The Distance

453 79 8
                                    

Gun kini duduk di bangku rumah sakit, tepat disamping ayahnya yang sedang tidur. Ia sedang mengutak-atik kotak musik yang ia dapat dari Off saat mereka di Corso Umberto. Ia beberapa kali memutar kuncinya agar kotak musik itu kembali memperdengarkan alunan musik Salut D' Amour yang menenangkan. Menenangkan untuknya, begitu juga untuk ayahnya.

Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Off cukup membuatnya terkejut. Karena memang sejak tadi ia melamun sambil mendengarkan alunan musik lembut itu. Entah apa yang ia lamunkan. Namun yang jelas walau tubuhnya ada disitu, pikirannya terbang entah kemana.

Gun, kau sudah makan?

Sudah, kau?

Sudah, tadi bersama para peserta tour.

Kau sedang apa?

Aku sedang mengantar orang-orang ke Rock of Gibraltar. Kapan-kapan kau harus ke sini. Pemandangan di sini sangat indah.

Benarkah? Aku jadi ingin ke sana.

Aku merindukanmu.

Terlalu cheesy, Off. Menggelikan.

Aku serius.

Yah, aku juga sedikit merindukanmu.

Hanya sedikit?

Jangan terlalu banyak. Aku tak ingin tersiksa karena merindukanmu.

Bukankah kau lebih cheesy dari pada aku sekarang?

Hahahaha benarkah?

Aku akan menunggumu di ujung dunia.

Aku tidak akan datang.

Aku tidak peduli.

Kau selalu saja keras kepala, Off.

Aku memang keras kepala. Semua itu karena aku mencintaimu, Gun.

Saat ini, hanya dengan berbalas pesanlah mereka bisa mengurangi rasa rindu mereka. Off dan Gun hanya bisa saling berharap semoga walau jarak dan waktu memisahkan mereka, namun mereka tetap bisa saling mempertahankan perasaan mereka.

Saat itu di Gibraltar matahari masih terik. Jam menunjukkan pukul 1 siang. Off kini sedang bersama Tay menemani para peserta rombongan mereka berjalan-jalan di sekitar Rock of Gibraltar.

"Aku sangat merindukanmu..." Ucap Off lemah setelah memasukkan handphonenya ke dalam tas. Ia menghela nafas panjang menahan rasa rindu yang menggebu.

"Aku juga." Ucap Tay tiba-tiba. Seperti biasa, Off memukul kepala Tay saat Tay mengeluarkan kata-kata yang membuatnya kesal. Dan Tay hanya akan mengusap kepalanya sambil tertawa.

"Kau ini. Kau tak liat sahabatmu sedang terluka?"

"Kau jadi sangat menjijikkan karena cinta, Off." Ucap Tay.

"Kau akan tau rasanya saat kau jatuh cinta, Tay."

"Cinta ya? Kalau cinta hanya bisa membuat orang menjadi lembek, aku tak ingin merasakannya."

Journey to The End of The World [OFFGUN]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora