Cage

361 34 8
                                    

Empat tahun kemudian, di Liberio..

Wangi perkamen kayu dapat tercium dengan jelas. Sinar mentari yang masuk melewati jendela, membuat bayangan seorang gadis di tembok.

"Stella.." wanita paruh baya membuka pintu.

Wanita paruhbaya menatap gadis itu penuh dengan tatapan lembut. Gadis dengan rambut sebahu dan kain hitam berenda yang menutup kedua matanya menengok dengan perlahan ke arah suara.

"Sebentar lagi Reiner akan tiba.. aku akan membantumu bersiap.." wanita itu mengelus kepala Stella. Stella hanya mengangguk.

Wanita yang dipanggil ibu itu membantu Stella mandi dan berganti pakaian. Ia juga menyisir rambut Stella yang berwarna hitam, sehitam arang di dalam perapian saat musim dingin.

"Bekas luka di dahimu belum hilang.. Walau kau tidak keberatan dengan luka ini, kau harus terus mengoleskan obat ya.. agar bekasnya menghilang.." Wanita itu mengelus bekas luka di kepala Stella.

Lagi-lagi Stella hanya mengangguk.

"Anakku.. tidak apa kau kehilangan penglihatan dan ingatanmu karena perang.. Reiner akan selalu ada untukmu sekarang.. Aku, Reiner, dan yang lain akan membantumu merasa lebih baik.. jadi tersenyumlah ya.." Stella merasakan tangan hangat mengelus pipinya. Gadis itu menuruti perkataan sang wanita paruhbaya. Ia tersenyum.

"Kau tunggulah Reiner disini.. ia akan marah jika aku membawamu keluar tanpa penjagaan darinya.. dia sangat mengkhawatirkanmu.."

"Baik, bu.." Ucap Stella dengan nada lemah.

Ibu dari Reiner itu tersenyum karena Stella mau berbicara. Ia membantu Stella untuk duduk di kasur, lalu ia pergi keluar untuk menyambut kepulangan anaknya.
.
.
.
Setelah tiga puluh menit Stella menunggu, daun pintu bergerak dan pintu terbuka.

Seorang pria dengan badan yang kekar, serta rambut pirang dan janggut tipis masuk.

"Stella.." pria itu memeluk Stella erat serta mencium keningnya.

"Ini aku.. Reiner.." Reiner duduk di depan Stella dan meletakkan kepalanya di pangkuan Stella.

Tangan Stella bergerak membelai rambut sang pemilik Armored Titan itu. Reiner menggenggam tangan Stella dan mengecup setiap jari kekasihnya.

"Apa kau sehat selama aku pergi?" Tanya Reiner. Stella mengangguk.

"Syukurlah." Reiner merebahkan tubuhnya di kasur. Ia menarik pinggang Stella dan mendekapnya erat.

"Aku merindukanmu.." Reiner memejamkan matanya.

"Reiner!!!!!" Suara anak kecil memasuki ruangan.

"G-gabi?!!!" Reiner langsung terbangun dari tidurnya. Ia membantu Stella untuk duduk.

"Lain kali, ketuk pintunya dulu.." ucap Reiner pada Gabi.

"Ah! Kalian ini repot sekali.. ayo makan! Aku lapar .." Gabi meninggalkan ruangan.

"Kau harus mendengarkan cerita Gabi yang luar biasa di medan perang.. aku takjub padanya.." Reiner merapikan rambut Stella.

"Apa yang Gabi lakukan?" Tanya Gadis itu dengan suara pelan.

"Kau harus mendengarnya sendiri.. ayo.." Reiner menggenggam tangan Stella.

"Tunggu, Stella.. hup!" Reiner menggendong Stella ala bridal style.

"Reiner.. aku bisa berjalan sendiri..."

"Biarkan aku melakukan ini untuk hari ini, ya.. kuharap kamu mau mengabulkannya.." Reiner tersenyum melihat gadis itu ada digendongannya sekarang.

AMETHYST Where stories live. Discover now