Anak SD

1.3K 32 0
                                    

SD Pelita Harapan

Suara yang memekakkan gendang telinga itu mengundang kerumunan siswa-siswi tepat pada jam istirahat. Terlebih lagi kegaduhan tersebut berasal dari kelas keramat yang setiap harinya selalu mengundang atensi semua orang. Sudah dapat disimpulkan siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan si cewek galak dengan suara cempreng berhadapan dengan si cowok nakal.

Meskipun mereka masih berusia 11 tahun, namun keduanya sudah saling membenci sejak kelas 1 SD. Tidak ada yang tahu apa yang mendasari, padahal mereka dulunya berada di satu TK yang sama. Namun, lebih jelasnya apabila mereka dipertemukan maka keduanya akan tersulut emosi, meskipun hanya berpapasan saja.

Kedua pelaku itu selalu saja bertengkar entah masalah kecil sampai masalah besar. Terlebih lagi tidak ada yang mau kalah dan selalu saling menyalahkan untuk menang.

Meski sudah menjadi rahasia umum apabila terdapat pertengkaran pasti biang keladinya si dua manusia itu, namun dorongan rasa kepo semua siswa selalu saja lebih besar dibandingkan mengisi perut di kantin.

Bagi mereka itu menarik, seperti serial kartun Tom and Jerry versi nyata. Jadi tidak heran jika julukan itu disematkan pada kedua musuh abadi SD itu.

Para guru pun sudah capek dengan mendengar keduanya yang selalu bertengkar, terlebih keduanya yang memiliki suara toa dan apabila disatukan akan menjadi seperti singa mengamuk. Selama tidak ada adu fisik yang merugikan, para guru hanya bisa diam di ruang guru dengan berpura-pura tidak mendengar sambil tetap memakan snack di meja mereka.

Namun, sepertinya prediksi mereka kali ini salah, karena si singa betina benar-benar mengeluarkan taring tajamnya untuk mencakar singa jantan.

"Ini buku gue," si cowok mempertahankan pendapatnya.

"Ini sekarang jadi buku gue," si cewek tak mau kalah dengan pendapatnya.

"Enak aja, yang bayar pakai uang gue."

"Lo lupa siapa yang kemarin ngotorin buku gue, sebagai gantinya ini buku gue."

"Nggak mau, ini buku gue. Nih lihat," si cowok memperlihatkan namanya di sampul buku.

"Bodo amat, ini tetep jadi buku gue sebagai ganti karena lo ngerusakin buku gue. Tuh lihat, buku gue udah nggak berbentuk,"si cewek menunjuk buku di mejanya yang sudah amat kotor dan rusak dimana beberapa halaman sudah terlepas dari perekat.

"Itu urusan lo, beli lagi sana. "

"Enak aja kalau bicara, lo aja yang beli ini tetep buku gue."

"Buku gue."

"Buku gue."

Keduanya mempertahankan pendapatnya dengan masing-masing memegang ujung buku. Si cewek yang sudah jera dengan aksi tarik menarik inipun segera mendorong si cowok, namun tanpa disengaja tangan si cewek itu mengenai mata si cowok.

"Awww, sakit," ucap si cowok sambil reflek melepaskan tangan kanannya yang memegang buku untuk mengusap kedua matanya.

"Rasain. Cepet lepas bukunya," si cewek yang merasa sedikit bersalah tetap tidak ingin meminta maaf. Hati lembutnya kini sudah terbenam karena terdorong banyaknya kebencian pada si cowok di depannya.

"Gue nggak mau," si cowok masih belum menyerah meski kedua matanya sakit dan beberapa kali memejam untuk meminimalisir rasa perih di matanya.

"Cepet lepasin," si cewek sudah kehabisan stok sabar dan entah setan darimana dengan kekuatan yang masih tersisa, ia membenturkan kepala si cowok ke tembok.

"PERMATANI SERESSA."

"BERLIAN PUTRA TANUREJA."

Keduanya yang mendengar teriakan itu lalu mendongak memandang si empu pemilik suara.

"APA PAK, " jawab keduanya bersamaan.

"Ikut bapak ke kantor,"
guru itupun segera menggiring kedua siswanya yang terciduk beradu fisik dan segera menelepon kedua wali murid siswa itu untuk menghadap.

Pada awalnya bapak kepala sekolah hanya ingin melihat pertengkaran itu untuk sekedar mengecek apa yang diributkan karena sudah selama waktu istrihat. Namun, ketika melihat kedua siswanya yang beradu mulut dan bertepatan saat Permata membenturkan kepala Berlian ke tembok. Kepala sekolah itu pun menggiring kedua muridnya untuk di sidang.

Keduanya pun kini sudah menghadap kepala sekolah dan masih saling menyalahkan.

"Gara-gara lo sih," si cewek menyalahkan musuhnya.

"Ya lo lah," si cowok tak mau kalah.

"Lo."

"Lo."

"Diam. Kalian bisa diam tidak,"  kepala sekolah melerai kedua muridnya yang masih melanjutkan adu mulut di depannya.

"Bisa Pak," jawab keduanya serempak.

Keduanya lalu diam dan mendengarkan kultum kepala sekolah sembari menunggu orangtua mereka.

('-') ('-')
Ini cerita pertama aku setelah nggak nulis semenjak SMA. Maaf kalau misal banyak salah katanya, nggak masuk akal, atau kesalahan lainnya.

Rasanya seneng bisa nulis lagi, meski pikiran sedang bercabang. Semoga yang baca ini suka ya.

Sukses buat semua, ditunggu vote dan komentarnya.

By: Pubilaut

Berlian Permata Where stories live. Discover now