati. Dia itu hampir buat kamu meninggal."

"Qila tau, Kok. Katanya itu sengaja."

Selamat Dari Tumbal PesugihanWhere stories live. Discover now