The Answer

451 92 3
                                    

"Off, boleh aku minta pendapatmu?" Tanya Gun.

"Tentu saja. Tentang apa?"

"Aku dan Jane. Apa menurutmu aku terlalu memaksanya dalam perjodohan ini?"

"Entahlah, sejujurnya aku tak terlalu mengerti tentang persoalan kalian."

"Jane mencintai orang lain."

"Apa kau mencintai Jane?"

"Kalau aku boleh jujur, aku juga tidak tau. Apakah perasaan ini yang disebut sebagai cinta, atau bukan."

"Apa kau merasa jantungmu berdebar tak beraturan saat kau bersamanya?" Tanya Off. Gun menggelengkan kepalanya.

"Apa kau takut kehilangan Jane jika perjodohan ini dibatalkan?" Kini Gun menganggukkan kepalanya.

"Apa kau pernah merasa sangat bahagia saat bersama Jane?" Gun menggeleng lagi.

"Kau tak mencintainya, Gun." Ucap Off telak.

"Apa kau pernah jatuh cinta, Off?"

"Tentu saja. Bahkan saat ini aku merasakannya. Jantung yang berdebar tak beraturan, apalagi saat melihat orang itu tertidur nyenyak di sampingku. Rasa takut kehilangan jika saja momenku bersamanya segera berlalu. Merasa sangat bahagia saat duduk dan berbincang dengannya tentang kehidupan pribadi kami." Semua kalimat itu ia lontarkan sambil terus menatap lekat ke mata Gun.

"Orang itu pasti sangat beruntung." Ucap Gun.

"Tidak seberuntung orang yang kau cintai." Gun terperanjat mendengar ucapan Off. Apa untungnya menjadi orang yang ia cintai? Bahkan ia selalu dijauhi banyak orang.

"Kenapa kau kaget seperti itu?" Tanya Off saat melihat Gun nampak kaget dengan pernyataannya.

"Bukankah orang yang kucintai akan merasa kurang beruntung? Karena orang seperti aku yang mencintainya?"

"Memang kau orang seperti apa?"

"Aku tidak romantis, introvert, tidak ada yg bisa kubanggakan dari diriku selain gelar yang ku sandang sebagai anak dari CEO ternama di Thailand."

"Hey..." Off memegang pundak Gun menyalurkan semangat lewat sentuhannya. "Kau hanya harus lebih percaya diri. Kau punya segalanya yang beberapa orang tak punya. Termasuk hati yang baik." Gun tersenyum.

"Hati yang baik?"

"Kalau kau tidak baik, untuk apa kau jauh-jauh kesini menuruti kemauan Jane yang ternyata tak kau cintai."

"Aku hanya takut ayahku kecewa, Off."

"That's the point! Kau anak yang baik, Gun. Kau orang yang baik. Kau akan selalu memikirkan orang lain di atas dirimu sendiri. Orang yang mendapatkan hatimu akan sangat beruntung karena kau punya hati yang baik. Kau hanya perlu sedikit lebih percaya diri, Gun." Off menepuk bahu itu lembut.

Gun merasakan serangan ribuan kupu-kupu dalam perutnya. Bukan sakit, tapi menggelitik. Membuat senyuman di bibirnya tak pudar sejak tadi karena mendengar semua pujian yang keluar dari mulut Off.

"Off, apa menurutmu lebih baik kubatalkan saja perjodohanku dengan Jane?" Tanya Gun lagi. Masih mencoba mencari jawaban dari pertanyaan yang bersarang dalam hatinya.

"Itu terserah padamu. Jika menurutmu itu yang terbaik bagi kalian berdua, maka batalkanlah."

"Baiklah, mungkin akan kubatalkan saja. Untuk apa aku memaksakan hati orang yang sejak awal bukan milikku."

"Berhentilah fokus ke satu titik saja, Gun. Lihatlah sekelilingmu. Kau akan menemukan jawabannya." Off kembali duduk bersandar di kursinya.

Menuruti kata-kata Off, Gun mengedarkan pandangannya ke sekitar tempatnya duduk. Walau sebenarnya bukan itu yang dimaksud oleh Off. Gun melihat sosok Jane dan Tay yang berjalan dari kejauhan. Mungkin itulah jawabannya. Inilah saat yang tepat untuk mengakhiri drama perjodohan ini.

"Jane! Tay!" Gun melambaikan tangannya pada Jane dan Tay yang posisinya kini sedang dipunggungi oleh Off. Off pun menolehkan kepalanya ke arah Jane dan Tay.

Wajah Jane berubah menjadi kecut seketika saat melihat Gun kini melambai ke arahnya. Namun karena Tay langsung berlari menghampiri mereka, Jane tak punya pilihan lain selain mengikuti Tay sambil menenteng beberapa tas belanja hasilnya berburu tadi.

"Kalian nampak cocok." Ucap Tay tiba-tiba.

"A-apa?" Wajah Gun memerah tanpa ia tau kenapa. Yang jelas ia malu saat mendengar ucapan Tay itu.

Sebuah pukulan mendarat di kepala Tay. Lagi-lagi Off dengan tak sopannya melancarkan pukulan di kepala Tay. "Kau ini bicara apa?" Tanya Off.

"P'Gun, kalau ku lihat-lihat kau memang lebih cocok dengan P'Off daripada denganku. Jadi ayo kita batalkan saja perjodohan kita."

"Baiklah, aku memang berencana untuk membatalkannya."

"Apa? KAU SERIUS?" Jane benar-benar terkejut dengan pernyataan Gun. Ia melompat girang tapi seolah masih tak percaya bahwa Gun akan membatalkan perjodohan mereka. "Woaaah aku hampir tidak percaya akhirnya kau mau membatalkan perjodohan kita. Apa kau baru saja menerima pencerahan dari surga atau semacamnya?"

"Tidak Jane. Aku hanya menyadari bahwa mungkin itu yang terbaik untukmu dan untukku. Kau bisa melanjutkan rencanamu bersama pacarmu yang sempat tertunda. Dan aku akan mencari apa yang seharusnya kutemukan." Ucap Gun.

"Sebenarnya, kau hanya perlu melihat ke sekelilingmu, Gun." Kini Tay ikut menimpali.

"Yang kau katakan sama persis dengan yang dikatakan Off."

"Ya tentu saja. Mungkin saja di sekelilingmu ada orang yang mencintaimu tanpa kau sadari." Ucap Jane sambil mengangkat alisnya.

"Jangan mengada-ada, Jane."

"Lihat, kau itu selalu seperti itu. Percaya dirilah. Mungkin saja ada orang yang sekarang sedang menunggumu menoleh ke arahnya." Ucap Jane lagi.

"Kadang jawaban dari semua pertanyaanmu ada di depan mata tapi kau tak menyadarinya, Gun." Ucap Tay.

"Semoga kau cepat menyadarinya, Gun." Kini Off yang angkat bicara.

"Kalian ini bicara apa?" Gun tersipu. Entah kenapa ia senang saat membicarakan keberadaan sosok yang mungkin mencintainya walau ia belum tau siapa.

"Lihat Tay, bukankah dia sangat menggemaskan?" Bisik Off pada Tay. Namun ternyata Jane dan Gun tetap bisa mendengarnya. Namun Off tidak menyadarinya.

"Hentikan, Off. Aku ini tidak menggemaskan." Ucap Gun malu.

"Eh? Kau mendengarnya?"

"Kurasa semua orang mendengarnya." Jawab Jane sambil memutar bola matanya malas. "Oh iya, P'Gun. Aku punya sesuatu untukmu." Jane kini mengambil sebuah paper bag berwarna hitam bertuliskan 'Bvlgari' lalu memberikannya pada Gun.

"Untukku?" Tanya Gun yang kini menerimanya dengan ragu. Ia membukanya, di dalamnya ada sebuah parfum yang Jane beli saat jalan-jalan tadi.

"Aku yang memilihkan aromanya. Aku yakin aroma itu cocok untuk Gun." Ucap Tay bangga.

Gun membuka kardus putih itu, botol parfum di dalamnya juga berwarna putih dengan tulisan BVLGARI Eau Perfumée au thé Blanc. Wanginya sangat enak sekali, seperti bau embun di pagi hari. Kadang juga seperti bau bayi namun tetap sangat elegan. Cocok dengan kepribadian Gun yang lembut dan berkelas.

"Terimakasih Jane, terimakasi Tay. Aku sangat menyukainya."

"Ya itu sebagai permintaan maafku karena selalu berlaku kejam padamu. Aku memang berencana memberikan itu padamu saat kita sudah membatalkan perjodohannya. Aku tak menyangka akan secepat ini. Aku senang sekali." Ucap Jane girang.

Gun berfikir bahwa inilah jawaban dari pertanyaannya. Bahwa mungkin memang tak seharusnya ia memaksakan perjodohannya dengan Jane berlanjut. Karena pada akhirnya hanya akan saling menghancurkan mereka berdua. Dengan begini, Ia dan Jane bisa kembali seperti sedia kala. Mereka juga bisa pergi dan mengejar kebahagiaan mereka masing-masing tanpa paksaan. Ya, Gun merasa bahwa inilah keputusan yang paling tepat bagi dirinya dan Jane.

• Journey to The End of The World •

Journey to The End of The World [OFFGUN]Where stories live. Discover now