Eps. 13: Truth or Dare

19 5 2
                                    


"Ngapain lo disitu?" tanya Anisa yang cukup bingung karena tumben-tumbennya Resa nongkrong di koridor. Padahal biasanya pagi-pagi udah nunduk di bangku, bukan dzikir tapi lagi main game.

"Ya emang kenapa? Ga boleh?" tanya balik Resa sedikit sinis.

"Tumben." Dan Anisa segara kembali melihat ke arah lapangan dari tempat ia bersandar di pagar tembok lantai dua. Tidak mau memedulikan kehadiran Resa.

Sejenak juga Resa hanya diam, acuh tak acuh melihat murid-murid lain yang berjalan masuk dari gerbang sekolah. Pagi itu cerah, masih cukup pagi sekali untuk anak sekolahan tapi matahari sudah nampak terik dan terasa hangat di kulit.

Resa berdeham sebelum bertanya pada Anisa tanpa melihat padanya, "Lo lagi nyari Kang Alfian, ya?"

Sudah rahasia publik bagi kelas 11 Ipa 5 kalau Anisa suka sama Kang Alfian, jadi kalau ditanya begitu Anisa mengangguk saja.

"Kenapa lo suka sama dia?"

Anisa menegakkan berdirinya. Menebak-nebak raut wajah Resa. "Serius lo nanya?"

"Menurut lo?"

Anisa kembali melihat ke arah lapangan. "Lo pernah suka sama orang?" tanya Anisa.

"Pernah."

"Lo tau kenapa lo suka?"

Resa spontan menengok ke arah Anisa. Berpikir sejenak sebelum menjawab, tapi ternyata tidak menemukan jawabannya. "Gue nggak tau."

"Kalau gitu sama, gue juga gatau kenapa suka sama dia," jawab Anisa masih menatap ke arah lapangan.

"Kang Alfian udah punya pacar."

Sebuah pernyataan yang tiba-tiba terlontar dari mulut Resa itu bisa membuat Anisa cukup tertegun. Namun, Anisa hanya berusaha tidak bereaksi apa pun.

Anisa tak kunjung menjawab sepatah kata pun, sehingga Resa merasa bersalah. "Maaf," katanya pelan.

Anisa tertawa kecil. "Nggak apa-apa lagian, santai aja. Gue saat ini cuman manusia yang bisa berharap."

Resa tahu setelah ini akan jadi momen yang canggung. Aneh sekali. Tapi kemudian Anisa dengan sikapnya yang santai seperti biasa, memulai percakapan lebih dahulu.

"Tapi Res, gue penasaran deh."

"Apa?"

Anisa memosisikan badannya menghadap Resa. "Gue kan pernah denger, katanya kalau kita ngecrushin orang diem-diem.. bakal ada juga orang yang diem-diem crush ke kita. Tapi gue ga yakin, siapa coba yang suka sama gue."

Resa melihat ke arah Anisa dari samping tempat ia berdiri. "Emang kenapa?"

"Kenapa gimana?"

"Kenapa lo ragu gitu."

"Soalnya, apa sih, yang bisa disukain dari diri gue?"

"Jangan bilang kayak gitu," jawab Resa sambil berlalu masuk ke kelas. Ketika di ambang pintu, ia berbalik dan berkata lagi. "Menurut gue, bakal ada orang yang diem-diem juga suka sama lo, Nis. Lo nya aja yang nggak tau."

Setelahnya, Anisa hanya melihat punggung Resa yang berbalik masuk ke dalam kelas. Menatapnya dengan penuh kebingungan.

Sekolah hari itu berjalan seperti biasa, hingga pada sekitar jam 1 siang. Seperti yang kalian ketahui, kelas di lantai dua ini bagai disiram sinar matahari. Di dalam terasa gerah, angin yang berembus dari jendela juga terasa hangat. Dari jendela sana, kita bisa melihat hamparan sawah hijau yang terang disinari matahari siang.

Kelas mulanya sunyi, semua sibuk sendiri. Guru belum masuk, dan hanya terdengar deruan kipas angin di sudut ruangan.

Ichan menenggak air mineral dari botol Tupperware yang ia bawa dan menyimpannya di atas meja. Air mineral di saat siang begini terasa begitu menyegarkan tenggorokan.

The 1617Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang