Part 9

1.1K 87 2
                                    

Hari yang di tunggu oleh anak kecil itu pun tiba, di mana ia akan pergi ke pasar malam bersama orang tuanya

"Ayo donk pa.. Afa udah gak cabal nih" kata Rafa jengkel karena ayahnya

"Iya ini bentar sayang, papa kan masih ganti baju.." kata Arvel sambil memasang jam tangannya dan berjalan ke arah Rafa

"Hish ya udah ayok jemput mama"

"Hehe iya sayang yuk" kata Arvel menggandeng anaknya

___

Tin tin

Acel yang mendengar suara klakson mobil itu segera keluar dan masuk ke mobil

"Hallo sayang" sapa Acel ke Rafa

"Hai ma"

"Udah siap?"

"Udah.. let's go!" jawab semangat Acel dan Rafa

Terdengar kekehan dari mulut Arvel. Mereka berangkat dengan perasaan gembira terlebih Rafa.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di pasar malam itu. Banyak orang yang mengira mereka family goals karna kenyataanya terlihat seperti itu

"Kamu mau beli apa dulu sayang?" Tanya Acel ke Rafa

"Afa au alum anis"

"Oke kita beli ya" mereka berjalan ke penjual arum manis

"Pak aruk manis nya 2. Emm warna merah muda sama biru ya"

"Iya mas"

"Ini pak uangnya" kata Arvel sambil memberikan dua lembar sepuluh ribu

"Iya mas ini arum manis nya. Terima kasih"

Arvel memberikan yang biru untuk Rafa dan yang pink untuk Acel

Acel yang melihat ada box foto pun mengajak Arvel dan Rafa untuk foto bersama "yuk foto buat kenangan" ajak Acel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acel yang melihat ada box foto pun mengajak Arvel dan Rafa untuk foto bersama "yuk foto buat kenangan" ajak Acel

"Ayok ma! Kita kan belum pelnah foto bel tiga!" Kata Rafa dan Arvel hanya mengikuti saja. Banyak foto yang di hasilkan, mereka memang banyak foto agar dapat di simpan oleh Arvel dan Acel. Berbagai gaya sudah di coba mereka keluar dan mencoba yang lain

Mereka berjalan riang kesana kemari mengikuti permintaan sang anak. Mereka mencoba banyak permainan, mulai dari kereta-keretan, capit boneka, memasukan bola ke dalam tong, banyak lagi. Tangan Arvel penuh dengan boneka. Arvel hanya melihat dan yang bermain anaknya dam Acel.

"Ma ayok naik bianglala icu" kata Rafa sambil menunjuk bianglala. Mata kedua manusia berbeda jenis itu mengikuti arah tunjuk Rafa.

"Ayuk sayang" kata Acel dengan semangat

Mereka bertiga menaiki biang lala itu. Benar-benar terlihat seperti keluarga yang harmonis. Banyak orang iri melihatnya

Dengan Arvel dan Acel duduk sebangku dan Rafa di depannya

"Wahhh indah banget" kata Rafa yang melihat sekeliling saat berada di puncak

"Icu bulannya bica keliatan dayi cini" kata Rafa sambil menunjuk bulan

"Indah banget ya" kata Acel bergumam

"Tapi ada yang lebih indah buat di pandang" kata Arvel pelan sambil memusatkan pandangannya ke arah Acel.

Seketika Acel membalas tatapan Arvel. Tatapan mereka mengunci satu sama lain, seperti tak ada objek lain untuk di pandang. Saling memperhatikan mata lawan lebih dalam. Tanpa di sadari jarak mereka mulai berkurang, tanpa di sadari mereka saling mendekat. Hidung mereka sudah bersentuhan dan menutup mata. Memiringkan kepala perlahan. Hingga tinggal satu cm lagi bagian tubuh yang kenyal itu menempel

"Papa cama mama ngapain?" Satu kalimat yang membuyarkan segalanya

'Oh shit'

'Anjir lah ngapain gue?'

Acel kembali ke posisi awal dan menegakkan tubuhnya dan mengarahkan pandangan ke arah lain

Arvel menegakkan tubuhnya dan berhedam singkat

Rafa yang masih tak mengerti keadaan pun ia hanya diam.

Biang lala yang mereka naiki sudah sampai di bawah dan Rafa juga sudah menguap dari tadi

"Mau kemana lagi sayang?" Tanya Acel memecah keheningan

"Hoamm, ngantuk ma. Pulang aja deh, capek afa

"Oke ayo kita pulang udah malem juga" kata Arvel sambil menggendong Rafa dan menuju ke parkiran

Mereka sudah dalam perjalanan pulang Arvel yang menyetir dan Acel yang memangku Rafa yang sedang tidur

Tidak ada percakapan dalam mobil itu. Hanya ada suara AC yang terdengar

"Mas"

"Mbak"

Mereka memanggil bersama membuat makin canggung

"Eh iya mas?"

"Em saya minta maaf buat yang tadi ya?"

"Iya gak papa kok mas, hehehe saya juga minta maaf"

"Iya mbak gak papa"

Setelah itu tak ada percakapan lagi, mereka terlalu canggung untuk memulai. Tak terasa mereka sudah sampai di rumah. Arvel memarkirkan mobilnya dan ke tempat sebelahnya untuk membuka pintu Acel.

Setelah membuka pintu ia menggendong sang anak.

"Ya hdah mas kalau gitu saya pulang dulu. Makasih ya"

"Iya mbak saya yang makasih"

Di balas senyuman oleh Acel dan kembali ke rumahnya

The Perfect Neighbor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang