Eps. 12: Horror Section

26 6 3
                                    

"Dasi rapih, topi juga udah ada di dalem tas. Oke sip!" gumam Ichan sendirian kala dia lagi jalan ke arah sekolah. Hari itu hari Senin jam setengah 7 pagi lewat 5 menit. Sepuluh menit lagi upacara bendera dimulai dan Ichan gak usah piket walau hari ini jadwal dia piket, ditambah lagi walau dia juga seksi kebersihan. Jangan ditiru ya teman-teman, tapi gak papa kalau sekali-kali, tapi jangan deh, eh tapi boleh deh.

Sesampenya Ichan di lapangan sekolah, di sana kelihatan pengurus OSIS yang lagi siapin kebutuhan upacara. Mulai dari mic, tripod, dokumen, sound, dan lain-lain. Denger-denger sih hari Senin ini yang jadi petugasnya dari kelas 11 Ipa 1, berarti sekitar lima minggu lagi giliran kelas 11 Ipa 5. Ichan sempet sih, pengen yang jadi baca UUD 1945, tapi kita liat nanti siapa tau dia berubah pikiran.

"Piket maneh, Chan," ujar Resa ketika Ichan baru aja nyimpen tas di bangkunya.

"Maneh udah piket kitu?"

Resa menjawab dengan sedikit sombong, "Udah dong."

"Ga percaya sih gue mah."

"Tuh, tanya aja ke si Ineu. Neu, urang udah piket ya?" tanya Resa sangsi pada Ineu. Sambil diam-diam mengedipkan sebelah matanya.

Ineu yang nggak peka sama kedipan mata Resa pun menjawab, "Nyapu di depan doang sih maneh lebih tepatnya."

Dan Ichan ketawa puas. "Nggeus ageh langsung ka lapangan bae."
(Udah ayo langsung ke lapangan)

Ichan serta teman laki-laki yang lain mulai pergi ke lapangan. Sedangkan yang perempuan juga satu persatu mulai ke lapangan.

Di lapangan, setiap satu kelas buat dua barisan ke belakang. Rahmat sama Jajang di paling depan, sedangkan yang lain tinggal ngikutin baris rapih di belakangnya.

"Katanya hari ini mau ada pemaparan visi misi calon ketos?" tanya Trisno.

"Eh, heeuh sia teh, poe ayeuna."
(Eh iya, hari ini)

"Siapa aja sih? Gue mah ga ikut pengurus OSIS sih," tanya Resa.

"Ngga tau gue juga, tapi kayaknya Rama nyalonin deh."

Dilihatnya oleh mereka ruang pengurus OSIS di ujung lapangan upacara. Di sana ramai, jadi mereka masih mengira-ngira siapa aja yang ikut jadi calon kandidat ketua OSIS kepengurusan selanjutnya.

Rama itu salah satu temen mereka di kelas 11 Ipa 4, yang mana mereka tetanggaan.

Upacara belum mulai, masih beberapa menit lagi. Di lapangan para guru mulai berbaris, semuanya bersiap-siap. Di kesempatan dalam kesempitan, Rahmat yang baris paling depan mencoba liat ke belakang, ke bagian barisan perempuan.

Dari waktu sebelum jadian juga dia tau kalau Aulia biasa baris paling depan di barisan perempuan. Walau ketutup banyak kepala-kepala manusia lain, tapi karena mereka berduanya saling nyari, yah, akhirnya bertemu matalah mereka dan senyum tentunya.

Ichan, Resa, Jajang, Trisno, sama Ali, yang ngeliat Rahmat senyam-senyum ke Aulia di belakang sana pun langsung nyanyi sepenggal lagu Dari Mata punya Jaz, dipimpin sama Ichan.

"Tu dua tiga, dari matamu matamu kumulai jatuh cinta, kumelihat melihat—"

Mereka semua nyanyi kompak dengan riang sampe nggak sengaja terlalu keras, padahal upacara udah mau mulai. Pas ada yang "Shht!" ke mereka, mereka pun spontan stop nyanyi.

Rahmat cekikikan kecil di sana. "Berisik sih," celetuk dia ke temen-temennya. Tapi sebelum upacara bener-bener mulai, Rahmat sekali lagi ngeliat ke belakang, senyum ke Aulia. Duh, indahnya kisah-kasih di sekolah.

The 1617Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang