The End of The World

682 79 12
                                    

"Gun..." panggil Tuan Phunsawat pada anaknya yang saat ini tidur sambil menyandarkan kepalanya ke ranjang rumah sakit tempat ia tergeletak sekarang. Sesekali tangannya mengusap lembut rambut anaknya membuat anaknya terbangun dari tidurnya.

"Apa ayah perlu sesuatu?" Tanya Gun.

"Tidak. Maaf ya, kau jadi harus pulang lebih dulu meninggalkan tour mu karena ayah."

"Tidak apa-apa, ayah." Ucap Gun sambil tersenyum.

"Bagaimana hubunganmu dan Jane?"

"Ayah, sebelumnya aku minta maaf. Tapi kurasa aku tidak bisa melanjutkan perjodohan ini, yah. Jane mencintai orang lain."

"Begitu juga kau."

"M-maksud ayah?" Tanya Gun setengah terkejut.

"Ayah tau, ada seseorang yang sedang menunggumu, kan?"

"Bagaimana ayah bisa tau?"

"Maaf ayah lancang membuka handphonemu."

"Ah, tidak masalah, Yah. Jadi ayah sudah tau?"

"Gun, kau tidak usah takut ayah akan kecewa. Sudah saatnya untukmu menentukan jalan hidupmu sendiri." Ucap sang ayah lembut.

"Tapi, bagaimana nanti pandangan orang pada keluarga Phunsawat, ayah? Jika ternyata putra semata wayang ayah memiliki kekasih seorang pria?"

"Berhentilah memikirkan pandangan orang lain, Gun. Kau hidup untuk dirimu sendiri, bukan untuk orang lain. Saat kau jatuh, kau juga akan berusaha bangkit sendiri, orang lain tak akan peduli. Saat kau merasa sakit, kau juga akan menanggungnya sendiri. Lakukan apa yang menurutmu benar. Lakukan apa yang bisa membuat bahagia."

"Ayah..." Gun memeluk ayahnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa seolah memiliki pilihan untuk hidup bebas dari rutinitasnya sebagai putra keluarga Phunsawat yang terpandang. Selama ini ia selalu mencoba menjadi sempurna agar tidak mencoreng nama baik keluarganya. Namun kali ini, ia punya pilihan untuk menjadi dirinya sendiri.

"Siapa namanya? Kau mencintainya?"

"Namanya Off Jumpol, yah. Sebenarnya aku tak tau bagaimana perasaan yang disebut cinta itu. Tapi kurasa, ya, aku mencintainya."

"Dimana dia sekarang? Gibraltar?"

"Hari ini harusnya ia sudah ada di Spanyol yah. Mengantar para peserta rombongan berkunjung Menara Hercules. Kemudian mengantar mereka pulang. Karena hari ini adalah hari terakhir tour itu."

"Dia menunggumu di Spanyol?" Tanya sang ayah yang dijawab dengan anggukan oleh anaknya. "Pergilah kesana."

"Bagaimana dengan bisnis keluarga kita yah?"

"Masih ada ayah dan Pak Chann yang bisa melanjutkan bisnis keluarga. Lagi pula kau juga bisa membantu dari sana nantinya."

"Baiklah, aku akan kesana. Tapi nanti, kalau ayah sudah sehat kembali."

"Kau memang benar-benar anak ayah." Sang ayah lagi-lagi mengusap kepala anaknya, merasa bangga pada sikap anaknya yang dewasa.

"Kalau bukan anak ayah lalu aku anak siapa?" Tanya Gun polos yang mengundang tawa sang ayah.

Sore itu di mendung menyelimuti kota A Coruña, Spanyol. Tidak hujan, hanya mendung dengan angin sejuk yang terus berhembus. Off kini berdiri di sebuah balkon rumah yang ia tinggali bersama Tay. Dari sana, ia bisa melihat secara langsung pemandangan Menara Hercules yang letaknya tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.

Rombongan mereka sudah kembali ke Thailand. Mereka juga baru saja pulang setelah mengantarkan rombongan mereka ke bandara. Tay kini sibuk menghitung pemasukan dan pengeluaran selama tour mereka, namun Off yang dalam mode melankolis itu kini malah melamun di balkon.

Journey to The End of The World [OFFGUN]Where stories live. Discover now