Citra dan Permata

278 19 0
                                    

Di jam kosong kali ini, perkumpulan siswi yang hendak menunaikan hasrat bergosip duduk di bangku tengah dengan posisi melingkari 2 meja yang tertata paralel.

Permata yang diseret paksa Ica selaku mak rumpi menurut saja. Karena kabarnya berita kali ini tidak boleh terlewatkan dan sangat sensasional.

"Tuk. Tuk." Ketukan meja 2 kali dengan palu penggaris sebagai tanda forum pergibahan akan dimulai.

Hal ini juga berlaku bagi siswa cowok di belakang pojok agar mengecilkan volume suara.

"Oke, forum rutin pergibahan kita hari ini dimulai. Dari berita pertama, gue denger ada anak baru di kelas 11, cantik, keturunan luar negeri, dan namanya Citra." Ica selaku pemegang kekuasaan tertinggi di dinasti perumpian membuka suara sambil memandang satu per satu anggotanya.

"Bener, tadi waktu gue berangkat sekolah di gerbang kebetulan papasan sama dia. Body nya persis gitar Spanyol. Mukanya licin kayak perosotan." Bela menyampaikan informasi setelah mengangkat tangannya.

Semua siswi di situ membayangkan visual murid baru yang digambarkan Bela.

"Terus, terus gimana? Rambutnya warna apa? Kulitnya gimana?" Siswi berbando pink bertanya antusias dengan mengangkat tangan tinggi.

"Jangan ditanya lagi. Rambutnya pirang, kulitnya seputih susu. Semua siswi di sekolah ini pasti kalah. Nggak ada saingannya." Bela menceritakan si objek dengan bangga.

"Wihhhhh." Semua mendengar ucapan Bela sambil geleng-geleng kepala.

"Gimana pergerakan Berlian?" Ucap Nita mantan 1 Berlian di Kelas Permata yang masih memiliki rasa ke Berlian.

"Dengerin. Tadi waktu gue ke toilet nggak sengaja lihat Berlian ke kelasnya. Kelas XI IPS 1 kan?" Ujar cewek rambut sebahu dengan suara pelan.

"Wihhhh." Semua yang mendengarnya terheran-heran akan informasi tersebut sambil mengangguk-anggukan kepala membenarkan kelas si siswi. Betapa cepatnya si playboy menggaet mangsanya.

"Permata nggak apa-apa kan?" Selia yang berada di samping Permata berbicara cukup keras menyebabkan atensi forum ke arah Permata.

"Gue?" Permata memastikan perkataan Selia.

Selia menganggukkan kepalanya.

"Nggak apa-apa lah, apa urusannya sama gue." Jawab Permata jutek tak peduli dan tak habis pikir dengan pertanyaan Selia. Emang ada hubungannya sama Permata?

Semua yang ada di forum tersenyum misterius sambil memandang satu sama lain.

"Ekhem." Ica menarik atensi forum.

"Berita kedua,....." Ica melanjutkan topik bahasan yang tak kalah heboh diantaranya Daniel seorang badboy yang menolak pernyataan cinta Nindy si kapten cheers sampai kucing ibu kantin yang beranak 11 dengan pelaku kucing jantan yang tidak diketahui keberadaannya.

Di lain sisi, tepatnya di bangku pelatih dimana Berlian dan ketiga sahabatnya duduk sambil mengawasi adik tingkatnya yang bermain futsal selagi jam pelajaran kosong terjadi pembicaraan.

"Lo udah jadian sama Citra?" Tanya Reynand setelah Citra pergi dari lapangan karena bermaksud memberikan sebotol air minum ke Berlian.

"Menurut lo?" Berlian menjawab sambil tersenyum ke arah Reynand dan kembali lagi fokusnya ke lapangan melihat permainan futsal.

"Dasar buaya." Tristan spontan memukul Berlian karena tahu dengan arti senyuman Berlian.

"Parah." Ucap Reynand dan Rosi bersamaan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kapan sih lo mau tobat, sampai negara api menyerang atau sampai lo bisa punya mantan 1000?" Reynand bertanya sambil membayangkan bahwa Berlian penganut Dayang Sumbi yang ingin dibangunkan 1000 candi, bedanya dia ingin memiliki mantan 1000. Reynand seorang penyuka sejarah terlebih zaman kerajaan.

Berlian hanya mengendikkan bahu. Ia tak berpikiran kapan berhenti jadi playboy, yang terpenting baginya selama dengan cara begitu dia bisa bahagia kenapa nggak?

"Berlian, misal ada yang suka sama Permata. Lo marah nggak? Nggak kan, secara lo kan bukan siapa-siapanya." Berlian mengalihkan perhatian ke si penanya yang dibalas cengiran dari si penanya.

"Gimana ya, sebenarnya gue cuma nyampein pertanyaan dari beberapa orang yang tanya ke gue." Rosi menggaruk tengkuknya mengurangi ketakutan akibat ditatap Berlian dengan wajah tak bersahabat.

"Jadi, ada yang suka ke Permata gitu Ros? Tapi dia takut sama Berlian." Tristan semakin menyudutkan Rosi.

"Bisa dibilang gitu. Bukan cuma satu orang, tapi ada beberapa yang tanya kayak gitu ke gue. Selama 2 tahun ini mereka pikir Permata cewek dingin yang nggak bisa dideketin. Tapi, semenjak mereka tahu kalau Permata nggak sedingin itu, apalagi ketika ribut sama Berlian. Mereka jadi berani mau deketin. Tapi, mereka pikir kalau Permata itu ada pawangnya." Rosi bicara sejelas-jelasnya dengan pilihan kata sebaik mungkin agar tak ada informasi yang menyinggung si singa jantan.

Reynand dan Tristan mengangguk-anggukan kepalanya. Keduanya membenarkan penjelasan Rosi. Bagi mereka, Permata tidak terlihat culun meski pakai kacamata. Permata cantik dengan wajah alaminya dan manis ketika tersenyum. Jangan lupa, kucir dan jepit rambut yang selalu diganti setiap hari dengan warna senada membuat siapa saja tertarik untuk mengenalnya lebih jauh.

Tapi, tunggu. Apa hubungan mereka yang suka Permata dengan Berlian? Permata kan bukan pacar Berlian.

"Jadi gimana?" Rosi menyadarkan Berlian yang tidak menjawab pertanyaannya.

Berlian ngapain juga bengong, cepet jawab pertanyaan Rosi. Author emosi

Berlian hendak membuka suara, namun diurungkan ketika sebuah suara memanggilnya.

"Beb, hayuk ke kantin." Suara Renita manja bergelayut di lengan Berlian dan menarik Berlian pergi dari sana.

Tidur penasaran gue. Berlian sih nggak jawab dulu pertanyaannya. Gue kan kepo. Batin author.

###

11-07-2021

Berlian Permata Where stories live. Discover now