1. first confession

6.8K 295 9
                                    

ROSÉ POV

Thailand. Negara yang sangat familiar bagi kami karena merupakan tempat dari banyak kejadian di hidup kami sebagai anggota Blackpink. Negara yang merupakan tempat asal Lisa, maknae cengil yang entah darimana ia mendapatkan kecengilannya itu. Dan ya, saat ini kami sedang berada di Thailand untuk menggelar tur dunia pertama konser kami.

Walaupun rutinitas konser bisa dibilang sama namun kami harus tetap menjalani rangkaian gladi resik dan check sound sebelum konser sebagai bentuk profesionalitas dan persiapan yang sempurna. Sehingga disinilah kami saat ini, bercucuran keringat, menyiapkan penampilan spektakuler untuk sore ini.

"Yo Chaeyoung-ah, kurasa saat ini adalah waktu yang tepat" kata Lisa yang tiba-tiba muncul dari belakangku sambil merangkulkan satu lengannya di leherku.

"YA Lisa-ya, kau ini mengejutkanku saja ck" kataku sambil mengelus dada. "waktu yang tepat untuk apa maksudmu"

Kami berjalan turun dari panggung menuju pusat pengendali kamera di bawah. Sekarang waktunya Jisoo unnie bersiap melakukan latihan untuk penampilan solonya.

"Aku akan menyatakan perasaanku pada unnie hari ini" katanya dengan senyuman yang lebar khas Lisa.

Seketika langkahku terhenti, sehingga membuat Lisa ikut berhenti dan menatap kearahku.

"A..apa kau sudah yakin Lisa-ya? Why now?" tanyaku perlahan. Aku tiba-tiba saja merasakan sakit dihatiku sambil menatap nanar kearah panggung, ada Jisoo unnie yang sedang melakukan uji mic dengan para staff.

Really now? I will lose even before i try to win you? But then again, u weren't mine to lose. At least my bestfriend can be happy and i hope, you too, kataku didalam hati.

"Karena berada di Thailand meningkatkan kepercayaan diriku, Chaeyoung-ah. Selain itu, apa kau tidak sadar ketika kita berdua bersama seperti ini, unnie selalu nampak cemburu. Aku rasa itu pertanda baik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Woooohoooo KIM JISOO FIGHTING!" kata Lisa sambil berteriak ke arah panggung. Lalu ia melepaskan rangkulannya dari leherku dan mulai berjoget-joget dan menirukan nyanyian Jisoo unnie di panggung.

Jisoo unnie menatap ke arahku dan Lisa dengan ekspresi yang tidak dapat kupahami. Namun kemudian ia berlagak seperti idol yang diteriaki fansnya. Ia melambai kearah kami dan memberikan flying kiss.

Dork! kataku dalam hati sambil tersenyum kearahnya. Lalu aku ikut berjoget dengan Lisa, menyemangati yeoja yang sebentar lagi harus kurelakan menjadi kekasih sahabatku ini.

Ya, aku menyukai Kim Jisoo. Awalnya kukira aku hanya menyukainya sebagai kakakku, seperti Alice maksudku, namun ternyata aku menyadari bahwa rasa sukaku itu berbeda. Perlakuan lembutnya terhadapku mampu menggelitik perutku dan tentu saja Alice tidak demikian.

Namun Lisa adalah Lisa. Sahabatku sampai kapanpun. Kuharap ia juga berpikir demikian tentangku. Kami berdua terbuka untuk berbagai hal di kehidupan kami. Bahkan Jisoo dan Jennie unnie menjuluki kami sebagai soulmate.

Ya tidak kupungkiri bahwa Lisa adalah orang yang paling mengertiku. Kami berdua lahir di tahun yang sama, hanya terpaut 1 bulan. Sama-sama merantau ke Korea, dari budaya yang cukup berbeda. Maka dari itu kami berdua sangat dekat karena tumbuh bersama.

Namun kali ini, sepertinya aku kalah start darinya. Tidak mungkin bukan, kau terus mengejar orang yang sama dengan sahabatmu. Maka dari itu, merelakan perasaanku adalah hal terbenar yang harus kulakukan.

"Halo, Chaeyoung-ah? Hei jangan melamun" kata Lisa yang membuyarkan lamunanku. Bisa-bisanya aku melamun sambil berjoget bersamanya. Gila saja. "Apa yang kau pikirkan Chaeyoung-ah?"

"A-ani" jawabku. Tiba-tiba aku merasa berat jika berada di tempat ini lama-lama sambil menatap Jisoo unnie dari kejauhan. Aku membutuhkan udara segar dan mungkin air dingin diwajahku yang memanas. "Aku ingin ke toilet dulu ya Lisa"

"Apa? Yah, baiklah Chaeyoung-ah. Jangan ditahan itu tidak baik. Aku akan menyemangati Jisoo unnie sebentar lagi disini" katanya masih dengan semangat 100% nya. Aku hanya tersenyum setengah terpaksa kemudian membawa tubuhku cepat-cepat keluar dari venue acara.

Damn why it hurts so much, god! I should be happy for them not being like this gaaaah, aku merutuki diriku dalam hati sambil setengah berlari menuju comfort room. Tiba-tiba saja airmataku sudah mengalir jatuh dari wajahku setelah kucoba menahannya hingga mataku sakit.

Ketika aku melihat ruangan tersebut langsung kubuka kasar pintunya lalu menuju wastafel untuk meraup air yang banyak. Tangisanku pecah, air yang kutampung dari keran langsung kuraupkan ke wajahku kasar lalu aku menangis sambil tertunduk.

Aku terlalu terlarut dengan keadaanku hingga tidak menyadari ketika tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang dengan perlahan. Aku terkejut melihat tangan melingkar di perutku dan merasakan kepala menyender di punggungku. Cepat-cepat kubasuh sekali lagi wajahku untuk menyamarkan bekas tangisanku lalu menatap cermin didepan wastafel untuk memastikan siapa dibelakangku walaupun aroma tubuhnya sudah memberikanku petunjuk. Dan benar saja, badannya yang lebih pendek tertutup sempurna oleh tubuhku di cermin, aku hanya dapat melihat sekilas pucuk rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan itu.

"Rosie u ok?" katanya dari balik tubuhku, masih erat memelukku. Aku menghela napas besar untuk menenangkan diriku. "What are you doing here?"

"Unnie aku baik-baik saja. Hanya perlu membasuh wajahku supaya lebih bersemangat. A-aku butuh udara segar, yaa udara segar hehehe. You know, berada didekat panggung terlalu lama membuat sedikit bosan" kataku sambil menatap diriku di cermin.

Bodoh sekali alasanmu Roseanne.

"Pft, udara segar ya, sure." katanya sambil sedikit tertawa, menggetarkan punggungku. Aku membalikkan tubuhku menghadapnya namun ia tidak melepaskan pelukannya sehingga saat ini kami berhadapan dengan ia tetap memelukku dan mendongak karena perbedaan tinggi badan kami.

"Jen, stop teasing me" kataku sambil cemberut kearahnya.

"Aigoo, what happened to this big baby of mine" kata Jennie sambil mengambil tisu dari kabinet dan mengelapkannya perlahan ke wajahku. Aku hanya menatapnya saja.

Setelah mengelap wajahku ia menangkupkan kedua tangannya ke pipiku lalu menatapku sehingga kami berdua saling berpandangan.

"Please dont cry Rosie. At least dont cry alone, its hurting me seeing you crying like that. Let me be the one to swipe your tears" kata Jennie sambil menatapku dalam.

Kata-kata Jennie unnie menghangatkan hatiku. Aku menganggukkan kepalaku perlahan kemudian merangkulnya kedalam pelukanku. Senang rasanya ada yang mempedulikanku saat ini, tanpa berusaha menelisik lebih jauh alasanku menangis. Bukankah itu artinya orang tersebut menyayangimu, bukan sekedar ingin tahu apa yang terjadi padamu?

"Aah, aku sangat menyayangimu Jen unnie, you are the best" kataku.

"Yeah and i really like you, Roseanne"

Huh?

---

Terima kasih yang sudah membaca ya. Maaf ini pertama kalinya nulis di Wattpad.

CONFESSION(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang