*8

2.1K 286 30
                                    

Change!!

Haikyuu!!©Furudate Haruichi

Warning : OOC, typo, sho-ai dan lain sebagainya.

Happy Reading~

Hinata berjalan santai memasuki rumahnya, kakinya dengan cepat melangkah hendak menuju kamarnya.

Namun baru saja ia melewati ruang tengah,  namanya langsung dipanggil oleh ayahnya.

Hinata berbalik, menatap kearah sang ayah yang tengah duduk di sofa ruang tengah.

“Kemari.” ucapnya tegas. Hinata menghela nafas pelan, kemudian mendekati sang ayah.

“Duduk.” perintahnya. Mau tak mau Hinata hanya menuruti tanpa menyahuti apa yang dikatakan sang ayah.

“Apa yang sebenarnya kau mau hah? Gurumu menelfonku dan mengatakan kalau kau keluar dari kelas dengan tidak sopan, hari ini kau membolos. Dan lagi, apa yang kau pikirkan dengan mengenakan seragam siswi sekolahmu?! Astaga, Sehari saja tidak membuat kekacauan disekolahmu itu apa tidak bisa?” ucap ayahnya. Hinata hanya diam. Ia sudah biasa begini. Ayahnya hanya bisa memarahinya dan menuntut Hinata mengikuti apa yang diinginkannya. Tanpa mengetahui apa sebab Hinata bertindak seperti itu.

“Dengar, ini sudah kesekian kalinya kau pindah sekolah. Jadi untuk yang terakhir kali ini. Katakan pada ayah, apa yang sebenarnya kau mau hah?” Hinata menggenggam kedua tangannya pandangan matanya menatap lurus sang ayah.

“Memangnya kalau aku mengeluarkan pendapatku, ayah akan mengabulkannya?” ucap Hinata.

“Kau-”

“Aku hanya ingin ayah mengerti aku. Aku bukan bonekamu ayah. Dan lagi soal aku yang mengenakan seragam siswi disekolahku itu untuk lomba model disekolah, tapi karena hal itu juga,  satu sekolah mengataiku, membullyku. Kalau ayah jadi aku apa ayah akan tetap tahan, mendengar bisik-bisik dan cacian dari mulut siswa satu sekolah? Bahkan disaat jam pelajaran didalam kelas.” potong Hinata.

“Dan lagi seharusnya ayah bersyukur bukan? Aku tidak bunuh diri karena itu. Ah mungkin karena pelatihan mental dari ayah sejak kecil, jadi aku tidak akan mudah berfikir bodoh begitu. Ja, kalau begitu selamat malam ayah, kalau ayah bisa mengabulkannya, lakukanlah mulai besok ya.” ucap Hinata tersenyum, kemudian membungkuk dan berlalu pergi meninggalkan sang ayah.

***

Hinata lagi-lagi hanya diam menatap langit malam diteras kamarnya. Sedikit rasa bersalah muncul didalam hatinya.

“Apa aku terlalu kasar berkata seperti itu pada ayah..” gumamnya pelan.

Hinata tau ia salah, tapi rasanya ia ingin meluapkan semuanya pada sang ayah yang selalu ingin dirinya menjadi yang terbaik. 

Seolah-olah Hinata tidak boleh salah sedikit pun, karena hal itu disekolah sebelum-sebelumnya Hinata sering membuat guru-guru kesal karena ulahnya yang bersikap tidak sopan.

Tapi itu Hinata lakukan agar sang ayah diperingati oleh guru-gurunya untuk memperhatikan dan mendidik Hinata dengan baik.

Hinata mendengus mengingat hal itu lagi, “Yah, tapi semuanya akan sia-sia. Baiklah, ayah.. Kali ini kau mau memindahku kesekolah mana. Aku siap.”

***

Tsukishima menatap kearah kursi milik Hinata, dengan sebelah alisnya yang terangkat sedikit keatas.

“Hei, dia tidak masuk lagi?” tanya Tsukishima pada Sugawara.

Sugawara menatap kearah kursi Hinata, “Kurasa begitu, haah.. Apa ayahnya akan memindahkannya lagi ya..”

“Maksudmu?”

Sugawara menatap Tsukishima, “Ah, bukan apa-apa.” sahut Sugawara mengambil buku pelajaran dan mulai membacanya.

Tsukishima menatap lurus Sugawara, dalam hatinya jelas yakin kalau sugawara tidak ingin menjelaskan semua tentang Hinata padanya.

“Kenapa kau menatapku begitu. Kau membuatku tidak nyaman.” keluh Sugawara.

“Kalau begitu ceritakan.”

“Apa yang harus kuceritakan?” ucap sugawara pura-pura tidak mengerti.

“Ck. Jangan berpura-pura tidak mengerti. Jelaskan maksud ucapanmu tadi atau aku akan memelototimu sepanjang hari!” Sugawara mendengus mendengar ini.

“Macam kau bisa saja.”

“Tak percaya? Baiklah!” ucap Tsukishima berjalan menuju mejanya kemudian melotot kearah Sugawara.

‘Tahan Koushi, kau pasti bisa menahan godaan untuk melempari Tsukishima yang melototimu itu.’

***

Tsukishima terus melotot pada Sugawara, entah itu saat pelajaran, saat istirahat dikantin, bahkan sampai sekarang saat Sugawara ke toilet untuk buang air kecil.

“Aish kau sungguh mengganggu!” keluh Sugawara.

“Kalau begitu katakan, apa maksudmu tadi pagi soal pindah sekolah.”

“Memangnya apa yang membuatmu sepenasaran begini? Kau menyukainya?”

Deg

“Jangan mengalihkan pembicaraan, cepat katakan!” ucap Tsukishima cepat.

Sugawara menghela nafas, “Fine, tapi hentikan semua ini. Kau membuatku tidak nyaman.”

“Iya iya, cepatlah.”

“Jadi, Hinata dan aku sudah berteman sejak kecil. Hinata seperti yang sekarang, pintar. Hanya saja sifatnya saat itu selalu membuat onar disekolah, semacam anak nakal namun pintar.” ucap Sugawara memulai ceritanya.

“Awalnya memang hanya hal kecil seperti anak-anak lainnya hingga suatu hari, orang tuanya dipanggil karena kenakalannya. Ia tidak sopan kepada guru disekolah, persis seperti kejadian beberapa hari lalu. Sejak saat itulah setiap Ia melakukan kenakalan disekolah, ia akan dipindahkan oleh ayahnya. Ya, mungkin ayahnya malu mengingat ayahnya itu adalah orang penting juga.”

“Tapi saat disini dia tidak pernah berbuat kenakalan.”

“Ya memang, karena aku selalu mengawasinya dan menahannya agar tidak melakukan hal-hal seperti dulu. Tapi yang terjadi kau dan teman-temanmu malah membullynya.” Tsukishima menggigit bibirnya.

“Itu dulu, sekarang tidak.”

“Oh ya? Kenapa? Apa benar yang kukatakan tadi? Soal kau menyukainya?”ucap Sugawara menatap lurus Tsukishima.

“Ya, dan aku tidak mau kalau harus kehilangan dirinya. Apalagi sebelum aku mengungkapkan perasaanku.”












*TBC

Sorry baru up, tadi pagi mau up wattpad malah eror gabisa dibuka.

Maaf membuat kalian menunggu lama, semoga kalian suka ya.

Rabu, 24 Maret 2k21
Pukul 02.22 wita

CHANGEWhere stories live. Discover now