Lepas dari Belenggu

2.6K 177 14
                                    

Tanganku hanya bisa meraba jeruji besi. Bahkan aku tidak bisa berdiri. Dingin. Sakit. Aku tidak tahu dunia diluar tempat ini.

"Dia sudah cukup besar.. Bukankan bagus untuk dijual?" samar-samar suara terdengar olehku.

"Clang!"

Mereka membuka kurungannya?
Untuk apa?
Apa aku akan dijual seperti temanku yang lain?

Mereka menarik rantai yang mengikat tanganku. Aku tidak bisa melawannya. Keinginanku ingin bebas mungkin hanya angan-angan.

Aku sudah cukup melihat banyak penyiksaan disini. Anak-anak sepertiku hanyalah pemuas bagi kebutuhan mereka. Atau, menjual organ kami yang berharga.

"Aku yang akan menjadi selanjutnya?"

Mereka membawaku ke ruangan penuh lampu. Sudah lama aku tidak melihat cahaya. Disini lebih sunyi. Tidak ada teriakan kelaparan dan kesakitan.

"Ugh--"
Mereka mengangkat daguku kasar. Tatapan mereka mematikan. Senyum mereka menandakan kepuasan. Aku sudah tidak bisa menangis.

"Lihat! Matanya sangat indah! Kulitnya juga.. Ah.. Harganya akan sangat mahal!"
Mereka terus berbincang mengenai mataku. Apakah mereka akan mencungkilnya atau tidak. Dan juga akan menjual kulitku.

Tapi itu tidak terjadi. Mereka lebih memilih untuk menjualku dengan keadaan masih bernyawa.

"Aku beri nama Agate! Matanya seperti batuan Agate berwarna ungu.. Hahahaa!" ucapnya sambil menyekik leherku.

Agate? Aku tidak mau nama itu. Karena orang jahat ini yang memberikannya.

"Bawa kurungan yang agak besar kesini!" pinta seseorang yang merupakan ketua mereka.

Lagi-lagi, aku dimasukkan kedalam kurungan. Namun, kali ini aku tidak kembali ke ruangan gelap. Mereka membawaku keluar dari rumah ini.

"Kemarilahh!! Kami menjual anak bermata indah.. Kulitnya putih seperti boneka! Hanya hari ini kami beri penawaran khusus! Sesuai dengan janji kami sebelumnya!" mereka berteriak untuk mengumpulkan orang-orang.

Sesuai dugaanku orang-orang kaya dan bangsawan berkumpul. Mereka menatapku dengan tatapan mengerikan.

Aku tidak mau seperti ini...
Siapapun...
Tolong aku...

"50 keping emas!"
"70 keping!"

Mereka mulai melelangku. Bangsawan bertubuh besar itu menjijikan. Aku tidak bisa melihat pemandangan ini lagi. Kuputuskan untuk memejamkan mataku.

"Syuuuuuut!!!!"

"SRING!"

Aku mendengar suara gaduh. Tapi, aku tidak berani untuk membuka mataku.

"L-Levi?! Itu anggota Levi!!!! Cepat panggil polisi!!!" teriak mereka.

Kerumunan orang mulai pergi tak tentu arah. Bahkan orang yang menjualku sepertinya sudah tidak ada. Aku membuka mataku.

Sepi?
Tidak ada orang sama sekali..

"Hei.. Apa dia anak yang diumumkan seminggu lalu?" Suara perempuan terdengar.

"Sepertinya iya.. untuk memastikannya, coba lihat matanya!!" Sekarang suara laki-laki.

"Adik kecil, boleh aku lihat matamu?"

Aku menatap matanya. Mata kami bertemu. Perempuan yang jauh lebih tua dariku dengan rambut coklat muda yang terkuncir dua.

"W-waaah! Indah?"
Dia takjub?

"Ayolah.. ini bukan tujuan kita.." suara laki-laki lagi? Tapi lebih berat.

"Sabar dong Levi aniki..."

AMETHYST Where stories live. Discover now