SPOILER: PAK DOKTER SAKIT!!!!!
Oke, jadi aku dan penerbit telah menyepakati akan menerbitkan cerita ini dengan judul The Perfect Match. Karena dua orang yang tak sempurna ini bisa menjadi pasangan sempurna, kalau dua-duanya nggak keras kepala hahaha. Nanti terbit di Elex Media seperti kisah Alesha dan Edna ya. Supaya mereka bisa berdampingan di rak buku kita.
Berita baik lain, aku sedang menulis ulang sebuah naskah lama. Termasuk naskah angkatan pertama di akademi Ika Vihara hahaha. Kamu belum pernah baca. Ceritanya bagus, tapi aku nulisnya, dulu, masih jelek. Jadi kuperbaiki. Aku berencana mengunggah di sini juga. Sampai tamat. Honest. Buat penghargaan karena kamu sudah mau menyisihkan rezeki yang susah-susah kamu dapat untuk membaca karyaku.
Tinggalkan komentar untukku ya, walau sekadar mendoakan Edvind cepat sembuh ;-)
***
"Aku berduka karena kehilangan Mama. Aku sedih sekali. Aku menangisi Mama. Aku merindukan Mama tiap hari. Tapi setelah ditinggalkan Papa, aku menyalahkan diri sendiri. Apa kesalahan yang telah kulakukan sampai Papa meninggalkanku? Apa salahku sampai Papa nggak mencintaiku? Aku bisa menerima bahwa Mama nggak akan pernah kembali ke sini.
"Sedangkan Papa, sampai sekarang aku masih berpikir, apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membuat Papa memaafkan dan menginginkanku lagi? Seandainya aku menjadi anak baik, anak penurut....
"Dalam hati dan benakku, aku merasa aku punya ibu. Cinta Mama masih bisa kurasakan sampai sekarang. Aku percaya Mama mencintaiku. Mama meninggal, tapi aku merasa Mama selalu ada di sini bersamaku. Sedangkan Papa hidup, but he is not available. Cinta Papa hilang seluruhnya. Nggak tersisa.
"Aku mencintai Papa, tapi Papa nggak memiliki perasaan yang sama. Kalau kupikir, ketidakhadiran Papa lebih banyak memengaruhi bagaimana aku menjalani hidup, lebih banyak meninggalkan dampak negatif pada diriku, daripada meninggalnya Mama."
"We love someone and want them to love us in return. Aku, kamu, semua orang. Ketika cinta kita nggak terbalas, sering kita meyakinkan diri sendiri untuk berhenti mencintai. Tapi hati kita nggak biasa diajak kerja sama. Kita tetap mencintai walau tak ingin." Ekspresi Alesha tampak berbeda ketika menjelaskan cinta bertepuk sebelah tangan. Mungkin Alesha teringat pada Elmar. "Sejak ayahmu memilih pergi, kamu menceritakan ini semua kepada siapa, Nalia?"
Nalia menggeleng dengan muram. "Nggak sama siapa-siapa. Oma nggak pernah mau membicarakan itu. Kadang-kadang aku dan Jari ngobrol, tapi setelah kami berusaha menemui Papa dan ditolak, kami nggak pernah membicarakan itu lagi."
"Terima kasih kamu sudah memercayaiku, Nalia. Aku ingin membantumu membangun kepercayaan, membantumu lepas dari abandonment issue. Bukan nggak mungkin Edvind berhasil merubuhkan tembok di hatimu dan bisa membuat kamu setuju menikah dengannya."
"Aku nggak ingin menikah, Lesh. Nggak dengan Edvind atau siapa pun."
"Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok, Nalia, nggak ada. Kamu bisa jatuh cinta, dan nggak ada cara lain untuk terus bersama orang yang kamu cintai, selain menikah dengannya. Baiklah, kita nggak akan bicara pada konteks pernikahan kalau kamu nggak mau.
"Abandonment issue itu menyiksamu. Berapa kali dalam hidupmu, waktu Edna nggak menjawab teleponmu, nggak menemuimu, kamu sibuk menganalisis apakah ada perkataanmu atau sikapmu yang bikin Edna nggak mau berteman lagi sama kamu?
"Waktu Edna masuk rumah sakit, aku mengirim pesan padamu supaya kamu nggak datang dulu, karena Edna masih tidur. Aku katakan padamu Edna baik-baik saja. Renae dapat pesan yang sama dariku dan dia nggak datang. Tapi kamu sangat cemas dan ingin memastikan Edna baik-baik saja. Kamu nggak memercayaiku. Kamu juga selalu menjadi anak yang sangat baik, kan, karena kamu takut Oma membencimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Match
RomanceDari penulis A Wedding Come True dan My Bittersweet Marriage: Edvind Raishard Rashid merasa telah memiliki segalanya. Sukses berkarier sebagai dokter, segera mewujudkan cita-cita menjadi geneticist, dan tidak pernah kesulitan mendapatkan teman kenca...