When I'm With You

467 74 6
                                    

Off melepaskan pelukannya perlahan. Ia kembali menatap wajah Gun. Kemudian mengusap surainya lembut. Ya, Off benar-benar jatuh cinta pada seseorang yang kini ada di hadapannya.

"Terimakasih ya?"

"Untuk?"

"Memberi aku free trial" Off nyengir karena ucapannya sendiri. Gun ikut tertawa saat mendengarnya.

"Apa tidak ada kata-kata yang lebih manusiawi, Off?"

"Entahlah, aku sudah memikirkannya beribu kali tapi aku tak menemukan kata yang lebih tepat dari trial." Off menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tampak kikuk namun berhasil membuat Gun tertawa.

Gun merasa seolah, mungkin memang Off lah sesuatu yang harusnya ia temukan. Jawaban dari semua pertanyaannya. Seseorang yang akhir-akhir ini sukses menerbangkan beribu kupu-kupu dalam perutnya. Seseorang yang selalu berhasil membuatnya merasa lebih baik. Seseorang yang tingkah lakunya kadang tidak masuk akal namun mampu membuatnya tertawa.

"Gun, kau tidur sekamar Jane malam ini?" Tanya Off tiba-tiba. Gun hanya mengangguk. "Kupesankan kamar lain saja ya?" Tanyanya lagi.

"Tidak perlu, Off. Lagipula aku dan Jane sudah berbaikan."

"Justru itu!"

"Justru apa?"

"Aku takut kalian melakukan yang tidak-tidak."

"Tidak-tidak apa? Hentikan pemikiran kotormu itu, Off."

"Tidur denganku saja ya?"

"Tidak mau. Kau pasti sedang berpikiran kotor kan?"

"Tidak... aku janji tidak akan melakukan yang aneh-aneh."

"Tidak mau." Gun mengambil sepasang sepatunya yang masih tergeletak di atas pasir lalu berjalan pelan menjauh dari Off sambil tersipu. Sedangkan Off masih merajuk di tempatnya.

"Ayolaaaah...." rajuk Off yang kini ditinggal pergi oleh Gun.

Melihat Gun yang tak menoleh sedikitpun, Off segera berlari ke arah Gun. Lalu berlutut di depan Gun dalam posisi membelakanginya. Menawarkan sebuah tumpangan menuju hotel.

"Naiklah."

"Berjanjilah kau tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh."

"Kalau hanya memelukmu saat tidur tidak apa-apa kan?"

"Baiklah. Hanya memeluk saja." Gun naik ke punggung Off. Memasrahkan beban tubuhnya ditopang oleh Off sepenuhnya selama perjalanan menuju kamar hotel mereka. Tak lupa ia juga menyandar dagunya di pundak Off. Sambil sesekali bercanda, mereka tertawa seolah tak ada beban dalam hati mereka.

Hati Gun yang biasanya dingin, seolah mati rasa pada apapun juga saat ini merasa seolah dunianya terasa indah. Seolah sebuah tangan hangat melingkar memeluk hatinya yang dingin itu sehingga ia bisa merasakan ketulusan orang yang saat ini ada bersamanya.

Kesedihannya saat mengingat ibunya, beban tanggungjawabnya sebagai anak semata wayang dalam keluarganya, rasa ditolak oleh orang-orang disekitarnya. Semua itu luntur saat ia bersama Off. Off seolah membawa dunia baru yang tak pernah ia kenali sebelumnya. Dunia yang penuh keceriaan, dunia yang penuh dengan ketulusan dan kasih sayang. Dunia yang tak pernah ia rasakan bersama orang lain.

Off dan Gun memasuki ruangan kamar hotel yang mereka tempati bertiga bersama Tay kemarin. Dengan posisi Gun yang masih digendong oleh Off, mereka masuk tanpa permisi melewati Tay yang kini sedang berkutat dengan handphonenya di atas ranjangnya. Sebuah cengiran yang mencurigakan muncul dari wajah Tay saat Off menolehkan kepalanya menghadap Tay.

"Apa?" Tanya Off.

"Apa ada kabar bahagia?" Kini Tay yang bertanya masih dengan cengiran mencurigakannya. Gun kini turun dari gendongan Off dan duduk di pinggiran ranjang. Ia hanya tersenyum melihat kelakuan dia bersahabat itu.

"Seperti yang kau lihat." Ucap Off yang langsung membuat Tay melompat girang dari posisinya.

"ASTAGA KAU SERIUS?"

"Apa aku pernah berbohong padamu?" Ucap Off sombong.

"Padahal aku masih ingat betul tadi kau merengek-rengek mengatakan bahwa dirimu sendiri sangatlah bodoh. Luar biasa, kau berhasil, Off." Ucap Tay yang kini memegang pundak Off dengan bangga. Sungguh dramatis.

"Semua ini berkat dukunganmu, Tay." Ucap Off yang lalu memeluk Tay dengan tak kalah dramatis. Gun yang melihat suguhan drama di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya.

"Ingat, ini masih trial, Off." Ucap Gun.

"Iya, iya. Aku tau." Ucap Off lemas setelah mendengar kata trial.

"Trial?" Tanya Tay.

"Iya, hanya percobaan. Aku masih harus terus berjuang agar dia benar-benar balik mencintaiku, Tay."

Tawa Tay pecah mendengar ucapan Off. Ia tak menyangka kisah cinta sahabatnya akan serumit itu setelah bertahun-tahun ia tak pernah menjalin cinta dengan siapapun.

"Kau menertawakanku sekarang?" Tanya Off pada Tay sambil mulai merebahkan diri di ranjangnya.

"Tidak, tidak. Hanya saja aku tak menyangka akan ada masa percobaan dalam hubunganmu dan Gun."

"Sudahlah Tay. Jangan meledeknya. Walau masih masa percobaan, aku akan memperlakukannya dengan semestinya." Ucap Gun yang kini juga merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kini Gun memposisikan dirinya menghadap Off lalu memeluknya.

Off yang kini dipeluk oleh Gun secara reflek memeluknya balik. Namun jantungnya lagi-lagi berdetak kencang. Ia juga secara tak sadar menahan nafasnya. Tay yang melihatnya hanya bisa melongo. Tak menyangka Gun akan memeluk Off tepat dihadapannya.

Gun bisa merasakan jantung Off berdetak tak normal. Namun ia malah tersenyum sambil menutup matanya. Jujur saja, ia benar-benar merasa nyaman saat bersama Off. Itulah kenapa ia memutuskan untuk memberi Off kesempatan untuk membuktikan cintanya seperti yang ia katakan.

Lagi-lagi, Off tidak bisa tidur malam itu. Namun kali ini, Gun juga tak bisa tidur. Padahal Tay sudah mendengkur sejak tadi. Entah perasaan apa yang kini melingkupi mereka namun rasanya sangat sayang sekali jika momen ini terlewat begitu saja.

"Off, kau tidak tidur?" Tanya Gun sepelan mungkin agar tak membangunkan Tay.

"Mataku tak mau menutup sama sekali. Kurasa aku terlalu senang." Ucap Off.

"Kau seperti anak kecil saja."

"Kau sendiri, kenapa belum tidur?"

"Aku masih memikirkan banyak hal. Jika memang pada akhirnya kita bersama, apa ayahku bisa menerimanya?"

"Kau memikirkan sejauh itu? Bahkan saat kita masih dalam masa percobaan? Aku sangat terharu. Tenang saja, nanti kita hadapi bersama." Off kini mengusap lembut kepala Gun. Menyalurkan rasa tenang yang membuat Gun sedikit demi sedikit menutup kedua matanya.

"Off, tidurlah. Besok kita ke Roma kan? Kau butuh tidur. Aku sudah mengantuk."

"Momen seperti ini akan sangat sayang sekali jika kuhabiskan dengan tidur, Gun. Kita mungkin saja berpisah saat perjalanan ini berakhir. Jadi, aku tak ingin momen seperti ini berlalu begitu saja. Kau tidurlah tidak apa-apa."

"Aku tidur ya, selamat malam." Ucap Gun yang kini mulai merasakan dirinya hampir terlelap.

"Selamat malam, Gun." Ucap Off yang masih terus mengusap kepala Gun agar ia merasa nyaman dan bisa tidur dengan nyenyak.

Lagi-lagi, Tay terbangun dan melihat semua adegan romantis itu. Ia tersenyum senang. Sahabatnya itu akhirnya menemukan seseorang yang berarti baginya. Karena selama ini, Tay tau hidup Off sangatlah kosong. Ia hidup hanya untuk dirinya sendiri. Namun setidaknya saat ini ada Gun yang mungkin akan membuat hidup Off lebih berwarna.

"Akhirnya kau menemukan yang kau cari, Off. Ah sepertinya aku harus mencari sesuatu yang harus kutemukan juga." Batin Tay yang kini mengeratkan selimutnya dan bersiap untuk terbang ke dunia mimpi. Meninggalkan Off yang masih terjaga sambil mengusap kepala si mungil, Gun.

• Journey to The End of The World •

Journey to The End of The World [OFFGUN]Where stories live. Discover now