Eps. 14: Raja Mexico

20 2 1
                                    

"Ayo cepet, gais."

"Ayo, ayo"

"Yo, yo, ayok, yo ayok yo yo ayok!"

"Buruan-buruan."

Kira-kira begitulah ramenya murid-murid 11 Ipa 5 yang berlarian menuju perpustakaan. Mereka berlari terburu-buru dan semangat sembari membawa buku dan alat tulis masing-masing di tangan kanan dan kirinya.

Harusnya, mungkin, penjaga perpus kaget kedatengan rombongan tiba-tiba dan berisik. Hampir lebih 30 siswa-siswi itu kemudian melepas sepatu dan menyimpannya di rak yang sudah disediakan di samping pintu perpustakaan. Beberapa sepatu yang tidak terbagi tempat hanya disimpan biasa saja di dekat rak atau pintu.

Kalau kalian siswa kelas lain, kalian akan mendapati pemandangan banyak sepatu beragam di luar perpustakaan dan segerombol siswa di dalam perpustakaan dengan berbagai bentuk dan posisi. Ada yang tegak menulis, ada yang sedang mencari buku-buku tertentu. Ada yang ngadem di deket kipas angin. Ada yang menidurkan kepalanya di atas meja sembari menunggu teman yang lain mengerjakan.

Jadi, kelas Fisika 11 Ipa 5 ini diajar oleh Pak Domi namanya. Kelasnya super seru karena beda dari yang lain! Biasanya, ketika masuk kelas Pak Domi memaparkan materi yang akan kita pelajari hari itu, lalu kalau sudah beliau akan mendikte atau memberi selembar kertas soal-soal latihan yang harus kami kerjakan. Bagi siapapun yang mengisi soal tersebut dan mengerjakannya di papan tulis, nanti bakal dapet poin buat nambah nilai. Ngerjainnya boleh di mana aja, boleh di gazebo, boleh di perpustakaan, boleh di luar kelas, di dalem kelas.... Asik banget ga sih? Tentunya aja murid-murid jadi semangat buat ngerjain. Biasanya mereka ngerjain ke perpus, terus cari jawabannya dari buku-buku yang ada di sana.

Selain seru dan semangat ngerjainnya, kalau kita udah nulis jawaban di papan tulis kita bakal dikasih poin sama Pak Domi dan kita boleh nulis sendiri jumlah poinnya di kertas yang udah disediain, dan nulisnya itu pake spidol warna-warni!

Kalau pas kita lagi ngerjain soal terus ga ngerti, kita juga boleh tanya langsung ke Pak Domi dan bakal diajarin. Kelas Fisika yang sebelumnya dibayangin sebagai pelajaran yang serem dan susah akhirnya jadi lebih enjoy.

Ada aja hal seru yang bisa diketawain, ya katanya kelereng jatuh aja dihitunglah, suara klakson mobil dihitung, suara petir dihitung... Pernah juga ada soal kayak gini;

Karena melamun, Nurlaeali jatuh dari sebuah gedung yang tingginya 80 m. Kemudian datang Ucup ingin menolongnya. Waktu yang diperlukan Ucup untuk menolong Nurlaeali adalah....

Pokoknya, kalau kelas Fisika sama Pak Domi, jangan kaget nama kalian tiba-tiba ada di lembar soal latihan, PTS, ataupun PAS. Haha, kalau bahasa sundanya mah 'aya wae pikaserieun kelas fisika teh'.

Selesai kelas fisika, saatnya jam istirahat. Mereka berborongan kembali ke kelas, tapi kali ini nggak seheboh ketika berangkat. Ichan ketika itu nggak sengaja ketemu si anak baru yang waktu itu, dia lagi berdiri aja di samping tembok dinding lantai dua depan kelasnya.

Ini saatnya, batin Ichan.

Sebelum itu, ia berbisik ke teman-temannya. "Gais, doain."

Rahmat yang berjalan tepat di samping Ichan mengikuti arah pandang Ichan, oh itu. Lalu ia menengok ke belakang, "Gais, doain Ichan jadi Yamaha."

"Yamaha?" Trisno bertanya.

"Iya, semakin di depan."

Kini hanya tersisa empat meter antara Ichan dan si anak baru. Dengan percaya diri, Ichan melangkah mendekat lalu bertanya, "Permisi."

Anak baru itu menoleh.

"Kamu liat kucingku di sekitar sini nggak? Warnanya hitam sedikit ada putih."

Kawan bicaranya sempat bingung sejenak. "Kucing?" Ia menoleh ke sana ke mari. "Aku nggak liat. Kamu bawa kucing ke sekolah?"

"Oh, nggk nggak. Dia emang tinggal di sini, namanya Kuciyang. Kalau aku," kata Ichan sambil menyodorkan tangannya, "akulah Raja Mexico." Ketika sadar, buru-buru Ichan menggeleng, "Eh bukan, aku Farhan Ikhsan, biasa dipanggil Ichan."

Raut ekspresi perempuan anak baru itu bingung tapi juga tertawa mendengarnya. Ia menerima jabatan tangan Ichan. "Kalau aku Keisha Putri. Panggil aja Keisha."

Keduanya tersenyum. Ichan sempat melihat ke dalam kelasnya Keisha, kosong. Hanya tersisa beberapa murid di sana.

"Kenapa kamu sendiri aja di sini?" tanya Ichan, maksudnya di sini adalah di koridor kelas.

"Temen-temen udah pada ke kantin, aku ketinggalan," jawabnya.

"Tapi mau ke kantin?"

Keisha nampak ragu, "Kayaknya."

"Aku kebetulan mau ke sana, mau bareng? Tapi aku belum nyimpen buku fisika aku. Kalau boleh, aku nitip dulu habis itu ke kantin sama-sama."

Keisha nampak ragu lagi, ia melihat ke dalam kelasnya. Lalu, "Boleh sih, sini aku simpen di kelas bukunya."

Dan kalian tau? Itu jadi sepenggal kisah keberhasilan Ichan yang akhirnya bisa kenalan sama si anak baru, namanya Keisha, secantik orangnya—kata Ichan.

^

to be continued


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The 1617Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang