0.01 - prolog .

9.4K 420 28
                                    

"Shia kitt, ditampar lagi? untuk keberapa kali nya hm? apa masalahnya?"

Krist menatap jengah kearah teman baik nya itu, sembari mengompres pipi kiri nya dengan sekantongan es batu.

"Jawab pertayaan ku, bodoh. Apa masalahnya?"
"Biarkan aku menghilang kan rasa panas nya sebentar, ok krab? ~"

Sesaat kemudian, Krist menarik nafas dalam-dalam, kemudian melepaskan sekantongan es batu itu dari genggaman tangan nya.

"Aku tidak memiliki kesalahan apapun"
"Mai chai, kamu selalu berbicara tentang kesalahan orang lain bahkan kesalahan mu sendiri pun, akan kamu sebut sebagai kesalahan orang lain"

"Aw gun, kau tidak mempercayai ku lagi?"
"Tidak, kali ini tidak kitt, aku tid-"

Seseorang membuka pintu uks, membuat obrolan sengit antara keduanya terputus secara tiba-tiba. Gun ataupun Krist, keduanya secara bersamaan melempar pandangan mata mereka kearah pintu yang sudah terbuka.

"Sedang apa kalian berdua?"

Krist berdiri dari duduk nya, kemudian menatap kearah seseorang yang mereka sebut, guru. dengan tatapan gugup.

"K-kami kami hanya . . ."
"Kami kesini untuk mengobati luka pada pipi krist pak, setelahnya kami akan kembali"

Gun memukul pelan lengan Krist, memberi isyarat untuk segera pergi dari sana. Keduanya serempak memberikan wai dan berjalan menuju keluar uks. Gun sudah berdiri di luar ruangan, tepat saat krist ingin menyusul, beberapa langkah lagi.

' brukkk '

"Shiaa Krist ceroboh perawat !" gumam Gun gemas.

Krist masih terduduk, ntah siapa yang mengajarinya berjalan sembari menundukkan kepala, dia pun tidak tau. Refleks tubuh Krist dengan cepat meminta agar anak itu segera berdiri, namun rasa malu membuat nya bertahan pada posisi nya saat ini.

Gun yang paham akan situasi, dengan cepat menarik lengan Krist untuk berdiri. Krist dengan gesit, membungkukkan tubuhnya berkali kali.

"Ko tod krab ~"

Kemudian keduanya berlari beriringan, kembali menuju lapangan. Keduanya memang seharusnya sudah berada disini sedari tadi, berkumpul dan mengikuti mata pelajaran olah raga seperti teman teman sekelas nya.

Hanya saja memang hasrat ingin bermain milik kedua remaja ini terlalu besar, saking besarnya mereka seakan menghantarkan diri sendiri kearah kesialan yang sebenarnya.

"Gun"
Yang dipanggil menoleh, menatap wajah teman baik nya itu dengan tatapan siap memukul jika yang ingin dibicarakan, ternyata tidak penting.

"Siapa yang sebelumnya kutabrak?"
"Maksutmu? yang di uks tadi?"

Krist mengangguk, Gun dengan cepat mengedikkan bahu nya, sebagai jawaban. Membuat Krist menghela nafas pasrah bercampur kesal, namun di detik selanjutnya.

"Dia"

Krist menoleh kearah objek dimana tangan gun menunjuk. Pandangan matanya menangkap sesosok tubuh tinggi dengan rahang tegas, yang tengah berjalan diantara beberapa guru dari sekolah Krist.

"Siapa dia?"
"Hm? mungkin seseorang yang penting"
"Penting? seperti apa?"

Gun terlihat memasang wajah seperti sedang memikirkan sebuah perumpamaan yang tepat.

"Ntahlah Krist, yang jelas jika dia bukan orang penting tidak mungkin beberapa guru itu bersedia buang-buang waktu untuk basa basi busuk bersama nya, disana"

Krist memandangi teman baik nya itu dengn tatapan takjub, Gun atthapan memang yang terbaik untuk urusan sarkas menyarkas, pikir Krist.

Sesaat kemudian Krist kembali menoleh, untuk melihat keberadaan pria dengan rahang tegas itu, namun keadaan seketika berubah.

Pandangan mata keduanya, bertemu. Membuat Krist dengan gesit memutus acara tatap-tatap an itu secara sepihak.

Jantung Krist berdegup lebih cepat dari biasanya, seketika keadaan hati dan fikiran krist mengacau seolah keduanya sedang saling mendominasi dan berdebat hebat.

Ntah mengapa si pemilik rahang tegas itu, mampu menjadi pusat perhatian dari seorang Krist Perawat, untuk hari ini.

__________________

sawaddee khab

untuk homophobic bisa tinggalin lapak ini dari sekarang yaa , biar tidak meresahkan kedepan nya , thankk u ya sebelumnya asksk <33

bai laew na khap !

Singtuannghh 🔞Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora