16. cold shoulders

1.1K 141 17
                                    

ROSÉ POV

"...tidak bisa unnie" samar-samar aku mendengar suara Jennie unnie. Aku mendekat ke meja bundar yang telah ditempati para member Blackpink lainnya dan beberapa staff kami. Saat ini kami sedang sarapan bersama di restoran hotel tempat kami menginap di Amsterdam.

"Tapi Jennie, para penggemarmu pasti telah merindukanmu. Ayolah, kau dapat merekam apapun untuk ditayangkan. Aku yakin Blink akan menerimanya."

Aku duduk disamping Lisa yang tengah mengunyah roti dan selai. Aku melirik sedikit kearah Jennie dan untuk sepersekian detik mata kami bertemu. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke mangkuk salad dihadapanku.

"Unnie, aku benar-benar tidak dapat melakukannya saat ini. Aku akan mengunggah beberapa foto di instagramku nanti untuk para Blink. Kumohon mengertilah" Jennie unnie bangkit dari kursinya lalu berjalan meninggalkan ruang makan.

"Aissh, susah sekali memahami anak itu. Jika begini, kita akan kekurangan konten. Apa yang harus kukatakan pada tim editor nantinya" kata Jinhee unnie, orang yang berbicara dengan Jennie unnie tadi. Ia adalah salah satu kru penanggungjawab untuk segmen youtube kami. "Padahal hari ini adalah jadwalnya untuk membawa kamera vlog. Bahkan aku sudah membebaskannya untuk menyoroti apapun yang ia inginkan, hufft" sambung Jinhee unnie.

Ah, so that's the problem.

Memang semenjak kami menginjakkan kaki di Eropa, Amsterdam tepatnya, Jennie unnie benar-benar menunjukkan sikap yang dingin. Ia sedikit berinteraksi dengan orang-orang dan lebih banyak diam. Jangan tanya bagaimana ia bersikap padaku. Ia sungguh pandai mengatasi keadaan hingga tidak perlu berinteraksi denganku. Haha, aku pantas mendapatkannya. Jika memikirkannya kembali, dapat disimpulkan semua tingkah laku Jennie unnie saat ini merupakan salahku.

"Unnie tidak dapatkah kita melewati jadwal Jendeuk? Maksudku, kita dapat mulai merekam di kota lain, bukan? Kumohon beri Jendeuk kami kesempatan sekali lagi. Ia sedang... berada di masa sulit saat ini" Jisoo unnie membuka suaranya, berusaha untuk bernegosiasi dengan Jinhee unnie.

"Jisoo-ya.. aku sangat menghargai usahamu, namun saat ini kita benar-benar sudah kehabisan bahan untuk dijadikan sebagai konten video diary kalian selanjutnya." Jinhee unnie benar-benar terlihat lesu saat ini. "Bahkan sore nanti kalian sudah harus latihan di arena konser. Baiklah kurasa kita akan merekam persiapan konser seperti biasa saja. Sedikit membosankan namun kuharap penggemar kalian tidak protes daripada videonya diundur tayang"

Sesulit itukah keadaannya?

"K-kurasa aku dapat menggantikan Jennie unnie." Tiba-tiba saja kata-kata itu keluar mulutku. Sukses membuat semua mata di meja bundar menatapku. Bahkan manajer oppa hampir melotot kepadaku. "Ku dengar museum yang ada di kota ini sangat mengesankan. Aku rasa kontennya akan menarik jika berbeda dari persiapan konser seperti biasanya bukan?"

"Chaeyoung, apa kau serius?! Itu adalah ide yang sangat bagus" kata Jinhee unnie dengan mata yang berbinar. Aku mengangguk setelah melihat ekspresi kaget dari Jisoo unnie. Jinhee unnie langsung mengeluarkan note yang disimpannya di saku bajunya.

---

Aku tergesa-gesa berlari menuju arena konser. Sial, aku terlalu sibuk berkeliling museum untuk menemukan konten yang tepat agar video diary kami tidak membosankan. Tapi membawa kamera sendiri tanpa member lainnya memang tidak mudah. Aku benar-benar payah jika berurusan dengan kamera.

Ya, aku memang memutuskan untuk mengambil jadwal rekaman Jennie unnie. Lalu aku juga menolak permintaan Jisoo unnie untuk menemaniku karena gladi resik di sore hari ini akan sangat menguras tenaganya. Aku tidak ingin ia kelelahan dan sakit, seperti yang terjadi di tur Amerika kami. Lagipula secara tidak langsung ini menjadi tanggungjawabku karena membuat Jennie unnie bersikap demikian.

CONFESSION(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang