Chapter 43

109 34 152
                                    

"Aneh, kenapa tidak ada info apa-apa dari si pengirim?"

Namun, detik berikutnya tanda tanya yang menguasai sebagian besar wajah Yun Bei sirna. Mungkin saja rasa penasaran akan isi surat jauh lebih kuat dirasakan kini, tungkai pun dibawanya mendekati kursi taman, duduk sambil membuka surat yang didapat.

Tak ada reaksi aneh yang tertampil, selain gerakan mata yang begitu fokus membaca. Akan tetapi, perlahan-lahan senyum pun mengembang di mana diikuti pula dengan sepasang netranya yang berbinar. Pun mulut mengembuskan suatu desahan, tepatnya desahan kelegaan.

Alhasil, kelegaan itu membawanya bangun meninggalkan taman, masuk ke dalam rumah. Tak lama setelahnya, Yun Bei kembali keluar dengan masih membawa amplop surat lengkap dengan pemantik api menuju ke sudut halaman depan.

"Yun Bei, apa yang kau lakukan di sana?"

"Niang! A-aku hanya membakar kertas-kertas tak terpakai dari kamarku."

"Hati-hatilah agar api tidak merambat ke mana-mana."

"Aku tahu, Niang. Aku bukan lagi anak kecil."

"Bagiku kau selalu anak kecil yang menggemaskan."

Segera mendekat, Yun Bei bahkan meraih lengan ibunya dengan senyuman manja yang bisa dikeluarkannya. Keduanya pun masuk ke dalam rumah. Sementara abu bekas pembakaran yang Yun Bei barusan lakukan, telah terbang bebas terbawa angin.

Begitu malam tiba, tampak Yun Bei keluar rumah. Arah pandangan dilemparnya pada bekas pembakaran yang dirinya lakukan pagi tadi, senyuman manis terus mengembang.

"Jie, kau benar akan pergi semalam ini?" tanya Zhen Xi yang mendekat.

"Pergi ke mana?" sergah seseorang yang berhasil mengalihkan pandangan Yun Bei juga Zhen Xi ke arahnya.

"Ge! Hentikan adik perempuanmu ini. Dia ingin pergi menemui Jia Hou di gedung proyek."

"Semalam ini? Bukankah kau bilang akan menunggu? Tidak ingin menemuinya dulu saat ini."

"Aku mendapat surat yang memintaku untuk menemuinya sekarang. Kurasa ... dia sudah merasa bersalah padaku dan akan memaafkanku."

"Tapi ini sudah malam, tidak bisa besok pagi saja menemuinya?"

"Ge! Saat masih bekerja juga aku masih di jalan jam segini. Bahkan bisa lebih malam lagi baru pulang."

"Kalau begitu mana suratnya?"

"Sudah dibakarnya," jawab Zhen Xi, menunjuk ke arah sudut halaman yang meninggalkan bekas hitam pada tanah rerumputan.

"Kenapa kau membakarnya?"

"Pesannya meminta untuk dibakar setelah membacanya. Sudahlah, itu tidaklah penting. Sekarang aku harus pergi, jika terlambat yang ada Jia Hou akan makin marah padaku," ucapnya, segera melangkah pergi atau tepatnya berlari kecil.

"Zhen Xi, beritahu Die dan Niang kalau aku pergi keluar dengan Yun Bei. Tidak perlu bagi mereka khawatir." Dao Yang segera pergi, menyusul Yun Bei.

"Kalian hati-hatilah!"

Zhen Xi hanya mendesah melihat kedua saudaranya itu yang kini telah melesatkan mobil membelah jalanan malam, masuk kembali ke dalam rumah.

Sedangkan Yun Bei malah bersikap kebalikannya, sangatlah senang. Bahkan Dao Yang tak berani mengatakan apa-apa agar tidak mengganggu kesenangan adiknya itu hingga keduanya tiba pada tujuan.

"Aku akan menunggumu di kafe dekat sini, temui aku di sana setelah selesai."

"Baiklah, Ge."

Bittersweet Blossom (End)Where stories live. Discover now