Chapter 46

118 35 235
                                    

Kini, tak lagi terdengar suara kesedihan, baik Jia Hou atau Yun Bei berdampingan duduk pada lantai, punggung dibiarkan menyender pada pinggiran ranjang. Tak bersuara, memang tampak tak ada yang ingin memulai suatu pembicaraan.

Suasana ini sungguh canggung ... apa yang harus kukatakan untuk memecahkan keheningan ini? Tapi bagaimana kalau aku salah bicara ...? Ini sungguh membuatku tertekan lebih dari kejadian semalam.

"Ibuku dan istri kedua Wang Zhi Feng, Song Rui Lian atau yang kau kenal ibunya Ren Cheng. Dulu mereka berteman dekat sewaktu kuliah, teman yang sangat dekat dan selalu bersama. Hingga ibuku bertemu dengan Wang Zhi Feng, senior di kampus yang banyak disukai wanita. Saat itulah mereka menjalin hubungan, menikah dan memilikiku," ujar Jia Hou, tenang memenuhi dirinya.

Mungkinkah efek sehabis menangis? Atau ada hal lain yang membuat Jia Hou senyaman ini hingga memutuskan memberi tahu rahasia terkait keluarganya? Apa ini tanda bahwa Jia Hou telah menyadari arti dari keberadaan gadis di sampingnya ini?

"Ibuku mengatakan bahwa kehidupan pernikahan mereka awalnya sangatlah indah, Wang Zhi Feng begitu baik meskipun kakek dan nenekku tidak menyukainya. Karena alasan itu juga, Wang Zhi Feng tidak pernah menunjukkan ibuku atau diriku di hadapan banyak orang, Wang Zhi Feng berkata ... akan memberi tahu banyak orang saat kakek dan nenek merestui hubungan mereka ....

"... Namun, setelah bertahun-tahun berlalu, hari itu tak kunjung juga tiba. Siapa sangka ... saat aku berusia 6 tahun. Wang Zhi Feng membawa seorang wanita dengan anak laki-laki seusia diriku ke rumah. Memperkenalkan pada keluarga Wang lainnya bahwa anak itu adalah darah dagingnya. Apa kau tahu setelahnya apa yang terjadi?" Mata yang kering dan tenang, kembali basah dan bergetar diiringi desahan yang cukup mengisi setengah bagian kamarnya ini.

"Keluarga Wang membawa masuk mereka?" tanya balik Yun Bei, benar-benar tak tahu harus merespon seperti apa.

"Benar ... bukan hanya membawa, tapi menerima mereka dengan sangat baik. Menjadikan Song Rui Lian dan Wang Ren Cheng bagian dari keluarga penting dengan memperkenalkan kepada semua orang serta media, merayakan pesta besar-besaran dengan mengurung diriku dan ibuku layaknya penjahat! Mengusir kami setelahnya tanpa peduli sama sekali seolah kami bukanlah apa-apa!" geram Jia Hou, tangan ikut terkepal berusaha meredam kebencian dan kemarahan yang siap kapan saja meledak. Oleh karenanya, Yun Bei hanya terdiam tanpa ada niatan merespon, pandangan khawatir juga prihatin tak bisa tak dirinya lemparkan.

Setidaknya hal itu membuat Yun Bei sadar, betapa lebih beruntungnya dia yang terlahir dalam keluarga hangat tanpa masalah, tidak pernah merasakan hal-hal menyakitkan seperti yang dialami Jia Hou. Justru keluarganya memberikan banyak kasih sayang dan cinta padanya. Tak heran, kenapa pula Jia Hou bisa bersikap begitu berbeda dari kebanyakan orang, dingin dan tak peduli bahkan enggan membuka diri pada orang lain.

Kenyataannya, Jia Hou hanya kesepian dalam luka yang masih menganga minta diobati. Namun, luka itu teramat menyakitkan hingga Jia Hou pun enggan rasanya ingin menyembuhkan, terbiasa akan keberadaannya.

"Sejak itu ibuku hidup dalam penderitaan dan sakit hati. Dirinya berusaha keras membesarkanku, mengatur hidupku seutuhnya, bahkan ... tak mengizinkan aku dekat atau berkenalan dengan wanita mana pun, menyekolahkanku di sekolah khusus pria dan tak mengizinkanku mengetahui hubungan cinta dan kasih antara pria dan wanita."

"Kenapa? Kenapa sampai bertindak sejauh itu?"

"Bagi ibuku, hubungan paling tidak berguna di dunia ini adalah cinta kasih antara wanita dan pria. Dengan cinta mereka akan buta dan melupakan segala hal termasuk kebencian dan balas dendam. Ibuku tidak ingin aku mengalami hal itu, tak ingin juga aku terluka seperti dirinya dulu yang dikhianati ... hingga aku bisa hidup seperti hari ini hanya dengan mengandalkan kebencian saja."

"Pantas saja kau menyukai sesama jenis," gumam Yun Bei, tak sadar kata-kata itu keluar dari mulutnya. Bagai lidah terolesi minyak, meluncur begitu saja tanpa bisa ditahan.

"Apa yang kau katakan?"

"Ti-tidak ada ... aku tidak mengatakan apa-apa," jawab cepat Yun Bei dengan sedikit kekehan canggung mengikuti setelahnya.

"Syukurlah kejadian semalam tak membuat diri lamamu hilang."

"Tentu saja, tidak akan kubiarkan si tua bangka itu membuatku terpuruk. Lihat saja sekarang, hidupnya akan hancur! Siapa suruh salah pilih korban, tapi ... aku tetap harus mengucapkan terima kasih padamu. Tanpamu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Mungkin saja aku akan menjadi selir si tua bangka itu."

Sontak Jia Hou tertawa, tawa lepas yang pertama kali Yun Bei lihat. Tak lagi sosok Jia Hou dingin dan cuek, tak lagi ada pandangan tajam yang biasa dirinya tunjukkan. Tampak sepenuhnya orang yang baru. Mungkin, jika Jia Hou mengatakan dirinya memiliki saudara kembar, Yun Bei akan percaya itu sepenuhnya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Jia Hou yang berusaha menghentikan tawanya.

"Kenapa kau memberitahuku semua rahasia kelammu? Tidakkah kau takut aku akan menceritakan semua hal ini pada orang lain?"

"Entahlah ... mungkin, karena kau Yun Bei."

Apa lagi maksudnya ini?

"Jika kau menanyakan kenapa kau orangnya ... aku pun tidak tahu kenapa. Hanya ... itu hanya perasaanku yang merasa nyaman dan ingin memberitahumu."

"Bukankah kau membenciku sebelumnya karena waktu terakhir kali ...? Aku, sudah berani ikut campur dalam hubunganmu dan Paman Wang."

"Benar, aku sangat membencimu, tapi ... benci yang kurasakan bukan karena kau ikut campur, melainkan ... aku merasa hancur karena orang yang dekat dan kupercayai bertindak diam-diam di belakangku. Rasanya lebih ke perasaan kecewa dan terkhianati," ungkap Jia Hou.

"Maaf, aku tidak melihat dari sisimu dan malah berbuat ulah. Maafkan aku, Jia Hou."

"Ke depannya ... jangan melakukan hal seperti itu lagi padaku. Tetaplah didekatku dan bersama selalu, mari tidak lagi bertengkar." Jia Hou menatap lekat Yun Bei dengan pandangan serius. Namun, tak menyiratkan ancaman melainkan semacam permintaan dan ajakan tulus yang tak dimengerti oleh otak Yun Bei, tapi gemetar netra justru berkata lain yang mungkin getarannya sampai pada jantung.

Yun Bei ohh Yun Bei, kau sudah gila rupanya. Bagaimana bisa jantungmu berdetak cepat pada pria yang tak menyukai wanita sama sekali. Sadarlah! Dia Jia Hou, selingkuhan dari mantan kekasihmu dulu. Lantas, haruskah sekarang kau menyukai selingkuhan mantanmu ini? Kau sudah gila, Yun Bei!

"Shaoye!" panggil Bibi Cha yang tiba-tiba membuka pintu. "Maaf, maaf, aku benar tidak melihat apa-apa. Kalian lanjutkan saja." Bibi Cha hendak menutup kembali pintu, melangkah pergi.

"Bibi Cha! Ada apa?" seru cepat Yun Bei, jadikan ini alasan pemutus momen bersipandang lekatnya dengan sang atasan.

"Itu ... ada Ming Hai dan pria satu lagi bernama Dao Yang menunggu di luar."

"Dao Yang Ge ...? Baiklah aku akan keluar." Seketika melaksanakan ucapannya, Yun Bei bahkan tak menanti perkataan lanjut dari sang pemilik rumah bagai ini rumahnya sendiri tanpa harus mendapatkan izin siapa pun.

Yun Bei, apa mungkin kau masih berpikir aku seorang gay ...? Jika begitu, kurasa akan lebih menyenangkan bagiku untuk menjahilimu.

"Shaoye, apa harus mengundang mereka masuk?"

"Aku akan menyambut mereka langsung. Bibi, siapkan beberapa camilan dan bawakan ke ruang keluarga."

Beranjak bangun membawa kedua tungkainya keluar kamar, senyum pun menghiasi wajah yang biasanya dingin. Tampak begitu bahagia dan lega meskipun tadi hatinya sempat mendung dan terjadi badai. Namun, kini hanya pelangi indah yang tertampil mengisi hati. Pelangi yang barangkali akan menjadi pelangi abadi, setidaknya berharap begitu untuk saat ini.

Bittersweet Blossom (End)Where stories live. Discover now