Eps. 5: Ichan's Morning Routine

55 14 17
                                    

Kota di mana Ichan tinggal selalu terasa dingin saat pagi dan malam hari. Dinginnya serasa sedang tinggal di daerah pegunungan. Selain suhu udaranya yang turun, air pun terasa sedingin air baru keluar dari kulkas. Kalau soal mandi, Ichan lebih milih nggak usah mandi sih. Tapi masa ke sekolah gak mandi?? Jadi akhirnya setiap pagi Ichan selalu mandi.

Malam hari kalau mau tidur, Ichan selalu pakai selimut. Ada kalanya, kalau ketiduran di kursi panjang pas lagi nonton tv dan berakhir Ichan ketiduran tanpa selimut, mesti pas bangun tidur bersin-bersin. Ibarat kata, mungkin badannya udah kedinginan semaleman.

Pagi harinya Ichan bangun sebelum adzan subuh. Berusaha bangkit dari posisi tidur menjadi duduk. Masih berkemul selimut dengan mata kiceup-kiceup-mengadaptasikan matanya dari gelap ke terang lampu di luar kamar. Ichan sedang mengumpulkan nyawa.

Jika sudah terkumpul. Kini Ichan 75% bangun dan sadar. Beranjak mengambil handuk di gantungan belakang pintu kamarnya, pergi mandi dan bersiap-siap untuk ibadah.

Tidak terasa, waktu telah menunjukkan pukul lima lebih. Selagi bundanya memasak sarapan di dapur, Ichan memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasnya untuk hari ini. Sejak semalam buku-buku itu sudah dia siapkan, tapi tidak langsung dimasukkan ke dalam tas. Soalnya kalau ada PR, Ichan bakal ngerjain PR-nya dulu (kadang-kadang).

Pernah nggak sih kalian kalau lagi buru-buru terus ngeliat ke jam, jamnya ini kayak buru-buru juga gitu?? Tau-tau udah jam berapa lagi. Cepet banget. Beda kalau lagi hari biasa. Pagi-pagi kirain udah jam tujuh, taunya masih jam 6 lewat beberapa menit doang.

Sarapan favorit Ichan di pagi hari adalah teh hangat manis, nasi, tahu cibuntu, dan kerupuk putih (apalagi pake kecap) Rasanya tuh... di saat dahan-dahan pohon menari dengan angin dingin pagi, Ichan dapat tetap menikmati hangatnya teh melati.

Jika sarapan sudah selesai, pakaian sudah dipakai dengan rapih, uang jajan sudah disimpan di atas meja, tas sudah diisi dengan buku, alat tulis, handphone, dan botol minum, maka apa lagi yang harus ditunggu?
Langsunglah Ichan berpamitan pada bundanya untuk pergi ke sekolah. Seperti biasa. "Doain Farhan ya, Bun." Begitu kata Ichan. Oiya, anw dia kalau di rumah memang pake nama Farhan. Chan atau Ichan biasanya dipakai saat di sekolah atau saat bersama teman-teman.

Ichan pergi ke sekolah pake sepedah gunung United warna merah. Sepedah yang dia ingat udah ada sejak dia masih SD. Sedikit cerita soal belajar naik sepedah. Dulu Ichan punya sepedah BMX. Itu sepedah pertama yang dia pake pas zaman SD, sekitar kelas dua atau tiga. Yang di bagian stang-nya ada bel kecil, terus di belakangnya ada besi buat boncengan gitu. Tapi sekarang sepedanya udah dikasihin ke saudara.

Waktu itu badan Ichan tentu belum cukup tinggi kalau buat naik sendirian ke jok sepedahnya ya, kan? Tapi Ichan semangat main sepedah, soalnya seru. Terlebih lagi, sebelum dulu pindah rumah, rumah Ichan saat itu punya halaman rumput yang cukup luas di depannya, jadi Ichan bisa main di sana. Makanya setiap dia mau belajar sepedah, mesti minta bantuan bundanya.

Jadi tuh bunda megangin jok belakang sepedah Ichan, sambil dianya jalan terus. Jatuh tentu ada. Pembiasaan megang stang sepedah awalnya kaku, kalau belok pasti beloknya itu ya belok banget. Alhasil Ichan jatuh menyamping. Syukur di atas rumput, jadi nggk terlalu sakit. Kadang-kadang kalau nggak sengaja keinget momen itu, bunda suka bilang, "Keringetan itu Bunda megangin jok sepedah kamu, Han. Ikut lari-lari di belakangnya."

Sekarang Ichan sudah berapa tahun coba bersahabat dengan sepedah? Ibaratnya kalau Ichan ikut sirkus yang naik sepedah di atas seutas tali dia bakal bisa deh kayaknya. Kata orang-orang sih, kalau kita udah terbiasa sama suatu kendaraan, kita bakal punya feel. Di mana kalau lagi di jalan, kita bakal ngerasain kayak 'oh ini bannya kempes', 'oh ini ada motor nggak sengaja nyentuh ban belakang', 'oh ini ada selokan di tikungan, berarti beloknya jangan terlalu pinggir'. Begitu kira-kira.

Ichan mengayuh sepedahnya dengan tenang. Sekarang masih pukul 06:10. Cahaya matahari lembut sudah terlihat menimpa jalanan melewati celah-celah pohon. Jalanan ramai dengan kendaraan umum seperti angkot yang terlihat didominasi anak SMP, SMA, ataupun SMK. Ada banyak juga bus-bus berukuran sedang yang menjemput para pekerja pabrik.

Melewati pasar, Ichan melihat banyak ibu rumah tangga kesana-kemari membeli segala keperluan. Ada pedagang kue, sayur, nasi kuning, bubur, cakwe dan odading, cimol, buah-buahan, kerupuk putih yang ukurannya besar-besar, ikan pindang dan ikan tawar, dan masihhh banyak lagi.

Semua keramaian pagi hari yang Ichan suka banget. Belum lagi matahari pagi yang ngebuat udara jadi lebih hangat, seakan tersenyum senang pada dunia.

^

To be continued

The 1617Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang