part 35

904 63 1
                                    

"Boleh ceritain tentang abang mu?"

Arvel jadi bersalah karena belum memberi tau istrinya tentang ini "maaf belum cerita ke kamu, iya aku bakal cerita"

Flashback

"Ya udah ma, pa, Vel, kalau gitu aku sama Kayla pulang dulu" pamit laki-laki itu ke ibunya. Di susul wanita hamil tua itu.

"Hati-hati sayang"

"Hati-hati bang, kak" setelah itu mobil yang di kendarai oleh Vano melaju meninggalkan rumah tuanya

"Gak kerasa ya sayang, habis ini anak kita lahir" ujar Vano sambil menggengam tangan istrinya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. Ia sangat bahagia, menantikan calon anaknya itu

"Iya mas aku juga gak sabar, nanti mau kasih nama siapa?"

"Tenang aku udah mikir buat namanya"

"Semoga dia bisa menjadi anak yang baik nanti" entah mengapa, Kayla serasa akan pergi meninggalkan anak ini dan tak akan ikut mengurusnya

"Iya sayang, kita belajar sama-sama oke?" Vano menyakinkan istrinya, ia menatap lekat mata istrinya menunjukkan jika tak ada keraguan yang dimiliki. Dan Kayla membalas dengan senyuman hangat.

"Mau makan dulu nggak?"

"Engga, aku pingin kue coklat yang ada di toko kue sebrang jalan itu lho mas"

"Oke" lalu Vano memarkirkan mobilnya di pinggir jalan "kamu tunggu sini ya? Aku yang beli"

"Hati-hati mas, jalannya ramai"

"Iya sayang" kalu Vano turun menyebrang jalan dengan hati-hati lalu ia sampai di toko kue itu.

Kayla menunggu di mobil dengan bosan, ia ingin mengabari jika meminta tambah macam kue. Karena di rasa sudah tak dapat menahan, akhirnya perempuan itu turun dari mobil, ia menyebrang jalan dengan melihat kanan kiri

Baru saja sampai di pertengahan jalan, dari arah kanan terdapat pengendara sepeda motor yang mabuk melajukan motonya di atas kecepatan rata-rata

Orang yang berda di sekitar tempat kejadian itu sudah berteriak menyuruh Kayla untuk segera pergi, tetapi bagai terdapat lem yang menempel pada kakinya, perempuan itu tak dapat beranjak dari tempat ia berdiri. Dengan tatapan kosong ia melihat pengendara motor itu.

Dan tabrakan itu tak terhindarkan, Kayla terpental cukup jauh, dan si penabrak itu juga tersungkur ke aspal. Orang-orang di sekitarnya langsung mengerubunginya dan menelpon ambulan. Tak lama dua ambulan datang dan langsung mengangkut perempuan dan pengendara motor itu.

Kejadian berlalu sangat cepat, darah sudah bercucuran di mana-mana. Jalan raya berganti warna menjadi merah darah.

Vano yang baru saja keluar dari toko kue itu terkejut karena banyak orang yang berkerumun di tengah jalan, dahinya mengernyit saat ia mencium aroma amis

"Permisi mbak, itu ada apa ya?"

"Oh itu mas, barusan ada kecelakaan Antara sepeda motor dan ibu hamil" Vano kaku seketika, tetapi ia mencoba untuk mengenyahkan pikiran buruknya itu.

"Kalau boleh tau korban pakai baju apa?" Tanyanya lagi, tetapi dari cara bertanyanya sudah bernada khawatir

"Tadi ibu-ibu itu menggunakan terusan berwarna merah muda dan menggunakan tas selempang berwarna hitam" hanya sedikit deskripsi orang itu menjelaskan tapi ia sudah yakin jika yang menjadi korban itu istrinya

"KAYLA?! ISTRI SAYA DI BAWA KEMANA?" Tanyanya dengan tak sabar

"Rumah sakit Raya Sari mas" tanpa mengucapkan terima kasih, Vano segera mengahampiri mobilnya dan menuju rumah sakit. Ia sudah tak dapat berpikir jernih di pikirannya sata ini hanya ada istrinya.

Vano mengendarai mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Ia menyalip kendaraan yang ada di depannya, hingga ia tak tau jika ada truk yang datang dari arah berlawanan.

Suara dentuman dari tabrakan itu terdengar cukup keras. Vano masih setengah sadar saat di bawa ke rumah sakit. Ia juga sempat meminta untuk di bawa ke rumah sakit yang sama dengan istrinya.

Vano tiba di rumah sakit dalam keadaan kritis. Kaki dan tangannya patah karena terjepit badan mobil. Kepalanya juga bocor.

Tadi saat ia masih sadar, Vano sempat bertanya kepada suster yang berjaga bagaimana keadaan istrinya dan calon anaknya itu. Setelah mengetahui jika anaknya bisa selamat meskipun lahir dengan prematur dan istrinya meninggal, ia cukup down dengan kabar itu. Di satu sisi ia bahagia karena anaknya sudah lahir, tapi di sisi lain ia juga terpukul dengan kepergian istrinya

Ia merasa tak becus menjadi orang tua karena tak dapat mengikuti perkembangan anaknya. Tapi mau bagaimana jika takdir berkata lain. Ia lalu meminta tolong salah satu suster dan memintanya untuk mengambil kertas dan bulpen untuk menuliskan perkataan yang akan di sampaikan kepada adiknnya, ia percaya jika adiknya dapat melanjutkan tugasnya sebagai orang tua. Tapi ia takut jika tak dapat menyampaikan secara langsung. Dan benar saja lima belas menit setelah Vano menyampaikan permintaanya yang di tulis oleh suster itu, Vano dinyatakan meninggal oleh dokter

Arvel yang mendapat kabar dari rumah sakit jika kakak ipar dan kakaknya kecelakaan langsung memberi  orang tuanya. Tak lama Arvel datang bersama orang tuanya, mereka sampai sana ketika keaadan Vano sudah di kataan meninggal.

Suster yang di mintai tolong oleh Vano itupun memberikan kertas itu kepada Arvel.

Flashback off

Acel sudah menangis sesegukan di dada Arvel. Kini mereka duduk di kursi yang ada di balkon. Dan Acel duduk di pangkuan Arvel

"Shust, udah jangan nangis" kata Arvel menenangkan sambil mengelus punggung istrinya

"Ce-rita kamu se-dih hiks. Mama sa-ma papa pasti terpu-kul banget hiks"

"Semua orang yang ada di sana shock sayang, mama hampir pingsan. Terus papa langsung mengabari papanya kak Kayla"

"Mamanya kak Kayla di mana?"

"Mamanya kak Kayla udah meninggal dua hari setelah bang Vano sama Kak Kayla menikah"

"Huaa sedih banget. Aku gak bayangin jadi mereka" tangisan Acel semakin kencang.

"Shust, udah. Gak cape nangis?" Lalu Acel mencoba untuk mengatur tangisannya, setelah lebih mendingan ia bertanya lagi ke Arvel

"Aku boleh tau gak isi suratnya Bang Vano?"


"Aku boleh tau gak isi suratnya Bang Vano?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedih ceritanya :)

The Perfect Neighbor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang