Chapter 14

1.2K 171 18
                                    

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.








Sambil dengan kalut menunggu di depan pintu lift terbuka. Kim Aera memejamkan matanya guna mencari ketenangan, semua pasti baik-baik saja—pikirnya lagi dalam hati. Memutuskan kembali ke Seoul, setelah dua bulan tinggal di Amerika bukan suatu keputusan yang mudah. Kembali ke kota kelahirannya, itu berarti Aera harus siap bertemu dengan kenangan yang telah dikuburnya. Mungkin, sekarang Jeon Jungkook bahagia menjalani hari. Mantan suaminya yang memiliki sejuta pesona, sekaligus menyembunyikan tabiat yang sering berlaku bak predator.

Dalam pejaman matanya, Aera juga mengingat bagaimana usaha keras Taehyung kala itu. Rela datang menemuinya, selalu manis menunjukkan bentuk kasih sayang. Tentu saja, Taehyung berhasil mendapatkan paling tidak satu ciuman dari Aera. Sayangnya, tak berhasil mengambil hati. Entahlah, hati Aera terasa mati. Kendati, Taehyung mencintainya—rasa tersebut tak lantas memaksa Aera membalas perasaan pria itu. Bukan sebab dia munafik, menikmati setiap kesempatan yang Taehyung lakukan dengannya. Menikmati detik-detik di mana napas tersengal, dengan kedua tangannya yang memeluk leher Taehyung. Aera tidak bisa membohongi, jika dirinya benar-benar belum sembuh akan luka.

Saat kelopak matanya mengerjap, bersamaan pintu lift di hadapannya perlahan terbuka. Saat itu juga, Aera tidak sanggup meneguk air ludahnya. Di sana, Jungkook berdiri tegap. Tatanan rambutnya begitu memesona, berwarna blonde pun sebagai pelengkap di telinganya ada anting-anting. Sial, seksi sekali. Sejak kapan Jungkook mewarnai rambutnya? Dan, ke mana perginya Jungkook dengan mata bulat lucu itu?

Aera memalingkan wajah, mati-matian tak peduli pada Jungkook yang sama terkejutnya. Bohong kalau pria itu bersikap biasa saja. Jantungnya berdebar kencang bukan main. Terlebih, penampilan Aera pagi ini tak bisa mengalihkan tatapan mata Jungkook. Kemeja biru laut, dan rok hitam yang sangat pendek, tungkainya yang dibungkus stoking tipis. Keindahan mantan istrinya, hampir menghilangkan kewarasan Jungkook.

Jika saja pria itu tidak ingat, kedatangannya ke gedung kantor milik keluarga Kim ini mengenai urusan bisnis. Dipastikan, Jungkook mau-mau saja menyeret Aera ke luar. Jangan salah paham. Membawa wanita itu pergi, memberinya komentar seperti—rokmu itu pendek sekali Kim Aera! Untung hanya aku yang melihatnya. Tidak, tidak—itu berlebihan. Atau begini—aku tidak suka melihatmu memakai pakaian seksi di kantor!

Beberapa detik sama-sama terdiam membeku. Jungkook berdehem. Lagi dan lagi, begitu banyak kejutan yang tak terduga menghampirinya. "Lama tidak bertemu, Aera noona." canggung sekali.

Kenyataan bahwa kini Aera gugup setengah mati adalah kekonyolan yang menimpanya. Sungguh bukan kesialan bertemu mantan suami yang menjelma menjadi pria seksi. Kim Aera, malu. Perasaannya semacam kopi tanpa gula, pahit. Akan tetapi, tak dipungkiri—Aera merindukan Jungkook.

Saat itulah pertama kalinya, Jungkook melayangkan senyum nakal itu padanya. Mendapati, Aera yang belum mau membuka suara.

"Noona?" Jungkook memanggil dengan suaranya yang lembut.

Hey Come On Out ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora